Mohon tunggu...
Raissa Kumala
Raissa Kumala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Clinical Psychology

Hai! Disini Raissa seorang mahasiswa Universitas Negeri Malang fakultas psikologi. Salam kenal yaa. Semoga bisa sharing mengenai hal-hal yang berkaitan dengan psikologi klinis

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Temper Tantrum pada Anak? Simak Cara Mengatasi

29 November 2023   16:00 Diperbarui: 29 November 2023   16:06 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari minggu tanggal 05 November 2023 di Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, penulis melakukan sosialiasi mengenai temper tantrum pada ibu-ibu yang masih memiliki anak ataupun cucu yang berusia 3 hingga 12 tahun.  Sosialisasi ini tujukan agar para orang tua khususnya Ibu memahami dan mengerti lebih dalam mengenai temper tantrum.

Mari kita bahas mengenai temper tantrum!

Semua orang tua, terutama Ibu yang sudah memiliki anak pasti pernah mengalami perasaan bingung dalam menghadapi perilaku anak saat tantrum. Tak jarang, anak akan berperilaku tantrum pada ruang publik seperti mall, taman bermain atau tempat wisata yang dimana biasanya orang tua akan malu apabila anaknya menangis atau merengek terlalu kencang. Maka dari itu, yuk kenali lebih jauh mengenai temper tantrum dan bagaimana tips untuk mengatasi perilaku temper tantrum pada anak.

Temper Tantrum

Perilaku temper tantrum merupakan luapan emosi anak yang biasanya terjadi saat anak mendapatkan sikap penolakan dari lingkungannya. Pada masa perkembangannya, anak masih belajar mengenai bagaimana mengontrol emosi sebab ia belum paham betul cara mengungkapkan perasaannya sehingga temper tantrum itu terjadi.

Terkadang jika anak mengalami kondisi temper tantrum biasanya ingin mendapatkan perhatian atau mendapatkan keinginannya. Namun orang tua tidak boleh membiarkan hal tersebut berlanjut hingga anak Anda berada di usia dewasa karena nantinya dapat dijadikan senjata olehnya jika ada keinginan atau kemauan yang tidak dituruti oleh orang tua.

Apa sih yang Sebenarnya Menyebabkan Muncul Perilaku Temper Tantrum?

Temper tantrum pada anak itu terjadi karena anak belum mampu untuk mengontrol emosi dan bagaimana mengungkapkan perasaanya dengan baik. Dengan bersikap temper tantrum anak dapat memanipulasi orang tua agar semua keinginan dan kemauannya dituruti.

Untuk itu ketahuilah dengan jelas penyebab apa saja yang membuat anak tantrum, yaitu:

1. Faktor fisiologis

            Saat anak sedang aktif-aktifnya mengeksplorasi lingkungan ada waktu mereka merasakan lelah, lapar dan mengantuk. Pada waktu tersebut anak akan menjadi kesal karena merasa ada kebutuhannya yang tidak terpenuhi sedangkan anak belum bisa untuk mengungkapkan keinginannya dengan benar. Rasa emosi anak yang memuncak saat orang tua tidak bisa memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan olehnya membuat anak menjadi marah dan menangis.

2. Faktor psikologis

            Saat anak sedang mengalami adanya kegagalan dalam melakukan kegiatan atau sesuatu, mereka bisa menjadi emosi karena akibat dari kegagalan tersebut. Emosi akan menjadi meledak atau tidak terkendali ketika orang tua membandingkan kemampuan anak sendiri dengan anak orang lain karena mereka akan berpikir memiliki tuntutan atau harapan yang tinggi dari hasil membanding-bandingkan.

3. Faktor lingkungan

            Lingkungan internal berpengaruh ketika mereka melihat orang tua mengungkapkan segala sesuatu dengan kemarahan atau hal-hal yang negatif seperti membentak, maka hal tersebut akan terekam dalam ingatan anak sehingga anak akan menirukan perilaku yang dilihatnya.  Lingkungan eksternal terjadi ketika anak terbiasa melihat tetangga yang marah-marah, anak-anak lain yang merengek ketika meminta sesuatu.

Anna Shvets/pexels
Anna Shvets/pexels

Pada Usia Berapa Temper Tantrum dapat Terjadi?

1. Dibawah usia 3 tahun, saat usia anak dibawah 3 tahun termanifestasi dalam perilaku memukul, menggigit, menjerit, menangis dan melempar barang

2. Usia 3-4 tahun, saat anak berada pada usia 3-4 tahun akan mengalami tantrum yang ditambah dengan merengek, berteriak dan mengehentakkan kaki.

3. Usia 5 tahun ke atas, pada umur ini anak yang mengalami tantrum mulai untuk menyumpah, memaki, mengancam, memukul orang sekitar dan memecahkan barang dengan sengaja.

Bentuk Perilaku Temper Tantrum yang Anak Lakukan

Pahami perilaku-perilaku anak ketika sedang temper tantrum

1. Menangis keras, anak yang tantrum perilakunya akan diawali dengan menangis yang keras akibat adanya keinginan yang tidak dituruti oleh orang tua. Contohnya ketika ia sedang menangis keras akibat keinginan yang tidak dituruti namun saat keinginannya dituruti maka tiba-tiba ia akan berhenti menangis dan langsung tersenyum atau ketawa.

2. Membentak, wujud dari perilaku tantrum anak yang marah terhadap orang tua akibat ada sesuatu yang memicunya

3. Memaki, anak yang mulai bermain dengan teman sebayanya akan akan saat dimana mereka berebut mainan antar satu dengan lain dengan memaki sampai menimbulkan perkelahian sampai menangis

4. Merengek, perilaku tantrum merengek anak keluar ketika ia ingin merebut mainan atau makanan namun ia tidak mendapatkan salah satunya, bisa saja ia akan memukul individu tersebut dan merengek kepada Ibu sebagai orang tua.

Jangan Selalu Menuruti Keinginan Anak

Perlu ditekankan kembali bahwa perilaku temper tantrum tidak boleh dipuji atau dibiarkan secara terus menerus sebab jika orang tua membiarkan perilaku temper tantrum berkuasa maka secara tidak langsung Anda memperbolehkan anak untuk mendapatkan apapun yang diinginkan. Nah, jika respon orang tua memberikan hukuman atau paksaan ketika perilaku tantrum anak muncul maka itu dapat memberikan contoh kepada anak untuk bertindak dengan perilaku yang agresif dan kasar.

Nicola Barts/pexels
Nicola Barts/pexels

Cara Mengatasi Perilaku Temper Tantrum pada Anak

Tips untuk orang tua dalam menangani perilaku temper tantrum anak. Mari kita akan bahas yaa!

Tips pertama, apabila anak tantrum langkah pertama yang dapat dilakukan yaitu Ibu harus dapat mengendalikan emosi pada diri dengan cara bersikap sabar, tenang dan tidak ikut terpancing marah. Langkah kedua, jika anak mengalami tantrum yang berkelanjutan dimana semakin lama semakin parah maka peluklah anak Anda dengan rasa kasih dan sayang maka secara langsung anak akan merasakan adanya kasih dan sayang yang Ibu berikan.

Perlu diingat, jikalau anak sudah selesai mengalami tantrum orang tua tidak perlu memberinya hukuman karena tantrum manifestasi akibat kurangnya kemampuan anak dalam mengungkapkan keinginan secara lisan atau isyarat, latihlah anak untuk sedikit demi sedikit belajar untuk mengungkapkan apa yang diingkan secara baik melalui komunikasi dari hati ke hati.

Tips kedua, apabila temper tantrum anak terjadi di ruang publik, maka ajaklah anak ke area yang sepi lalu ajaklah duduk dengan tenang dan mulai untuk berbicara secara halus jika bukan begitu cara untuk meminta yang baik. Kemudian contohkanlah kepada anak melalui perkataan dan perilaku yang seharusnya ketika akan meminta sesuatu dan berilah penjelasan mengapa tidak membelikan apa yang ia inginkan seperti sudah ada di rumah sehingga tidak harus meminta barang baru lagi, kemarin kamu kan sakit jadi sama dokter ngga boleh makan es krim dan sebagainya.

Tips ketiga dapat dilakukan jika Anda sudah mengalami rasa capek dan merasa sudah cukup yaitu disarankan cukup membiarkan anak tanpa ada bujuk-membujuk dan tidak melakukan argumen kepada anak. Perilaku temper tantrum akan lebih cepat berakhir jika orang tua tidak berusaha menghentikan dengan paksaan atau rayuan.

Referensi:

Gracinia, J. (2005). Ajari aku solusi praktis untuk 30 perilaku anak yang menjengkelkan. Jakarta: Gramedia.

Hayes, E. (2003). Tantrum: Panduan memahami dan mengatasi ledakan emosi anak. Jakarta: Erlangga.

Hidayati, B. M. R., & Janah, R. (2021). Tipe Pola Asuh Orang tua Dengan Anak Temper Tantrum Di SDI Al-Huda Kota Kediri. Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences, 2(1), 23-32.

Tandry, N. (2010). Bad Behavior, Tantrums and Tempers. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun