Mohon tunggu...
Rais syukur Timung
Rais syukur Timung Mohon Tunggu... Lainnya - Pena Nalar Pinggiran

* Omo Sanza Lettere * Muslim Intelektual Profesional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi Riuh Kontestasi

23 Agustus 2020   19:23 Diperbarui: 23 Agustus 2020   19:29 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik itu bukan Duniannya Albert Einstein, dimana E=Mc2. Bukan pula dunia mekanika kuantumnya Stephen William Hawking, yang bagaimanapun rumitnya, tetap berjalan dalam rel sebuah rumus. Politik ialah dunia yang sangat dinamis, bergerak dalam ritme yang tidak terdeteksi. Ada panggung depan, ada panggung belakang, Tutur peletak Teori Drama Turgi "Earving Goffman". Bermusuhan kemudian saling berangkulan. Saling Jitak lalu saling elus. Maka sudah sepatasnya dihadapi dengan selera humor tinggi.

Sungguh politik praktis itu Cair. Demikian cair. Tidak pernah kental. Sebahagian dari kita saja yang menganggapnya keras dan statis.
Follow the money (ikuti saja kemana keuntungam mengalir) adalah Hukum bakunya. Dan sesama kita saling bertengkar. api telah padam, perapian masih tetap berasap. Ada yang menghebuskan untuk memadamkannya, pun ada yang menghebuskannya untuk menyalakannya.

Salahkah mereka?. Tidak, sebab hal itu niscaya dalam belantara politik kita. Kalkulasinya pasti ada, realitas paling Rasional, bukan emosional dan ujungnya adalah pragmatisme. Tidak ada yang mau merugi seutuhnya. Permusuhan mereka palsu. Persahabatan mereka palsu. Persahabatan saya, anda dan kita (Rakyat) yang asli.

Seumpama "penjual obat". beli obatnya seluruh penyakit yang bersemayam di batin dan Raga kita akan sembuh.
Jika dokter, yang umumnya tidak banyak bicara : menyarankan beberapa obat untuk satu penyakit. Justru penjual obat yang sering kita nikmati kampanyenya : menyarankan satu obat untuk seluruh penyakit. Semua orang terhipnotis. Bahkan orang yang terkagum-Kagum mengelilinginya. Dengan sukarela dompetpun dibuka dan obatpun dibelinya, uang berpindah. Resep tidak ada, petunjuk pun sederhana. Yakinlah, tidak ada yang bertanya : memangnya Si penjual Obat dulu sekolahnya dimana?.

Lalu, soal Tutur Prabowo bahwa China adalah sahabat kita, itu kontra dengan Isi Kampanyenya yang berapi-api itu.?.

Negara-negara kaya di Timur tengah sana sedang berusaha mendekati China atau Tiongkok. Berusaha menjadi sahabat terbaik dan belajar pada Negeri tirai Bambu. Tapi, China menghadirkan ketegangan diplomatik?. Ketegangan diplomatik, diselesaikan dengan Diplomasi. Sebab apa yang kita dapat dari otot dan senjata?. Memangnya kita mampu menang melawan tiongkok dalam perang?.

Nasionalisme, Kamu Kurang?. Siapa yang meragukan Nasionalisme Soekarno, Hatta, H. Agus Salim, Sjafruddin Prawiranegara dan Tokoh-Tokoh besar Republik ini, mereka tidak pernah berperang. Apakah Nasionalisme itu identik dengan Mesiu, senjata dan perang?.

Untuk itu saya Teringat Tutur  Seorang Penyair "Mohammad Darwis : sementara Kau sibuk berperang, pikirkanlah orang-orang selainmu. Jangan lupakan mereka yang menginginkan kedamaian.  

Mari kita sejenak Bertamasya Historis, pada Poetra Fajar (Soekarno) yang menjadi Magnet bagi kawan dan lawannya didunia internasional. Memang banyak referensi yang menyebutkan bahwa Soekarno adalah Presiden Ultra Flamboyan, Fashionable, Bentuk lain dari pencitraan. 

Tetapi Harga diri dan kemandirian adalah kata kunci dari perjuangannya. Ia merasakan derita dan mengeluarkan peluh keringat untuk sebuah bangsa yang bernama indonesia. Ia dan bangsanya tidak ingin jadi sampah "sejarah", ia ingin jadi "ingatan" orang banyak, menjadi magnet bagi pemimpin dunia lainnya. 

Dan indonesia berawal dari harga diri yang tercabik dan terhina oleh Kolonialisme, anak Haram dari Kapitalisme yang bertumpu pada Imprealisme. Maka itulah "muka tengadah", arah kedepan sambil tertunduk melihat " masa lalu" menjadi ikon pemikiran Si Bung yang menggelorakan optimisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun