Mohon tunggu...
Raiya Nazwa
Raiya Nazwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Suka hujan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Waktu yang Salah

16 Oktober 2023   05:00 Diperbarui: 16 Oktober 2023   07:34 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pinggir megahnya Kota Jakarta. Di sebuah kampung kecil yang ramai dan padat. Hiduplah seorang wanita, budi nya baik, tuturnya lembut, prangainya ceria dan ramah. Ia berambut hitam panjang, bertubuh tinggi dengan badan molek, dan kulitnya yang kuning langsat membuatnya elok saat dipandang. Ia sangat berprestasi, seorang pemain basket hebat di sekolahnya, pemain biola yang handal, dan namanya yang selalu muncul di 10 besar ranking akademik siswa satu angkatan, yang membuatnya cukup terkenal di sekolahnya.

Karina  Aurora Chandra namanya. Lahir dari keluarga sederhana namun sebenarnya berkecukupan untuk membeli apapun. Lahir dari ibu yang merupakan seorang bidan desa, dan ayah yang merupakan seorang pengusaha baju. Tumbuh besar ditemani oleh 2 kakak laki lakinya  yang sama berprestasinya dengan Karina .

Dengan segala yang Ia punya pada dasarnya manusia memang memiliki porsi bahagia nya masing masing. Tidak melulu soal prestasi, harta, jabatan, atau kebahagiaan – kebahagiaan  lain yang ada pada mimpi mimpi orang yang kurang bersyukur. Kenyataannya, yang terlihat sangat baik di luar, bisa jadi paling rapuh di dalam.

Karina wanita yang terlihat sangat sempurna itu nyatanya memiliki berbagai cabang masalah dari dalam keluarganya.


***

“Mas, bulan ini kita belum bayar cicilan mobil.” Suara nya sangat halus.
Karina tau itu suara ibunya, Karina tau keluarganya sedang mengalami krisis ekonomi.

Ayah Karina tiba tiba saja bangkrut, membuat Ia harus menahan semua keinginannya untuk membeli ini dan itu yang sebenarnya Ia perlukan. Ditengah keadaan yang runyam kala itu, ada satu rahasia dari Ayahnya yang terbongkar.

Tiba tiba saja datang seorang wanita ke kediaman keluarga Karina, yang Karina kira wanita itu berusia sekitar 30 tahun an, hal itu bisa dilihat dari kontur wajahnya yang belum banyak keriputnya. Wanita itu datang bersama anak perempuannya yang berusia 9 tahun. 

Wanita itu dipersilahkan masuk kedalam rumah oleh Ibu Karina. Saat itu ayah Karina  sedang pergi membeli sesuatu. Wanita itu dan Ibu Karina berbincang, entah apa yang mereka sedang perbincangkan. Karina mengajak main anak perempuan yang di bawa wanita itu sambil memberikannya 1 buah eskrim coklat. Yang Karina tau saat wanita itu ingin pergi, Ibunya memberikan wanita itu sejumlah uang.

Tak lama dari kepergian wanita itu, Ibu menangis sejadi jadi nya tanpa suara. Karina  tau ada yang ga beres. Karina  tau kalau sudah menangis gini pasti ada kaitannya dengan Ayah. Karina selalu tau kejelekan ayahnya. Karina  tau ayahnya selalu taruh handuk di atas kasur, ayahnya tidak pernah merapihkan bekas makannya, dan ayahnya selalu mencium kaus kaki sebelum digunakan. Karina  paling tau bahwa ayahnya seorang penyuruh yang handal, suruh Karina  ranking kelas, suruh Karina  bisa ini, suruh Karina  bisa itu, suruh Ibu ini suruh Ibu itu. Ayahnya memang selalu begitu dan Karina memakluminya.

Tapi yang satu ini Karina baru mengetahuinya, rahasia yang mungkin disimpan serapat rapatnya oleh Ayahnya itu, tetapi pepatah mengatakan sepintar pintar bangkai ditutupi bau nya tetap tercium juga.


***
Wanita itu adalah istri ayah, entah istri yang ke berapa. Barangkali ayah sudah tidak sanggup untuk menafkahi wanita itu, sehingga wanita itu berkunjung ke rumah. Membuat keadaan yang sudah runyam menjadi semakin runyam.
Kadang aku mengeluh mengapa harus aku yang mengetahui semua ini  Mengapa aku yang harus melihat ibu menangis. Mengapa tidak kakak - kakak ku yang secara umur sudah lebih dewasa dari aku. Jujur saja rasa pilu yang dirasakan Ibu menembus dinding dinding hatiku yang belum siap menerima ini semua.

Tak lama dari kejadian itu Ibu jatuh sakit mungkin karena terlalu banyak menyimpan batin selama ini. Keluarga kami senjang, ayah dan ibu yang terlihat tidak harmonis, kakak-kakakku marah terhadap ayah karena kejadian itu, dan aku yang tidak diperhatikan rasa sedihnya.

Aku mendadak menjadi hamba taat yang tidak absen berdoa kepada tuhan, barangkali tuhan mengabulkan satu permintaanku dan membuat hidupku menjadi lebih baik.
“semoga Ibu sembuh ga ngerasain sakit lagi”
“semoga ekonomi keluarga kembali baik”
“semoga ayah dan ibu kembali harmonis” batin ku
Kali ini aku benar benar muak dengan keadaan hidupku ini. Jika saja aku dapat mengatakan kepada mereka yang menginginkan hidup layaknya diriku, aku akan ceritakan hal ini sampai sampai mereka mengubah doa mereka dan berbalik iba padaku. Seharusnya juga ceritaku bisa diangkat menjadi film yang sangat menyedihkan.

***
Tuhan memang maha baik, tuhan memang selalu tau apa yang berhak untuk kita. Sebulan setelah Ibu Karina bertahan dari rasa sakitnya, Ibu Karina akhirnya memilih untuk pergi selama lama nya. Tuhan mencabut rasa sakit dari tubuh Ibunya itu. Tuhan mengambil sosok itu, barangkali ekonomi keluarga akan kembali baik jika satu orang pergi begitu saja. Tuhan tidak pernah jahat, walau menurut wanita itu Tuhan kali ini sangat kejam terhadap dirinya.

Karina kini merasa sendiri, teman temannya hanya mengetahui bahwa ibunya meninggal, tanpa mengetahui beban apa lagi yang kali ini di pikulnya. Tapi inilah Karina, ini hebatnya Karina . Karina  tetap terlihat ceria dan ramah saat menyambut tamu tamu yang datang ke rumahnya. Ia bersikap seolah dirinya baik baik saja dan tidak patut untuk di kasihani.

Setelah tamu pulang dan Ia selesai membereskan seisi rumah. Ia lantas masuk kedalam kamarnya dan menumpahkan semua keluhan pilu nya pada sebuah kasur yang terpajang rapih di sudut ruangan kamarnya.

Sedang ayahnya, seperti orang yang tidak merasakan rasa bersalah dengan tetap melakukan hal hal yang tidak berguna dengan tangan memegang satu rokok dan tangan lainnya menyeruput kopi.

“Nak, makan dulu nanti kamu sakit”
Panggil ayahnya mencoba membujuk Karina  yang sedari kemarin belum makan apapun

Ayahnya memang selingkuh terhadap Ibunya dan itu tidak bisa dibenarkan, tetapi seorang ayah ialah ayah. Ia tetap menyayangi putri semata wayangnya itu. Tetapi kesalahannya itu terlanjur membuat Karina sakit dan jatuh bersamaan dengan derai derai air mata yang jatuh ketika Ibu nya mengetahui ayahnya selingkuh.

***
Sudah 1 bulan setelah kepergian Ibunya, Karina sudah mulai terbiasa dengan rutinitas rutinitas tanpa Ibu nya, walau terkadang masih menangisi nasibnya itu. Ia juga sudah mulai memaafkan ayahnya walau bagaimanapun ayahnya tidak pernah membuatnya merasa kurang dalam segi apapun. Karina selalu mengingat nasihat dari ibu nya waktu itu. Ibu nya berkata "Nak, tidak ada luka yang tidak sembuh, semua itu pilihan kita, ingin benar benar sembuh atau membiarkannya tetap menjadi luka." Walau disisi lain Karina tidak bisa melupakan kejadian kejadian yang belakang ini menimpanya  

Karina  masih sama, Ia masih Karina  yang ceria, ramah, dan berprestasi. Karina masih sangat terkenal di sekolahnya. Bahkan ditahun terakhir sekolahnya ini, Ia menyempatkan untuk mengikuti beberapa kompetisi.

“Karina , Angkasa tahun ini kalian menjadi perwakilan debat sekolah kami diajang provinsi yaa, segera persiapkan karena perlombaan akan diadakan satu bulan lagi.”  Jelas Pak Setya guru Ppkn Karina .

“Baik Pak” sahut kedua orang tersebut


***
Angkasa Senja pria dengan kulit sawo matang dan tubuh yang tinggi itu adalah teman satu angkatan Karina sekaligus teman Karina  sejak masa putih-merah. Rumahnya hanya berbeda gang dengan Karina . Berbeda dengan Karina  yang hidup berkecukupan Angkasa harus hidup sulit karena ekonomi keluarganya yang tidak baik. Ia hidup di salah satu kontrakan yang hanya memiliki dua kamar sedangkan Ia memiliki 2 adik perempuan dan 1 adik laki laki. Angkasa bukan asli Jakarta, Ia lahir dari kota hujan yang sangat asri dan indah. Lalu Ia berpindah ke Jakarta agar ayahnya mudah mendapat pekerjaan.

Tetapi memang terkadang takdir tidak selalu seperti apa yang kita inginkan. Angkasa masih saja hidup dalam kesulitan. Memang beberapa anak beruntung karena terlahir dari keluarga yang berkecukupan materi. Tetapi sebagian anak lebih beruntung karena di beri hati dan tulang yang kuat untuk berusaha sendiri. Layaknya Angkasa, tak jarang Ia membawa barang dagangan ke sekolahan untuk ikut memenuhi kebutuhan keluarganya dan tak jarang pula Ia menghiraukan keinginannya agar adik adik nya terlebih dahulu mendapat apa yang mereka inginkan. Namun, hatinya sangat lapang Ia sangat jarang mengeluh walau dalam keadaan sangat sakit sekalipun.

Disisi lain Angkasa merupakan pria yang sangat baik, membuat siapa yang berteman dengannya akan merasa aman dan nyaman. Termasuk Karina, mereka sudah sering bermain bareng, berbagi cerita, belajar, dan melakukan hal asik bersama sama. Hanya kepada Angkasa Karina bisa bercerita semua yang Ia alami, hanya kepada Angkasa Ia percaya bahwa tidak akan ada siapapun yang akan mengetahui ceritanya ini kecuali tuhan, dirinya, dan Angkasa.

Kata orang tidak mungkin seorang Pria dan Wanita berdekatan hanya untuk saling kenal dan berteman. Iya, pernyataan itu tidak salah, faktanya Angkasa memang sudah menyukai Karina sejak pertama kali mengenakan baju putih-abu. Ia juga tidak mengerti mengapa pertemanan ini berubah menjadi rasa ingin memiliki. Tetapi Angkasa tak pernah mengatakannya kepada Karina, Ia enggan merusak hubungan pertemanan yang sudah selaras dilihatnya. Di sisi lain Ia juga merasa tidak pantas untuk menjalin hubungan spesial dengan Karina  dikarenakan latar belakang keluarga Karina  yang terlihat sangat harmonis dan kehidupan Karina  yang sangat bahagia. Ia takut kedatangannya membuat Karina terusik dan memilih untuk menjauh.

Hari demi hari terlewati, Karina dan Angkasa bersiap bersama untuk memenangkan perlombaan debat ini. Angkasa sangat berharap untuk menang karena hadiahnya adalah uang pembinaan yang dapat dipakainya untuk membeli sepatunya yang sudah lapar dengan jahitan yang terbuka di bagian depan.

Karina  juga berharap menang karena Karina  tau Angkasa membutuhkan uang itu untuk membeli kebutuhan sekolahnya.
Setelah satu bulan tibalah hari yang dinantikan. Mereka menjadi sangat amat serasi dan kompak, dengan jawaban jawaban cerdas dari keduanya membuat keduanya berhasil meraih posisi pertama dan membuat orang yang menontonnya terpukau. Orang orang disekitar nya memberikan selamat kepada keduanya, Angkasa akhirnya berhasil mengumpulkan uang untuk sepatu baru, dan Karina  berhasil mewujudkan keinginan Angkasa.

“Aduh, aduh cocok banget niih Angkasa, Karina  kayaknya bentar lagi jadi couple nii.” Celetuk Rhea teman Karina .

Entah mengapa wajah keduanya memerah, Karina  merasa aneh dengan celetukan temannya itu Ia hanya bisa tersenyum sambil mendinginkan wajahnya yang panas. Sedangkan Angkasa Ia salah tingkah dengan mencoba meminum air yang sedari tadi di genggamnya.

***
Malam hari nya Karina membuka salah satu aplikasi media sosial nya, mendadak saja Ia kepo dengan pemilik akun @angka.sanja. Karina  melihat lihat pengikut akun media sosial itu dan menemukan satu wanita yang merupakan mantan Angkasa, entah mengapa wajahnya berubah malas dan memilih untuk menutup gawainya itu. Karina  tidak tau apa yang sedang Ia rasakan, Ia tak pernah merasakan ini sebelumnya. Karina  mencoba sejenak berfikir apa yang sebenarnya Ia rasakan. Rasanya seperti senang, cemburu, kesal, menjadi satu. Karina  paham ada butir butir cinta yang tumbuh di dalam hatinya.

Dalam benaknya Karina tidak siap menerima perasaan ini, Ia tidak siap menerima orang baru di hatinya, Ia takut jika Angkasa akan bersikap seperti ayahnya, Ia takut hubungannya dengan Angkasa yang merupakan seorang teman akan menjauh dan canggung.
“Seharusnya aku bilang kalau aku suka sama kamu”  batin Karina

Hati Karina  semakin gundah, amat banyak resiko yang dipikirkannya. Karina terlalu takut untuk memulai. Karina menyimpan perasaannya dan menghiraukan kehadiran Angkasa di hatinya.


***
Angkasa mulai mendapat kepercayaan dirinya untuk menyatakan perasaannya kepada Karina. Belakangan ini Ia selalu tampil rapih di depan Karina, tak jarang menggoda Karina  dengan segala kejahilannya. Angkasa juga memperlakukan Karina  dengan sangat baik, menanyai kabar Karina  setiap hari, meluangkan banyak waktu untuk bercanda bersama Karina, menyisihkan uangnya untuk sekedar membelikan coklat untuk Karina, dan berusaha untuk selalu menjadi yang pertama saat dibutuhkan oleh Karina.

Tapi Karina seolah tak tergubris dengan perlakuan perlakuan yang di lontarkan Angkasa kepadanya. Keberadaan Angkasa tetap terlihat seperti teman yang baik baginya. Walau Karina  memang tidak ingin merasa terlalu percaya diri kalau kalau Angkasa memang menyukainya. Karina  juga memilih untuk tidak ingin terlalu tau apa yang sebenarnya Angkasa rasakan jika di dekat Karina. Karina memilih cuek dengan perlakuan Angkasa dan memilih untuk tetap ramah dengan semua laki laki tanpa memikirkan apa yang dirasakan Angkasa. Tidak, Karina tidak jahat, Karina  hanya belum siap, Karina hanya saja masih mengingat beberapa peristiwa peristiwa yang terjadi padanya kala itu.

Angkasa tidak menyerah Ia paham Karina. Ia berfikir tahun ini ialah tahun terakhir mereka satu sekolah. Entah 6 bulan lagi akan kemana mereka berdua. Jika saja rasa suka yang Angkasa rasakan tidak tersampaikan pasti gundah hati nya untuk memulai jalan cerita cinta yang baru. Karena pada dasarnya tidak semudah itu melupakan orang lama. Di sisi lain Angkasa bukan orang yang mudah mengungkapkan isi hatinya dengan kata kata.

Pada dasarnya, mereka berdua sama. Sama sama terjebak dalam kata TEMAN
Bukan hanya karena tak siap, tapi Karina juga tidak ingin merusak hubungan pertemanannya sehingga Karina terlihat bodo amat dengan segala perlakuan yang Angkasa beri. Sedangkan Angkasa Ia benar benar terlihat tidak ingin merusak hubungan pertemanannya sehingga sangat hati hati dalam bertindak di depan Karina .

***
Hari demi hari terlewati, minggu demi munggu berganti, bulan demi bulan mulai mendekati kata pisah. Mereka berdua sama sama tidak ada yang mengungkapkan perasaan mereka. Hanya saja Karina  sudah mulai membuka dirinya untuk bisa mencintai orang lain dan Angkasa sudah mulai kehabisan cara untuk mengungkapkan isi hatinya. Namun hebatnya mereka tak pernah canggung walau sama sama menyimpan rasa.


Hari ini Minggu, cuacanya cerah sekali, Karina dan Angkasa berada di bawah pohon rindang dekat danau sambil menyantap bakso.

Angkasa bertanya kepada Karina  “Setelah ini mau lanjut kemana, masih di Jakarta?”

Karina  menjawab “Mungkin engga, mungkin Jogja, mungkin Sumatera, mungkin juga Luar negeri, malas di Jakarta terus.”

“Kenapa?” tanya Angkasa antusias

“Yaa karena, aku mau cari rumah” jawab singkat Karina

“Rumah?” tanya bingung Angkasa

Karina  menjawab “Iya rumah, tidak ada yang waras di kota ini Sa. Setelah kepergian Ibu sepertinya Jakarta sudah ga layak buat aku tinggali, bahkan jika nanti aku pergi merantau entah kemana mungkin Jakarta masih menjadi tempat yang aku hindari. Anggap aja rumah ku udah hancur bersama kenangan ibu Sa. Jadinya aku mau cari rumah baru deh.”

Karina  mengeluarkan embun dari matanya yang sedari tadi tertahan

“Maaf ya Na aku belum bisa jadi rumah yang aman dan nyaman buat kamu, maaf ya Na aku selalu entah dimana saat kamu butuh. Na kalau kamu mau cerita apapun bisa kok ceritain sama aku, aku mohon jangan pernah ngerasa sendiri yaa. Kamu punya banyak orang yang sayang sama kamu, termasuk aku Na. Aku yang kamu anggap teman ini, sebenernya sudah suka sama kamu sejak kita masuk SMA Na. Aku akan selalu dukung kamu Na, aku ga akan ngebiarin kamu sedih sendirian kayak gini lagi.” Jelas Angkasa

Karina tertegun mendengar jawaban sekaligus pernyataan dari Angkasa. Dirinya kini benar benar ingin menangis sesenggukan menyadari bahwa jahatnya dirinya karena tidak pernah melihat hati baik Angkasa.

Disisi lain Angkasa merasa sangat khawatir dan bersalah karrna telah mengatakan hal tersebut, menurutnya tidak seharusnya Ia mengatakan hal itu di kala Karina sedang bersedih seperti itu.

“Maaf ya Na, aku harus ngomong gini. Aku mau bilang satu hal lagi ke kamu Na. dari banyaknya kehilangan, kamu pasti akan selalu dapat menemukan diri kamu sendiri Na. Kalau sekarang kamu masih sedih, it’s okay buat ngerasa kecewa, kesal, marah. Tapi jangan juga berlarut – larut dalam kesedihan itu Na. Cari hal yang buat kamu bahagia Na. Nanti pasti kamu bakal nemuin diri kamu yang semakin kuat setelahnya.” Sambung Angkasa

“Ga usah minta maaf Sa, aku yang harusnya minta maaf karena selalu kamu yang ngertiin aku, aku yang harusnya minta maaf karena belum bisa jadi teman yang baik buat kamu.” Jawab Karina

Harinya yang cerah itu serasa bergetar sendu setalah percakapan hari ini.

Mereka memutuskan pulang, pulang ke rumah mereka masing masing. Karina yang setelah kepergian Ibunya tidak pernah tidak pernah ingin pulang, saat ini Ia teramat ingin pulang berdiam diri di kamar menangis sejadi jadinya.

Ia tak sadar perlakuan Angkasa selama ini memang benar-benar mencintainya. Ia terlalu berlarut dengan nasib pilu yang Ia terima, sampai tak sadar semua orang juga pasti memiliki kesedihannya masing masing.

***
Setelah kejadian kemarin, mereka berdua tetap sama. Bersikap seolah tidak terjadi apa apa, seperti biasa keduanya bertegur sapa saat bertemu. Sampai minggu demi minggu dilewati, keduanya juga tetap menjadi sahabat yang selalu berbagi cerita, candaan, dan juga hadiah hadiah kecil. Karina tidak pernah menjawab pernyataan yang di lontarkan oleh Angkasa pada saat itu lebih tepatnya Karina tidak memiliki jawaban yang pas untuk pertanyaan itu. Dirinya masih belum siap untuk menerima cinta dari Angkasa. Sedangkan Angkasa tak pernah berusaha meminta jawaban pasti dari Karina  atas pernyataannya waktu itu, karena menurut Angkasa tidak ada jawaban juga merupakan sebuah jawaban. Mereka sama sama menjaga hubungan baiknya sebagai seorang sahabat.

Karina  memberitahu angkasa bahwasanya Ia akan melanjutkan pendidikan di Tokyo, karena mendapat beasiswa. Angkasa juga memberitahu Karina  bahwa dirinya melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi yang ada di Yogya, keduanya bertolak meninggalkan Jakarta.
Mungkin saja memang benar kata Karina kala itu, Jakarta memang tidak layak untuknya

Karina  memberikan sebuah sepatu kepada Angkasa di hari perpisahan, Karina  berharap mungkin saja semesta akan bersikap baik kepadanya di masa depan dengan mempertemukannya dengan Angkasa kembali. Karina  juga memberikan beberapa photocard yang memunculkan wajah dirinya dan juga Angkasa. Agar suatu saat nanti jika tidak dipertemukan kembali Angkasa bisa mengenangnya melalui foto foto itu.  Temui Aku di tokyo. -Karina  di belakang photocardnya

Angkasa menerima semua hadiah dari Karina . Tak lupa Ia juga memberikan satu kalung dengan liontin berbentuk hati. Tujuannya sama, jika nanti dipertemukan kembali Angkasa bisa mengenal Karina dengan mudah. Angkasa juga memberikan satu buku yang berisi kenangan kenangan bersama Karina disertai dengan bait bait puisi yang menambah nuansa sedih didalamnya.

Lantaran anggap saja merelakan adalah pilihan terbaik
Lantas, mengapa ada pertemuan?
Mungkinkah hadirku tak memberi rasa nyaman?
Jika nanti semesta baik, kita pasti bertemu lagi
-Halaman terakhir buku yang ditulis Angkasa
Kita pergi. Semoga semesta mempertemukan dalam keadaan yang paling baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun