Mohon tunggu...
Rajab Syahda
Rajab Syahda Mohon Tunggu... profesional -

Novelist * yang membedakan anda dengan IBLIS adalah KEYAKINAN * yang paling berharga pada anda adalah KESETIAAN * yang membuat anda bahagia adalah orang paling dekat * keyakinan tidak bisa dihukum dan diadili * pada akhirnya tidak ada yang penting

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pahami Tulisan Ini untuk Mengalahkan Jokowi

3 April 2014   07:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:09 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JOKOWI itu penganut HIDUP TANPA KONFLIK ? - Lihat saja gayanya : "nrimo"... !... "apa kata ibu"...? Dulu dibilang goblok sama gubernur jawa tengah karena melarang ada tambahan mall di Solo. Jokowi bilang ia saya goblok. Dibilang jelek atau krempeng,boneka... semua dia akui aje...! Dia terima. Tapi apa yang harus dia lakukan-dia kerjakan akan dijalani terus. Hidup tanpa konflik. - Sekarang bangsa ini membicarakan perlunya kemunculan seorang individu untuk menjadi RI 1. Masyarakat dengan segala pengaruh dan pengondisiannya yang rumit membentuk pikiran, dan jika seseorang diharuskan muncul—dan hanya yang dipercaya—tampak bagi saya bahwa pengaruh sosial, moralitas masyarakat, dan hal ini harus dipahami bahwa sosial-moral masyarakat yang mempengaruhi itu "rusak" total. Jadinya bisa saja si "jokowi" hanya tontonan "kebaikan", karena dibalik itu sosial-moral yang rusak itu membenarkan hal sebaliknya. - Jangan korupsi "adalah tontonan" nyatanya korupsi jalan terus atau hal lain yang merupakan kebaikan semisal mall itu (supaya rakyat tidak digilas pemodal) nyatanya pedagang besar tetap saja kawan setia kekuasaan dan banyak contoh lainnya, narkoba diberantas tapi terus aja narkoba diselundupkan, pornografi dilarang tetap aja tiada hari tanpa pornografi di tv dsb. - Terjadi konflik, tetapi tontonan "jokowi" tidak akan membuat konflik politik dan itu penyeimbang "kejiwaan" rakyat yang kehidupan sosial-moralnya rusak. Karena dibalik tontonan "jokowi" itu terjadi ricuh dan kerusuhan. Bisa dikatakan demikian. Semacam kampanye. Makmurkan rakyat padahal uang rakyat disikat habis2-an. Konflik realita. - Apakah mungkin, batin rakyat yang telah begitu terkondisi, dengan setiap pikiran yang telah begitu terbentuk dan terpola oleh begitu banyak pengaruh (terutama materi dan kepepet keuangan) dapat muncul secara total, tidak menyimpang, tanpa noda, dan bebas sepenuhnya "mendukung" tontonan jokowi yang "insyaf" itu. - Karena hanya batin yang belum dirusak, bukannya batin yang telah dibentuk dan dipola oleh lingkungan busuk dengan berbagai jenis pengaruhnya itu, yang mampu menemukan kebenaran, yang mampu menemukan apakah ada realitas yang berada di luar jangkauan pikiran yang terpola itu. Menemukan tontonan "jokowi" dengan kejujuran hati. Kekuasaan dan kedudukan Jokowi sebagai RI1 bisa melahirkan otoritas. Dan bisa membawa "bebek2" kearah hidup tanpa konflik. Jika memang bangsa ini adalah bangsa "bebek". - Bagaimana Jokowi hidup tanpa konflik ? Dia akan mendengarkan saja apa yang rakyat inginkan. Mendengarkan dengan sepenuhnya, tenang, seperti sedang meditasi dan akan muncul kejernihan. Apakah mungkin, mendengarkan segala sesuatu tanpa penyimpangan? Melihat rakyat tidak dengan kacamata kekuasaan atau azas manfaat, tetapi melihatnya secara apa adanya— apakah rakyat ini ? Tentu sulit untuk melihat teman, ibu, saudara tanpa suatu penyimpangan, tanpa berpendapat, tanpa menyelanya dengan banyak gagasan -hanya dengan mengamati saja-. Tanpa "konflik". Melalui proses mengamati dan mendengarkan semacam itu si Jokowi mendapatkan kejernihan tindakan tanpa disertai dengan bentuk "konflik" apapun. - Mendengarkan, mengamati rakyat dengan jernih dan bekerja untuk mewujudkan keinginan rakyat itu adalah jalan hidup tanpa konflik. Tapi kalau status yang menjadi cita2 ya pasti akan terjadi konflik. Status adalah konflik. Bekerja dan bekerja untuk rakyat dengan hati ikhlas adalah menjauh dari konflik. - Kejujuran, keterbukaan adalah lawan dari konflik. Makanya aneh, kalau dilihat apa sih hebatnya Jokowi ini. Saya bisa katakan "jokowi" hebat karena penganut hidup tanpa "konflik". Hanya saja jangan sampai hanya jadi tontonan di masyarakat yang sudah lama rusak tatanan sosial-moralnya. Sebab bangsa ini sudah lama terpola dengan hidup penuh "konflik" seperti status, ambisi, kekuasaan, kekayaan. - Lihat aja tiap hari di realita kehidupan bangsa ini, kalau tidak ricuh-tawuran-debat pasti "konflik" keakuan. RB. 3.4.2014 [caption id="" align="alignleft" width="213" caption="google"][/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun