Chapter 7
"Mau coklat?" tanya Bu Annisa kepada Theresia, gadis itu menggeleng.
"Enggak usah Kak, gue lagi gak laper." Jawab Theresia setelah dia menggelengkan kepalanya. Â
Di tempat inilah kedua kakak beradik yang menyembunyikan identitasnya itu berada, ruang guru yang sepi dan hanya berisikan Theresia dan kakak kandungnya, Annelisa Ametalia, lebih dikenal dengan sebutan Bu Annisa di sekolah ini.
"Untung di tempat ini lagi sepi, lo bebas mau berbicara informal sama gue."
Adiknya hanya terdiam, tidak memberikan balasan apapun kepada si kakak. Tidak berselang kemudian, Bu Annisa mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya kepada adiknya.
"Coba lu baca, berapa nilai lu disitu?"
Theresia mulai mengarahkan pandangannya yang semula menghadap ke arah jendela sekarang mengarah ke kertas tersebut, "35." ujarnya.
Kakaknya terdiam, selang beberapa detik dia memerhatikan adiknya ini yang sama sekali tidak terlihat khawatir akan hasil nilai ulangannya. Seolah-olah, lembaran itu bukan menjadi masalah besar yang sedang dia hadapi.
"Gue gak mau bantu nilai lo walaupun lo adik gue, gue gak suka makan gaji. Gue mau lo berusaha untuk ulangan harian kedua nanti nilai lu harus bagus, minimal rata-rata." Jelas kakaknya panjang lebar, akan tetapi Theresia tidak menghiraukannya.