Mohon tunggu...
Rajab Syahda
Rajab Syahda Mohon Tunggu... profesional -

Novelist * yang membedakan anda dengan IBLIS adalah KEYAKINAN * yang paling berharga pada anda adalah KESETIAAN * yang membuat anda bahagia adalah orang paling dekat * keyakinan tidak bisa dihukum dan diadili * pada akhirnya tidak ada yang penting

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keyakinan ke Surga

15 Mei 2018   07:34 Diperbarui: 15 Mei 2018   07:59 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuci otak adalah sebuah upaya pembentukan ulang tata berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu menjadi sebuah tata nilai baru, praktik ini biasanya merupakan hasil dari tindakan indoktrinasi, dalam psikopolitik diperkenalkan dengan bantuan penggunaan obat-obatan, hipnotis/bius dan sebagainya. Dan biasanya dipakai orang tdk bertanggung jawab.

kasus pilkada dki adalah cuci otak, sedemikian hebatnya "berizieq" membentuk tatanan sikap baru dengan cara rasis,tetapi agama islam dipakai dengan polesan keyakinan. seperti bius dengan obatnya "tablet kebencian" pada cina dan kapir. ini cuci otak. juga di banyak pengajian ibu2.

sedangkan pada teroris adalah keyakinan yang ditanamkan dengan bantuan ajaran agama Islam. jika tidak ada hadits tentang jihad dengan contoh2nya dan tidak ada surga dengan syarat2nya, maka yang terjadi adalah cuci otak. hanya keyakinan ini "dikurung" tidak diberi ruang dialog. yang jadi pengantin bom ilmu agamanya buta.setelah disuntik keyakinan terbuka matanya tentang surga. indahnya jihad,indahnya ngebom dan indahnya surga.

jadi "keyakinan yang beku" seolah tidak bisa lagi dicacah dipikirkan dan diulang itulah keyakinan "salah arah" itulah keyakinan teroris. sedang cuci otak berbeda, pada kasus cuci otak diulang direnovasi cara berfikir dan bersikap dengan indroktinasi.

seorang yang pikirannya sakit dan pergi ke dokter jiwa, dia sedang cuci otak. obat2-an dipakai agar hormon otak serotonin dan dopaminnya ditata dan jadi addic ketagihan, begitu juga narkotika, ada ketergantungan dan sakau.

keyakinan berbeda. dia datang pada agama dan datang ke Tuhan. di area keyakinan yang sesat tidak boleh ada pikir dan bantah atau dialog. disitulah peran ustad "monyet" membentuk keyakinan "binatang beragama" dan jadilah teroris. tidak adalagi berfikir tidak adalagi rasa empati pada lainnya pada lingkungannya.

keyakinan yang benar adalah keyakinan yang dituntun dengan akal dan ilmu. keyakinan yang benar pada Kitab Suci misal Al Qur'an dan Hadits Rasulullah adalah keyakinan yang bisa diakalkan dipikirkan didiskusikan dan tidak akan merusak dan merugikan atau menyakiti apapun dan siapapun. itu keyakinan pada agama yang benar.

jadi memberantas "teroris" adalah mengaktifkan akal sehat membuat reaksi pada akal dan logika "mengerti" dengan pikir dan ilmu. dan ini semua dimulai dan diawali pada seorang "guru" atau "ustad". peran pengajian dan khotbah yang hanya bisa melenyapkan teror dan teroris.

jadi bukan cuci otak pada teroris yang dilakukan tapi keyakinan yang "sesat" yang didapat para teroris di gerombolan dengan brand agama.

maka ilmu agama khususnya Islam harus lebih diberi ruang dan waktu. dan para ustad dI standardkan. jangan lagi ada ustad yang kesetanan marah2 kapirin orang atau ngajak politik pake agama segala sampai ada partai setan partai Allah atau bela Allah bela agama? yang dibela itu diri sendiri ummat Islam yang tersesat.

berbangsa bernegara di Indonesia ini sudah banyak distorsinya dan banyak waktu juga wadah yang tidak akrab dengan agama khususnya agama Islam. kita harus menata ulang waktu siaran tv dan medsos yang ramah dan sejalan dengan agama khususnya agama Islam. misal di waktu magrib sampai isya tv mati siarannya. dan hari jum'at libur untuk ummat Islam. begitu juga medsos, misalnya fb atau twitter harus bertanggung jawab pada fitnah hoax dengan aturan denda yang sangat besar, jadi ada tanggung jawab pada komunikasi antar netizen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun