Chapter 3
"Kemarin, dia sudah pergi,"
"Lala telah pergi ke Italia, jauh di sana." ujar Rara sambil menggenggam erat gelang fingermade dengan beribu cerita kemarin dan aku masih melihat wajahnya yang murung.
Jikalau kamu masih ingin bersedih tidak masalah, Ra. Silahkan menangis dengan luka yang sekarang kau dapat, silahkan meluapkan segala tumpukan air matamu. Tidak ada yang salah dari suatu kesedihan dan kepedihan, akan tetapi janganlah berduka terlalu lama. Semua akan kembali seperti seharusnya, kamu akan baik-baik saja, Ra.
Rara melihat ke arahku, dia tersenyum, aku membalas senyuman indah itu, "Terimakasih, Unno, aku tidak akan membakar semua kenangan di belakang, aku akan menyimpannya sebaik mungkin." balas Rara masih dengan senyumannya.
Terimakasih juga telah mempertemukanku dengan senyumanmu yang ku rindukan, bukalah cerita barumu dengan senyuman itu.
Pipi Rara memerah, dia mengambil gelas biru itu dan meminum sour tea-nya, setelah itu dia membuka pembicaraan kembali, "Kamu memang selalu seperti itu, senang menggodaku." ujarnya.
Hahaha, siapa suruh manis, hahaha....
"Oh iya, besok sepertinya Bu Hira akan mengeluarkan cake baru, cheese garlic bread, kamu mau mencobanya? tapi sebentar," Rara melihat keluar kaca jendela Kedai lalu tiba0tiba saja wajahnya terlihat panik.
"Sepertinya Laras lupa mengganti nama makanan di papan promosi depan kedai. Lihat itu!" ucapnya sambil menunjuk papan promosi depan kedai, papan tulis kapur yang terletak di depan Kedai Kontenta.