Yang tak setuju UN bilang, UN berat, UN susah!. Itu seperti menjawab pertanyaan. Kalau gak mau dihukum mati ya jangan melanggar UU dengan jadi teroris, bandar narkoba atau koruptor (sayangnya gak ada koruptor dihukum mati yak hhhh). Atau kalau gak mau masu masuk neraka, ya jangan bikin dosa. Jangan jiplak, jangan pakai joki. Percuma saja nanti punya ijasah, tapi tak berguna karena saat tes pegawai kau tak bisa mengerjakan apa-apa
Dalam hal ini saya sependapat dengan Jusuf Kalla. "Tidak tepat jika UN dihapus karena banyak pihak yang memprotes. Menurutnya, untuk menjadi bangsa yang hebat perlu ada tantangan yang dihadapi. Kalau tidak ditantang, tidak diuji bagaimana, mau tidak kalau tidak diajak kerja keras. Kan alasannya karena ada guru protes, orang tua protes, murid protes, karena susah, sehingga dihapus. Itulah alasannya menghapus karena susah. Kalau anak tidak kerja keras, tidak ada external pressure. Jangan samakan Indonesia itu sekolah-sekolah kayak di Finland, yang penduduknya 40 ribu, penduduknya hanya 5 juta. Kalau penduduk 5 juta juga kita bisa memerdekan belajar. Tapi 260 juta gimana, tanpa suatu standar yang baik nasional," https://bit.ly/2ZVBdDZ
Masih ada yang harus ditulis... tapi anak bontot saya lagi ngrecokin. Sambung besok ye #MasMenteriNadiem... atau kita ketemu, traktir saya secangkir kopi dan kirim ojol gratis hhhh (yg ini tulen gak kok). Sekali lagi "Selamat Hari Pendidikan"... Semoga #MasMenteriNadiem selalusehatsukses bisa membawa pendidikan Indonesia Go Internasional tanpa meninggalkan jatidiri kebangsaanya... Al Fatiha, Ayra... btw, Linkedin saya belum di approve ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H