Mohon tunggu...
Raisyah Antony Pasha
Raisyah Antony Pasha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Membaca Buku dan Bertukar Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rekomendasi Bacaan Klasik Sastra Indonesia yang Wajib dibaca sebelum Masuk Sastra Indonesia

17 Desember 2024   10:06 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:06 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meski cinta mereka begitu kuat, hubungan ini terhalang oleh tekanan adat dan utang keluarga. Ayah Nurbaya, Baginda Sulaiman, terpaksa meminjam uang dari Datuk Meringgih, seorang rentenir tamak. Saat Baginda tidak mampu membayar utangnya, Datuk Meringgih memaksa Nurbaya menikah dengannya sebagai ganti. Demi menyelamatkan ayahnya, Nurbaya merelakan dirinya menikah dengan pria yang jauh lebih tua, meski hatinya hancur.

Pernikahan ini tidak membawa kebahagiaan. Nurbaya diperlakukan dengan buruk oleh Datuk Meringgih hingga akhirnya ia meninggal secara tragis setelah diracun. Samsulbahri, yang terluka mendengar nasib kekasihnya, kemudian bergabung dengan militer Belanda. Dalam perjalanan hidupnya, ia akhirnya bertemu kembali dengan Datuk Meringgih dalam sebuah pertempuran besar, yang berakhir dengan kematian Datuk.

Melalui kisah ini, Marah Rusli tidak hanya menyuguhkan kisah cinta yang menyayat hati, tetapi juga menyampaikan kritik terhadap praktik adat yang mengekang kebebasan individu, terutama perempuan. Novel ini juga mengecam ketidakadilan sosial, di mana kekuasaan dan uang sering kali menindas kaum lemah.

Siti Nurbaya menjadi simbol pergolakan antara tradisi dan modernitas pada masanya. Dengan alur cerita yang menyentuh, novel ini tetap relevan hingga kini, menjadi pengingat akan perjuangan melawan ketidakadilan yang dibungkus dalam keindahan sastra.

Ketiga novel klasik ini---Azab dan Sengsara, Tenggelamnya Kapal van der Wijck, dan Siti Nurbaya---bukan hanya sekadar karya sastra, tetapi juga pengingat akan pentingnya perjuangan melawan ketidakadilan dan pengaruh adat yang kaku. Melalui kisah cinta, penderitaan, dan perjuangan tokoh-tokohnya, kita diajak untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Membaca karya-karya ini bukan hanya memperkaya wawasan literasi, tetapi juga membuka pemahaman akan sejarah sosial bangsa Indonesia. Semoga rekomendasi ini menginspirasi Anda untuk lebih menghargai dan melestarikan karya sastra klasik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun