Mohon tunggu...
Raisyah Antony Pasha
Raisyah Antony Pasha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Membaca Buku dan Bertukar Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pembiasaan Program Membaca 15 Menit Sehari Guna Meningkatkan Literasi Bangsa Indonesia

24 Desember 2024   10:13 Diperbarui: 24 Desember 2024   10:13 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AI by Chat GPT (Siswa Sedang Membaca Dipagi Hari)

Program 15 menit membaca setiap pagi merupakan inisiatif yang patut diapresiasi untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Dengan membiasakan siswa membaca sejak dini, diharapkan minat baca dapat tumbuh dan berkembang. Namun, keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah semata. Dukungan dari berbagai pihak, seperti guru, orang tua, dan masyarakat sangat diperlukan. Tantangan seperti ketersediaan bahan bacaan yang menarik, kurangnya sarana perpustakaan, dan motivasi siswa yang beragam perlu diatasi dengan solusi yang tepat. Dengan kerja sama yang baik, program ini dapat menjadi fondasi yang kuat dalam membangun generasi Indonesia yang cerdas dan berliterasi.

Literasi di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Minat baca masyarakat sangat rendah, berbagai faktor seperti akses terbatas pada buku, kurangnya kebiasaan membaca sejak dini, dan banyaknya pilihan hiburan lain turut berkontribusi. Dampaknya, kualitas sumber daya manusia menjadi rendah dan sulit bersaing di era global. Untuk mengatasi masalah ini, perlu upaya bersama dari berbagai pihak, seperti meningkatkan akses terhadap bahan bacaan, membudayakan membaca sejak dini, meningkatkan kualitas pendidikan, dan memanfaatkan teknologi. Dengan meningkatkan literasi, kita dapat membangun bangsa yang lebih maju dan berdaya saing.

Minat baca di Indonesia sangat rendah. Menurut UNESCO, dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Angka ini sangat memprihatinkan dan menempatkan Indonesia di peringkat bawah dalam hal literasi dunia. Skor PISA Indonesia yang juga rendah semakin menguatkan data ini. PISA (Program for International Student Assessment) adalah penilaian internasional yang mengukur kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun. Hasil PISA Indonesia menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa kita masih jauh di bawah rata-rata negara OECD. Rendahnya minat baca ini berdampak pada kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia secara keseluruhan. Beberapa faktor penyebabnya antara lain: kurangnya kebiasaan membaca sejak kecil, terbatasnya akses ke buku dan perpustakaan, serta kurangnya minat membaca orang tua. Untuk meningkatkan minat baca, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Kalau dilihat dari data yang ada, minat baca masyarakat kita masih terbilang rendah dibandingkan negara lain. Meskipun ada berbagai program untuk meningkatkan minat baca, seperti program 15 menit membaca setiap pagi, faktanya kita masih perlu mengejar negara-negara lain yang sudah lebih dulu menanamkan budaya membaca sejak dini. Ini artinya, kita harus lebih giat lagi mendorong orang-orang untuk lebih sering membaca buku. Entah itu buku fisik atau buku digital, yang penting adalah kita bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan baru dari kegiatan membaca. Dengan membaca, kita tidak hanya memperkaya wawasan, tapi juga melatih otak kita untuk berpikir lebih kritis dan kreatif.

Upaya Bersama Menuju Masyarakat Literasi

Rendahnya minat baca di Indonesia merupakan tantangan serius yang memerlukan solusi komprehensif. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, hingga individu. Salah satu langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah memperkuat program membaca 15 menit setiap pagi di sekolah. Program ini perlu dijalankan secara konsisten dan disertai dengan pemilihan bahan bacaan yang menarik dan relevan dengan usia siswa. Selain itu, perlu adanya evaluasi berkala untuk melihat efektivitas program dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

Selain program membaca 15 menit, perlu juga dilakukan upaya untuk membuat membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menarik. Salah satunya adalah dengan membentuk klub buku di sekolah, perpustakaan, atau komunitas. Melalui klub buku, para pembaca dapat berdiskusi, bertukar pikiran, dan saling memberikan rekomendasi buku. Selain itu, penyelenggaraan lomba membaca, pameran buku, dan festival literasi juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Penting juga untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap buku. Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk pembangunan perpustakaan dan pembelian buku-buku baru. Selain itu, perlu dilakukan kerjasama dengan penerbit untuk menyediakan buku-buku berkualitas dengan harga yang terjangkau. Pengembangan perpustakaan digital juga dapat menjadi solusi untuk memperluas akses masyarakat terhadap bahan bacaan.

Peran keluarga sangat penting dalam menumbuhkan minat baca anak sejak dini. Orang tua perlu menjadi contoh dengan rajin membaca di depan anak-anak. Selain itu, orang tua juga dapat membacakan buku untuk anak-anak secara rutin, mengajak anak-anak mengunjungi perpustakaan, dan menyediakan ruang baca yang nyaman di rumah.

Media massa juga memiliki peran penting dalam meningkatkan minat baca. Media massa dapat mempromosikan kegiatan-kegiatan literasi, mewawancarai penulis, dan membuat program-program yang menarik terkait dengan dunia buku. Selain itu, media sosial juga dapat dimanfaatkan sebagai platform untuk menyebarkan informasi tentang buku dan kegiatan literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun