Mohon tunggu...
Rajab Syahda
Rajab Syahda Mohon Tunggu... profesional -

Novelist * yang membedakan anda dengan IBLIS adalah KEYAKINAN * yang paling berharga pada anda adalah KESETIAAN * yang membuat anda bahagia adalah orang paling dekat * keyakinan tidak bisa dihukum dan diadili * pada akhirnya tidak ada yang penting

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tegakkan Hukum dan Lapangan Kerja Mimpi Jokowi?

13 April 2014   16:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13973564861627992171

Kemudian saya tanya, kenapa takut sekali, hari masih pagi dan tidak ada orang. Si laki2 Surabaya menjelaskan, dari bau rokok atau ada yang mengintip dari jendela apartemen dan "mengadukan-nya" ke polisi. Pasti dalam 2 menit polisi sudah disini. Karena rupanya baru2 saja dia mendapat hukum denda itu karena ulah orang Indonesia yang "keras kepala" masih saja merokok di restorannya. Hukum ditegakkan, rakyat bekerja sama dengan penegak hukum, di negara sebelah, nggak usah jauh2 mencari contoh sampai ke Jerman ! Malu ?

-

Presiden mendatang harus bisa menghidupkan rakyat ini untuk sadar dalam penegakan hukum. Kenapa susah banget ? Karena tidak dicontohkan oleh pejabat itu sendiri. Lihat saja apapun hukum di negara ini pasti berhadapan dengan uang dan rakyat papan atas. Semua jadi bisa di bayar, akhirnya hukum hanyalah tulisan atau slogan didepan kantor polisi dan kantor2 pengadilan. Negara jadi negara "cowboy" siapa kuat dan kaya semua pasti beres. Hukum dikangkangi, disembelih dengan fulus.

-

Hukum dan Korupsi juga yang merontokkan partai Demokrat sebagai partai pemerintahan. Kepercayaan rakyat runtuh. Ulah elit partai yang korupsi, hanya iklan dan slogan untuk memberantas korupsi. SBY menjanjikan sebagai panglima perang menegakkan hukum melawan korupsi, eh malah kawan sendiri dan mungkin juga "anak-istri" terlibat korupsi ? Apa Jokowi bisa mencontohkan dan menghukum kawannya di PDIP ? Juga dengan Prabowo, apakah bisa menghukum "jejak dirinya" sendiri ? Harus ada kepercayaan rakyat untuk penegakan hukum ! Syarat yang tidak bisa lagi dikompromikan. Kalau tidak lima tahun kedepan Indonesia akan makin terpuruk. Saya jadi ingat hari pertama Lee Kwan Yew memerintah Singapura, dia bilang : " Singapura harus Nol dari Korupsi ! " dan nyatanya korupsi di Singapura relatif tidak ada. Begitu juga Cina dan Korea Selatan pada awal pembangunan di tahun 70-80- an.

-

Lalu mengapa rakyat ini miskin dan jauh dari sejahtera  ? Ya karena tidak memiliki pendapatan harian atau bulanan yang memadai. Bisa jadi sudah mendapatkan pekerjaan tapi gaji bulanan tidak cukup karena pengeluaran bulanan lebih besar. Ditambah dengan hutang kredit dan semua kewajiban iuran yang makin tinggi. Jadinya kembali harus "korupsi" lagi. Belum lagi biaya untuk sehat menjadi mahal. Networking di Indonesia jadi rusak, yang dimulai dari hukum dan ketidak tersediaan lapangan kerja atau tidak cukupnya penghasilan pekerja itu sendiri. Polisi-Guru-Petani jadi susah dan akhirnya "malakin" rakyat-murid dan tetangga. Dilain sisi Jenderal2korup-PNSkorup-Pedaganghitam- menikmati hukum dan pemberantasan "korupsi" yang mirip entertainment di acara2 TV. KPK itu tidak memberantas korupsi, tapi mengangkat koruptor jadi selebrity, wong korupsi terus menerus meningkat. Apanya yang diberantas ? Berantas hama ya berhasil jika hamanya hilang. Bukan malah makin banyak. Kenapa korupsi tidak diberantas KPK ? Karena rakyat ini tidak "mengerti" apasih ruginya korupsi ? Kalau ketahuan dihukum paling 2 tahun, itu kalau ketahuan. Berapa banyak yang tidak ketahuan. Dan saya sendiri tidak faham apa efeknya korupsi si Anas atau Nazaruddin atau Ratu Atut pada saya, pada anak2 saya. Atau anda tau ruginya anda karena si Angel korupsi ? Berapa ruginya anda ? Berapa ruginya anda jika elit di BUMN tiap bulan korupsi dan pajak ditilep. Tidak pernah dijelaskan secara rinci oleh KPK pada rakyat ! Jadi rakyat tidak "mengerti" apa ruginya itu korupsi. Malah kelihatan enak kalau ada kesempatan korupsi. Siapa tau bisa beli Alphard dan kawin siri.

-

Waktu saya ambil doktor di Jerman, satu malam saya nonton vcd bajakan sejarah hitler. Vcd ini illegal, saya dapatkan dari tempat penyewaan vcd dengan harga mahal. Film itu menggambarkan kehebatan hitler, bagaimana dia membangun Jerman yang hebat. Tentu film ini sebelum hitler menjadi iblis. Malah kalau sejarah bicara lain, hitler di film itu menjadi "manusia setengah dewa"-nya Jerman. Banyak hal bisa dipelajari dari vcd itu. Tapi saya jadi tidak mengerti ketika saya membaca slogan "Arbeit macht frei" ("Kerja menghasilkan kebebasan"). Kok bisa ya kerja jadi bebas, bukankah kerja jadi budak ! Waktu itu saya berfikir seperti itu. Sekarang saya faham jika anda mau bebas maka anda harus punya penghasilan, dan penghasilan didapat dari bekerja. Bekerja harus ada lapangan pekerjaan. Pekerjaan harus cukup memberi penghasilan. Masalah ini sangat serius di negara kita. Data menunjukkan adanya TKW ke luar negeri, artinya lapangan kerja dalam negeri tidak memadai. Lahan pertanian berkurang artinya menjadi petani tidak akan mendapat penghasilan yang memadai, begitu juga nelayan (yang tinggal ambil ikan dilaut) dan guru (setiap tahun masih meminta sumbangan pembangunan sekolah). Siapa yang bertanggung jawab pada semua ini ? Presiden !

-

Jadi apakah Jokowi atau Prabowo dengan wakilnya masing2 bisa menegakkan hukum ? Sebagai Gubernur Jakarta, Jokowi masih belum bisa menegakkan hukum "jangan buang sampah di kali", sebagai Jendral Prabowo belum bisa menjelaskan kasus2 penculikan dan ham ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun