Chapter 6
Lamunan musik terus mengalir, memberikan suasanya hangat kepada kami, kawa dan canda terus lahir dari setiap Langkah yang kami ukir dengan alunan yang menggema di udara. Rara terlihat bahagia, lebih bahagia dari hari biasanya. Aku senang melihat hal itu, bukan hanya sekedar melihatnya namun aku juga ikut merasakan kebahagiannya sekarang.
Kamu Bahagia, Ra?
"Sangat." Ujarnya sambal menunjukan senyuman manis itu kepadaku.
Rara semakin mengeratkan genggamannya kepadaku, pandangannya semakin lekat, "Terimakasih, Unno." ucapnya.
Terimakasih Kembali tuan Putri.
Kami berdua Kembali tertawa mendengar jawabanku kepadanya.
Tiba-tiba saja perasaanku tidak enak, entah kenapa ini terjadi di saat kami berdua sedang menikmati waktu bersama. Ku lihat kesana-kemari untuk memastikan firasatku tidak benar, ini sangat aneh, seperti ada orang yang sedari tadi memerhatikan aku dan Rara. Entah ini benar atau tidak.
Yap, perasaan ku tidak salah, kulihat seseorang bersembunyi di balik pohon pucuk merah yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dengan Rara. Laki-laki itu menatap Rara dengan pandangan yang tidak biasa, sepertinya ada sesuatu masalah, raut wajahnya seperti memiliki rasa iri terhadap apa yang aku dan Rara lakukan.
"Ada apa, Unno?" tanya Rara yang tiba-tiba membuka suara, lamunanku pun buyar, aku Kembali focus menatapnya.
Tidak, tidak ada apa-apa, Ra.
Rara masih menatapku dengan pandangan curiga, "Raut wajahmu berubah, fokusmu bukan kepadaku." Ucap Rara, aku menggeleng.
Bukan begitu, aku tidak tahu.
Sekarang pandangan kami saling bertemu Kembali, Rara perlahan melepaskan genggaman kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H