Mohon tunggu...
Rais Sihombing
Rais Sihombing Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi

saya adalah seorang yang tertarik dengan dunia perfilman juga seni.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Blonde: Marilyn Monroe dan Representasi Objektifikasi Perempuan

9 Januari 2023   09:29 Diperbarui: 9 Januari 2023   09:29 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Streaming” sudah menjadi salah satu lifestyle dalam aktivitas manusia saat ini. Banyaknya pilihan platform OTT sebagai alternatif mengisi waktu luang mendukung para penggiat sinema untuk memproduksi film ataupun seri drama. Seperti halnya Netflix, salah satu platform streaming terkenal di dunia. 

Per september 2022, tercatat bahwa ada 223,09 juta pengguna Netflix di dunia. Hal ini membuktikan bahwa Netflix masih menjadi pilihan banyak orang untuk menikmati film film pilihan baik bersama keluarga, teman, ataupun pasangan.

Film dan seri drama produksi Netflix juga terkenal dan sering menjadi perbincangan hangat. Dapat dilihat seperti seri drama “Squid Game” hingga “Stranger Things” yang menjadi viral dan memuncaki trending di Twitter maupun di media sosial lainnya. Contoh lainnya juga adalah seri produksi Netflix “Wednesday” yang memecahkan rekor jumlah penonton terbanyak dalam seminggu, sebanyak 411,29 juta tayangan di seluruh dunia.

Walaupun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa film produksi Netflix terhindar dari kritikan dan kontroversi. Ternyata ada muatan ataupun konten yang memicu pro kontra di mata publik, salah satu contohnya film “Blonde” yang rilis pada september 2022 lalu.

Diadaptasi dari novel berjudul sama, film ini disutradarai oleh Andrew Dominik dan dibintangi oleh Ana de Armas sebagai Marilyn Monroe. Marilyn Monroe sendiri adalah seorang aktris Hollywood pada tahun 1950-an yang terkenal dengan rambut pirangnya yang ikonik.

Dominik sendiri sudah menekankan bahwa film ini bukan merupakan dokumenter dari sosok Monroe, melainkan karya fiksi yang juga diangkat dari sebuah novel yang isinya bukan sesuatu yang benar terjadi. 

Namun banyak kritik yang dilayangkan ke film ini. Film ini dituduh mengeksploitasi persona seorang Marilyn Monroe yang merupakan seorang legenda. film ini mengangkat sisi yang terlalu traumatis sehingga banyak membuat orang tidak nyaman.

Dimulai dari masa kecil yang tidak menyenangkan, hingga ke usia dewasa seorang Monroe yang harus menghadapi berbagai peristiwa buruk seperti dilecehkan dan dipaksa untuk memuaskan nafsu para pria untuk keberlangsungan karirnya, hingga harus menghadapi aborsi dan kekerasan fisik lainnya.

Monroe dieksploitasi tubuh dan kehidupan pribadinya. Sosok ini juga harus menghadapi penggambaran media dan stereotip “perempuan pirang bodoh” oleh orang-orang. dipandang rendah oleh banyak pihak, termasuk mereka yang  memproduksi film “Blonde” ini.

Penggambaran karakter monroe baik di film blonde maupun di berbagai film yang dilakoninya menjadi representasi tentang bagaimana seorang perempuan mengalami objektifikasi di media. 

Film ini juga mempertontonkan bagaimana banyak orang bisa melakukan hal semena-mena kepada Monroe yang notabenenya adalah seorang perempuan. pelecehan seksual dalam film ini juga digambarkan dengan lumayan jelas. hal ini menjadi peringatan untuk beberapa kalangan untuk dianjurkan tidak menonton film ini apabila sensitif dengan muatan pelecehan.

Salah satu fenomena paling ikonik dari seorang Monroe adalah foto dari film “The Seven Year Itch” yang diperankan oleh Monroe. Salah satu adegannya memperlihatkan gaun karakter yang diperankannya terkibas oleh angin sehingga menampakkan area privatnya. Film ini makin memperkuat titel Marilyn Monroe sebagai salah satu sex symbol pada masanya.

Sudah bertahun-tahun sejak kematiannya, namun tidak ada film yang dapat merepresentasikan prestasi dan kehidupannya dengan baik. Monroe layak mendapatkan penghargaan lebih atas legacy yang dibangunnya dengan susah payah, bukan dengan film traumatis yang tidak menggambarkan sepenuhnya kehidupan monroe di kenyataan.

Film ini juga banyak mendapatkan komentar negatif dan rating rendah, seperti IMDb dengan rating 5.5 dari 10, dan Rotten Tomatoes yang memberikan rating 42%. Namun begitu, film ini tetap mendapatkan apresiasi berupa bagaimana Ana de Armas dapat melakoni dan mengeksekusi peran Marilyn Monroe dengan baik. Terbukti dengan mendapatkan standing ovation selama 14 menit di Venice Film Festival.

banyak ide lain yang bisa dan lebih baik untuk dijadikan sebuah karya sebesar film yang ingin ditampilkan di banyak layar bioskop. Namun, memang tidak dapat dipungkiri bahwa tiap orang pasti memiliki representasi berbeda akan film ini, dan juga tiap orang memiliki sikap tersendiri tentang bagaimana mengambil pesan-pesan yang ada. itu semua balik ke diri kita sebagai manusia yang berakal dan paham untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun