Chapter 4
"Hira, coba pikirkan kembali, apakah Eca akan bahagia keluarganya menjadi seperti ini? Terutama kedua kakak kesayangannya menjadi saling berjauhan hanya karena si Kakak sulung tidak mau mengalah, apakah dia akan senang melihat ini semua?" tekan Mariko pada Bi Hira.
Bi Hira hanya tertawa hambar, "Omongan pasaran, Eca akan lebih sedih melihat kakaknya terus-terusan mengalah tanpa kejujuran. Aku yakin Eca akan lebih bahagia melihat kakaknya bahagia akan kejujuran bukan keterpaksaan." balas Bi Hira.
Lelaki di depannya kembali menggelengkan kepala sambil menunduk, dia menarik nafasnya kemudian mematikan laptopnya dan mengemas segala barang-barangnya, "Sudahlah, 30 menit sudah aku luangkan untuk berusaha menarikmu kembali, percakapan ini tidak akan selesai." tutup laki-laki ini yang kemudian berdiri dari duduknya.
"Benar, aku juga harus mengurus pelanggan yang lain. Terimakasih telah bertemu denganku." jawab Bi Hira.
"Terimakasih kembali, Syahira,"
"Terakhir yang lupa ku katakan kepadamu, Hira. Ella mengalami kemandulan, maka dari itu dia depresi. Aku pamit." tutup Mariko yang kemudia memberikan senyuman kepada wanita yang pernah mengisi hatinya ini, sedetik kemudian, dia pun meninggalkan si wanita yang masih merenung akan kalimat terakhir yang lelaki itu ucapkan.
***
Seorang gadis menghampiri Laras yang sedang menjaga kasir sehabis mengantarkan pesanan seorang pelanggan, "Laras, gantian aku yang menjadi kasir, kamu yang mengantarkan pesanan." pinta Rara.
"Emangnya kenapa?" tanya Laras tanpa menatap Rara.