Chapter 6
Refleks saja, Rara pun bangkit dari tempat duduknya dan mengejar Kenny yang beranjak menarik pintu kedai, "Kenny tunggu!" pinta Rara.
Kenny menoleh, "Apa?" singkatnya.
"Aku sengaja menekanmu untuk menjawab pertanyaanku, sudah hampir tiga hari Laras murung karena tidak mendapatkan kejelasan darimu. Aku tidak ingin dia terus sedih hanya karena keputusan konyolmu terhadap hubungan kalian, dia hanya perlu kejelasan." jelas Rara yang kemudian menyodorkan buku milik Kenny.
"Ini bukumu, maaf tadi-"
"Tidak masalah, terimakasih. Baiklah aku mengerti," potong Kenny.
"Nanti aku akan jelaskan kepadanya." Sambung laki-laki itu.
"Apa yang ingin kamu jelaskan?" tanya Rara sambil sedikit menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Kenny tertawa, disitulah Rara melihat sisi lain dari seorang Kenny yang ternyata memiliki selera humor yang baik. Rara tersenyum, "Kenapa tertawa?" tanyanya.
"Tadi kamu memaksaku untuk memberikan jawaban kenapa aku memutuskan hubunganku dengan Laras, sekarang kamu sendiri yang kebingungan," ucap Kenny yang membuat Rara tertunduk malu.
"Sudah, aku ingin balik lagi ke tempat duduk tadi." Sambung Kenny yang melangkahkan kakinya menuju tempat yang tadi ia duduki.
Sementara Rara masih kebingungan, "Ngapain, Kenny?" tanya Rara.
Sementara laki-laki yang masih melangkahkan kakinya ini hanya menggelengkan kepala mendengar pertanyaan konyol yang terus Rara tanyakan, "Aku ingin melanjutkan aktivitasku, sudah sana." Tutup Kenny yang membuat Rara mengerucutkan bibirnya.
***
Kenny mengelus Pundak gadis yang masih menunduk di sampingnya ini, "Kamu memutuskan hubungan ini hanya karena merasa tidak pantas bersanding denganku?" tanya gadisnya ini, masih menunduk.
"Aku hanya lelaki nerd, sementara kamu seorang primadona." ucap Kenny yang membuat gadis disampingnya menarik dirinya untuk menjauh dari lelaki itu.
Kenny terkejut melihat Laras yang menjauh darinya dengan mata yang mulai memerah.
"Aku benci alasan itu. Sangat membencinya." tekan Laras.
"Siapa yang melarangmu?" tanya Laras.
Kenny menggelengkan kepalanya, "Apa maksudmu?"
"Apakah David menjadi alasan utamamu memutuskan hubungan kita? Kamu takut kepadanya? Kamu tidak percaya kepadaku, kamu lebih percaya kepada seorang yang jelas-jelas menjatuhkan harga dirimu?"
"Tidak Maurine, tidak."
"Stop! Jangan pernah memanggilku dengan nama itu walaupun nama itu adalah nama ayahku." Laras mulai mengeluarkan air matanya sementara Kenny hanya menunduk, dia sadar apa yang dia perbuat sudah sangat menyakiti hati wanitanya.
"Kedua lelaki yang paling aku percayai di dunia ini sama-sama pengecut, takut dan takut. Aku tidak mengerti, kenapa kamu dan ayah sejahat ini kepadaku." Ucap Laras yang membuat Kenny semakin lemas.
Tiba-tiba Laras menyodorkan sebuah buku berjudul All The Light We Cannot See, "Paras cantik pun tidak menjamin hidup seseorang Bahagia, ku balikan buku kesayanganmu yang pernah kau berikan untukku. Sepertinya dirimu yang belum benar-benar paham cerita itu." kemudian Laras pun pergi meninggalkan Kenny yang masih tertunduk, secara tidak sadar ia pun juga ikut meneteskan air mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H