Mohon tunggu...
Raisyah Antony Pasha
Raisyah Antony Pasha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Membaca Buku dan Bertukar Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Belajar Mengenai Perbedaan Frasa dan Klausa sebagai Fondasi Struktur Bahasa Indonesia

16 Desember 2024   10:37 Diperbarui: 16 Desember 2024   10:58 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Frasa, menurut Kridalaksana (2008:59), adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif, baik dalam bentuk yang rapat maupun renggang. Sebagai contoh, gunung tinggi termasuk frasa karena tidak bersifat predikatif, berbeda dengan gunung itu tinggi yang merupakan konstruksi predikatif dan bukan frasa.

A. Chaer (2008:39) menyatakan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang berfungsi mengisi salah satu peran dalam struktur sintaksis. Hal ini sejalan dengan pendapat Ramlan (1987:151), yang menjelaskan bahwa frasa adalah satuan gramatikal terdiri atas dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi dalam klausa. Parera (1991:32) juga berpendapat bahwa frasa adalah konstruksi yang terbentuk dari dua kata atau lebih, baik dalam pola dasar kalimat maupun di luar pola tersebut.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, frasa dapat disimpulkan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang tidak bersifat predikatif, berfungsi sebagai salah satu bagian dalam struktur sintaksis, dan tidak melampaui batas fungsi klausa.

Frasa memiliki beberapa karakteristik penting yang membedakannya dari unsur gramatikal lain, seperti klausa dan kalimat. Salah satu ciri utama frasa adalah sifatnya yang nonpredikatif, artinya frasa tidak memiliki hubungan subjek-predikat di dalamnya. Misalnya, dalam rumah besar, kedua kata tersebut membentuk satu kesatuan yang tidak memiliki hubungan subjek dan predikat, sehingga disebut frasa. Berbeda dengan klausa, seperti rumah itu besar, yang memiliki hubungan predikatif antara subjek (rumah itu) dan predikat (besar).

Selain itu, frasa berfungsi mengisi salah satu unsur sintaksis dalam sebuah kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Sebagai contoh, dalam kalimat Anak kecil itu sedang bermain di taman, frasa anak kecil itu berfungsi sebagai subjek, sedangkan di taman berfungsi sebagai keterangan. Hal ini menunjukkan bahwa frasa memainkan peran penting dalam struktur kalimat, meskipun tidak berdiri sendiri sebagai klausa.

Menurut struktur dan jenisnya, frasa juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, seperti:

  • Frasa Nominal: Frasa yang inti atau kepala katanya berupa kata benda, misalnya buku baru atau anak pintar.
  • Frasa Verbal: Frasa yang inti katanya berupa kata kerja, misalnya sedang belajar atau akan datang.
  • Frasa Adjektival: Frasa yang inti katanya berupa kata sifat, misalnya sangat indah atau terlalu tinggi.
  • Frasa Preposisional: Frasa yang diawali dengan preposisi, misalnya di rumah atau ke pasar.

Dengan memahami jenis-jenis frasa ini, kita dapat lebih mudah mengenali peran masing-masing frasa dalam membangun makna kalimat. Secara keseluruhan, frasa merupakan elemen penting dalam tata bahasa karena memberikan fleksibilitas dalam menyusun dan mengembangkan kalimat, baik dalam konteks formal maupun informal.

Klausa adalah kelompok kata yang memiliki subjek dan predikat, sehingga bisa membentuk makna tertentu. Klausa bisa berdiri sendiri sebagai kalimat (disebut klausa bebas) atau menjadi bagian dari kalimat yang lebih besar (disebut klausa terikat). Klausa itu sebenarnya adalah kelompok kata yang punya subjek dan predikat. Klausa ini bisa jadi kalimat kalau berdiri sendiri, atau bisa juga jadi bagian dari kalimat yang lebih panjang.

Klausa adalah bagian dari tata bahasa yang bisa dikembangkan menjadi sebuah kalimat. Menurut Kridalaksana (2008:111), klausa adalah kelompok kata yang setidaknya memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk menjadi kalimat. Dengan kata lain, klausa juga bisa disebut sebagai dasar dari sebuah kalimat.

Kalimat dasar sendiri adalah kalimat sederhana yang bersifat deklaratif, yaitu kalimat yang menyatakan informasi atau fakta. Kalimat ini memiliki struktur predikasi, artinya hubungan antara subjek dan predikatnya jelas.

Menurut Stocwell (dikutip oleh Lapoliwa, 1989:39), kalimat dasar adalah kalimat yang memenuhi beberapa syarat tertentu, seperti memiliki susunan yang lengkap (subjek, predikat, dan jika diperlukan, objek atau keterangan) dan bisa berdiri sendiri tanpa memerlukan tambahan elemen lain.

Sebagai tambahan, klausa juga menjadi bagian penting dalam membentuk kalimat yang lebih kompleks, seperti kalimat majemuk. Klausa bebas bisa berdiri sendiri sebagai kalimat, Kalimat dasar adalah jenis kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:

  • Hanya memiliki satu kata kerja (verba).
    Contoh: Ibu memasak nasi.
  • Tidak menggunakan kata penghubung (konjungsi)

Untuk menghubungkan dengan unsur lain.
Contoh: Dia belajar, bukan Dia belajar dan bermain.

  • Subjek, predikat, dan objeknya dalam bentuk yang paling sederhana atau minimal.
    Contoh: Ayah membaca buku, bukan Ayah sedang membaca buku tebal di ruang tamu.
  • Tidak mengandung unsur tambahan seperti negasi (kata tidak), perintah, pertanyaan, atau modalitas (seperti harus, bisa, mungkin).
    Contoh: Anak itu berlari, bukan Anak itu tidak berlari atau Anak itu harus berlari.

Kalimat dasar adalah bentuk kalimat yang paling sederhana, yang menjadi dasar untuk membangun kalimat yang lebih kompleks.sedangkan klausa terikat memerlukan klausa lain untuk melengkapinya.

  1. Klausa Berdasarkan Keberdiriannya:
    • Klausa Bebas: Klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
      Contoh: Dia sedang makan.
    • Klausa Terikat: Klausa yang membutuhkan klausa lain untuk menjadi kalimat lengkap.
      Contoh: Ketika dia sedang makan.
  2. Klausa Berdasarkan Unsur Penyusunnya:
    • Klausa Lengkap: Memiliki subjek dan predikat secara eksplisit.
      Contoh: Ayah membaca koran.
    • Klausa Tidak Lengkap: Salah satu unsurnya tidak disebutkan secara eksplisit, tetapi dipahami dari konteks.
      Contoh: Sedang membaca koran.
  3. Klausa Berdasarkan Fungsinya dalam Kalimat:
    • Klausa Utama: Klausa yang menjadi inti dalam kalimat majemuk.
      Contoh: Saya akan pergi [klausa utama], jika hujan reda.
    • Klausa Anak (Subordinatif): Klausa yang menjelaskan atau melengkapi klausa utama.
      Contoh: Saya akan pergi jika hujan reda.
  4. Klausa Berdasarkan Jenis Makna atau Tujuan:
    • Klausa Deklaratif: Menyampaikan informasi atau pernyataan.
      Contoh: Dia sedang belajar.
    • Klausa Interogatif: Berisi pertanyaan.
      Contoh: Apakah dia sudah selesai belajar?
    • Klausa Imperatif: Berisi perintah atau permintaan.
      Contoh: Tolong ambilkan buku itu.

Klasifikasi ini membantu memahami bagaimana klausa membentuk struktur kalimat dalam berbagai konteks.

Frasa dan klausa adalah dua komponen dasar dalam sintaksis yang saling melengkapi. Frasa, sebagai kelompok kata nonpredikatif, memberikan fleksibilitas dalam menyusun bagian-bagian kalimat. Sementara itu, klausa, dengan struktur subjek dan predikatnya, menjadi inti dari sebuah kalimat. Memahami kedua elemen ini akan memudahkan kita dalam menyusun dan menganalisis kalimat yang jelas, padat, dan efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun