Mohon tunggu...
Raisya Adinda Gatra Putri
Raisya Adinda Gatra Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

NIM : 22107030037

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mau Liburan dan Edukasi Gratis? Yuk ke Museum Sejarah Purbakala Pleret!

16 Juni 2023   16:43 Diperbarui: 16 Juni 2023   16:46 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Dengan Tour Guide: Dokumen Pribadi

Museum Pleret patut menjadi tempat wisata sejarah yang harus Anda kunjungi di Yogyakarta. Museum yang terletak di Jalan Pleret, Kedaton, Pleret, Kec. Pleret, Kabupaten Bantul ini mungkin jarang terdengar di telinga kita, namun keberadaannya sebagai tempat yang bersejarah sangat cocok sebagai tempat liburan yang asyik dan mengedukasi. Meski bangunanya terlihat sederhana, museum ini memberikan banyak kejutan di dalamnya.

Kenapa harus mengunjungi Museum Sejarah Purbakala Pleret ini? Akan sangat menyenangkan apabila liburan tak perlu mengeluarkan banyak uang dengan hasil yang memuaskan. Untuk memasuki Museum Pleret ini kita tidak dipungut biaya apa pun, baik itu biaya parkir, tiket masuk, dan layanan pemandu wisata, semuanya gratis. Meskipun begitu, museum ini sangat terjaga kebersihannya dan dirawat dengan baik sehingga pengunjung merasa nyaman.

Memasuki halaman museum, kita akan diarahkan oleh pemandu wisata menuju lokasi dimana benda-benda bersejarah berada. Untuk pelayanan tour guide ini memang tidak wajib bagi setiap pengunjung, akan tetapi sangat dianjurkan untuk dipandu bersama tour guide karena sangat rugi jika kita hanya berkunjung tanpa mengetahui penjelasan rinci yang diberikan oleh tour guide. “Kadang satu dua kali sering pengen sendiri, foto-foto aja. Itu monggo, silahkan… Tapi mayoritas kami dampingi.” Ucap Avi yang merupakan salah satu pemandu wisata di sana (Rabu, 7 Juni 2023).

Sumber Foto Dengan Tour Guide: Dokumen Pribadi
Sumber Foto Dengan Tour Guide: Dokumen Pribadi

Museum yang sudah berdiri sejak tahun 2000-an ini rupanya telah mengalami beberapa kali renovasi dan perubahan. “Kemudian selanjutnya baru dibuka untuk umun tahun 2014 dan diresmikan tahun 2015.” Avi juga menuturkan awal mula tujuan dibangunnya museum ini, “Pada Awalnya untuk mengumpulkan barang-barang atau benda-benda yang diduga cagar budaya yang ditemukan se-Bantul.” Museum ini terbagi menjadi dua bangunan sebagai pengelompokkan masa sejarah. Bangunan pertama berisi mengenai masa pra-sejarah dan klasik Hindu Buddha. Sedangkan bangunan kedua berisi tentang masa Islam dan kolonial.

Perjalanan sejarah dimulai dari masa pra-sejarah dan klasik Hindu Buddha. Memasuki bangunan  pertama kita akan diperlihatkan oleh berbagai macam barang-barang peninggalan pada masa pra-sejarah dan klasik Hindu Buddha. Benda-benda seperti arca dan berbagai macam komponen candi ditampilkan di tempat ini. Ada satu hal yang menarik perhatian pada bangunan pertama ini, yaitu area khusus bernama Light Spot.

Sumber Gambar Layar Light Spot: Dokumen Pribadi 
Sumber Gambar Layar Light Spot: Dokumen Pribadi 

Sumber Gambar Light Spot: Dokumen Pribadi
Sumber Gambar Light Spot: Dokumen Pribadi

Di area Light Spot kita dapat mengetahui informasi  komponen candi dengan cara menekan logo yang ada pada papan Light Spot. Dalam sekali tekan, informasi yang kita inginkan muncul seketika pada layar Light Spot di depan kita. Di bawah layar tersedia benda yang sedang dijelaskan. Area Light Spot ini sangat unik, karena ilmu sejarah bisa kita dapatkan dengan cara yang mudah dan asyik. Selain menayangkan pada layar, terdapat juga sistem suara yang menjelaskan informasi benda sejarah yang dituju. Tentu saja kecanggihan teknologi ini membuat pengunjung tidak merasa bosan di dalam museum.

Selanjutnya kita akan dibawa pemandu wisata menuju ke bangunan masa Islam dan Kolonial. Memasuki bangunan ini, kita disambut oleh instrumen yang lembut dan menenangkan. Disini akhirnya terungkap bahwa museum yang tengah di pijak pengunjung merupakan bangunan bekas keraton Islam Mataram. Di Pleret terdapat dua keraton, yaitu keraton Kerto dan keraton Pleret, sebagai keraton-keraton terdahulu. Sayangnya, keraton itu kini sudah tidak utuh.

Avi mencoba untuk menggambarkan bagaimana kondisi keraton dahulu kala, “Dihiasi dengan dinding yang konon katanya itu tingginya 5-6 meter, itu menurut catatan-catatan. Kemudian, disebelah Timur sampai Selatan itu dibatasi dengan Segoroyoso. Segoroyoso itu danau buatan yang karena luas banget nih kayak segoro, kayak lautan, dinamakan Segoroyoso.” Saat ini, hanya tersisa situs-situs reruntuhan peninggalan kejayaan masa lalu yang masih bisa dijumpai.

Disebabkan terbatasnya peninggalan yang tersisa, dari Dinas Kebudayaan membuat hologram sebagai penggambaran bangunan-bangunan keraton di masa lalu. Keberadaan hologram menjadi salah satu daya tarik di museum ini, karena dari hologram tersebut kita mengetahui bagaimana struktur bangunan keraton saat masih berada dalam keadaan utuh. Meski ada hologram, tour guide tetap menjelaskan secara rinci informasi terkait benda-benda yang ada disana.

Tak berhenti sampai disitu, masih ada komponen-komponen lain seperti saluran air, serta umpak sebagai landasan tiang bangunan yang memiliki banyak jenis, ada yang bulat dan ada yang persegi. Ada juga alat-alat keseharian seperti alat dapur dan juga alat yang membuktikan adanya hubungan dengan bangsa asing, yaitu mata uang Cina dan pecahan keramik Tiongkok Cina. Karena pada masa itu masyarakat belum bisa membuat keramik.

Sumber Foto Umpak: Dokumen Pribadi
Sumber Foto Umpak: Dokumen Pribadi

Sumber Foto Keris Sabuk Inten: Dokumen Pribadi
Sumber Foto Keris Sabuk Inten: Dokumen Pribadi

Salah satu masterpiece yang dimiliki Museum Pleret yaitu keris Sabuk Inten dengan sebelas lekukan yang ditemukan di situs kauman. Keris itu berada di dalam sebuah kaca dalam kondisi sudah berkarat, hanya saja didukung dengan hologram untuk menggambarkan keris ketika dalam keadaan utuh. Sayangnya, warongko atau wadah keris ini masih belum ditemukan.

Tak hanya hologram, disana juga disediakan tempat khusus untuk mendengarkan sastra gending karya Sultan Agung. Avi menjelaskan isi dari karya Sultan Agung tersebut, “Isinya tentang ketuhanan, terus falsafah hidup, perjalanan hidup, dan lain sebagainya.” Tempat itu berbentuk meja dengan headphone tersedia untuk pengunjung. Pengunjung hanya perlu meletakkan telapak tangan di atas tombol sensor untuk mendengarkan tembang macapat.

Sumber Foto Area Sastra Gending: Dokumen Pribadi
Sumber Foto Area Sastra Gending: Dokumen Pribadi

Sumber Gambar Sumur Gumuling: Dokumen Pribadi
Sumber Gambar Sumur Gumuling: Dokumen Pribadi

Salah satu benda ikonik yang ada di Museum Pleret adalah sumur yang masih  memiliki sumber air di dalamnya.  Sumur ini sudah lama tidak dimanfaatkan, hanya saja untuk masyarakat yang masih percaya dengan hal-hal spiritual, beberapa kali datang meminta air untuk siraman atau penyembuhan. Sumur ini bernama sumur Gumuling.

Itulah beberapa gambaran tentang wisata di Museum Sejarah Purbakala Pleret. Tentu kita tak akan rugi ketika berkunjung ke sini. Ada begitu banyak ilmu dan pengalaman seru yang kita dapatkan di museum yang modern ini. Bagi Anda yang berminat mengunjungi Museum Pleret, museum ini buka di hari Senin hingga Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu, Minggu, dan libur nasional museum ini tutup. Untuk hari Senin-Kamis buka dari pukul 08.00-16.00 sedangkan hari Jumat dari pukul 08.00-14.30. Yuk liburan bermanfaat ke Museum Sejarah Purbakala Pleret! Asyik dan mengedukasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun