Ajmalaa dzikro hadil alaina
Nilna fiiha kul amaninaa
Nilna ………..fihaa………..
Nilna fiiha kul amanina…………………………………………..
Sayup sayup kudengar nyayian hadrah nan merdu.suara itu berasal tak jauh dari jajaran blok kamar para santri putra. Yang tak lain ruangan sebelah kompleks masjid pondok pesantren Ar Rasyidin. Aku mendengarkanya sambil tiduran di atas kasur lantai yang sedemikian rupa sudah diatur para pengurus untuk kamar para santri putra. Sambil membaca buku Sang Pemimpi karangan penulis Andrea Hirata. Saat ini aku tidak bisa mengikuti apa yang dilakukaan para santri putra di ruangan sebelah kompleks masjid itu. Karena saat ini aku baru saja pulang dari universitas tuk mengurus administrasi yang belum aku selesaikan. Selain itu aku juga masih tergolong santri baru disitu. Ya bisa di bilang baru tiga hari ini. Jadi pihak pondok terutama para pengurus memberikan dispensasi selama satu minggu. Untuk mengurus hal hal yang berkaitan dengan unniversitasku ,dimana yang menjadi tempat kuliahku.
‘’Man! Kok kamu disini sih. Lihat tuh semua anak-anak santri putra pada kumpul disana!’’ suara Hasan membuyarkan imajinasiku. Yang terlibat dalam sebuah kisah dua anak sma yang sedang dikejar oleh kepala sekolahnya, dalam buku yang berjudul sang pemimpi. Yang baru saja aku baca.
‘’Hm, paling juga dengerin cerita-cerita soal kegiatan anak-anak pondok doang,’’cibirku pada Hasan teman sekamarku yang baru aku kenal dua hari yang lalu. ‘’Enggak ada asyiknya lagi!’’
‘’Jangan mikir soal cerita dari anak-anak santri putranya dong. Tapi , serunya bisa bareng- bareng sama yang lain itu lho. Apalagi ini juga perlu buat kumu, agar kamu bisa ta’arufan dengan teman-teman yang mondok di sini gitu. Hasan Nampak serius sambil menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya.
‘’Huh!’’ gerutuku padanya. Santri yang satu ini memang baru beberapa hari aku kenal. Tapi santri ini memang bisa saja mampu mengalihkan kegiatanku. Apa karena hanya dia teman yang paling dekat saat ini denganku. Tapi itu tak penting bagiku. Tanpa menunggu lama segera kuayunkan langkah tuk mengikutinya, ikut bergabung bersama rombongan diskusi anak-anak santri putra.
‘’Hai bro?’’ sapa Hasan pada rombongan para santri yang sedang asyik dengerin cerita dari salah satu santri di situ. ‘’ Hai juga bro!’’timpal dari salah santri putra di situ.
“Hai kalian itu bagaimana sich, ini itu di pondok pesantren. Bukan di tempat nongkrong. Pakai bra bro segala nanti kalau kedengeran sama ustadz pondok yang sedang lewat sini. Baru tau rasa kalian.’’ Tegur salah satu santri yang ikut nimbrung di situ juga.
“Maafin teman saya ya?’’pintaku pada semua santri yang ada disitu. ”Oh gak apa –apa. O, ya. Kenalkan aku Sahid ketua blok B di santri putra ini.’’ Dia mengulurkan tangan sambil tersenyum. ‘’kalo kamu butuh bantuan, aku selalu siap.’’
Aku membalasnya, ‘’Salman al faris.’’
‘’Kamu anak yang baru itu kan. Calon mahasiswa psikiater di universitas Gajah mada .’’ ‘’Insyaallah mas,’’ balasku.
‘’O, ya. Kamu sudah punya jadwal pondok belum?’’
‘’Kemarin aku belum sempat fotokopi,’’balasku lagi.
‘’Tunggu sebentar!’’dia berdiri, mencari sesuatu di sekeliling tempat duduknya. Tak lama kemudian di menemukan sebuah buku yng sedari tadi di cari. Dan menuliskan sembari membacakan jadwal untukku.