Mohon tunggu...
raisha andini
raisha andini Mohon Tunggu... -

Now I was sitting waiting wishing That you believed in superstitions Then maybe you’d see the signs But Lord knows that this world is cruel And I ain’t the Lord, no I’m just a fool ……

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sahabat, Kesabaran, dan Pengeluh

12 Oktober 2011   08:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:03 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku, Ataupun Kamu... Berbahagialah... Tuhan memberikan kesedihan... Rasakanlah Sesaat... Keraguan hanya menyesatkan... Keikhlasan bukan Kepasrahan... Tersenyumlah bahagia akan melekat... Tersenyumlah dan rasakan kesedihan sesaat.... petikan puisi Kesediha Sesaat Di beberapa bagian dunia, ada masyarakat yang menyebut kesedihan sebagai akibat dari perbuatan buruk sebelumnya atau di masa lalu. Ada masyarakat lain yang menyimpulkannya sebagai hukuman. Sehingga kesedihan muncul dengan wajah yang menakutkan dan menyedihkan. Dan larilah manusia jauh-jauh dari sahabat kehidupan yang bernama kesedihan. Semakin jauh manusia lari dari kesedihan, semakin cepat sahabat kesedihan mengejarnya dari belakang. Disebut sahabat, karena kesedihan tidak selamanya seperti musuh yang senantiasa membawa batu, palu dan pisau untuk menyakiti. Dalam sinar-sinar kejernihan, kesedihan bisa membawa bunga-bunga kebijaksanaan, kedewasaan, kearifan dan kematangan. Meminjam bahasa Kahlil Gibran dalam The Prophet, ketika kita bercengkerama dengan kebahagiaan di kamar tamu, kesedihan sedang menunggu di tempat tidur. Tidak bisa kita lari terlalu lama dari sahabat serumah. Dan bukankah ini sejenis kedewasaan, kearifan dan kematangan yang ditunjukkan wajahnya oleh sinar-sinar kesedihan ? Dalam bentuknya yang lebih indah lagi, kesedihan bisa juga menjadi lilin terang yang menerangi beberapa wilayah gelap (blind spot) yang selama ini tidak terlihat. Kematian orang-orang tercinta, sebagai contoh, awalnya memang menghadirkan air mata, tetapi belakangan jadi tahu kalau orang-orang yang sudah tiada memiliki peran-peran yang jauh lebih besar dari yang pernah terbayangkan. Di puncak dari semua itu, kesedihan membawa manusia pada kualitas kehidupan tinggi yang bernama kesabaran. Dan dengan kesabaran, bukankah manusia bisa menyeberangi lautan kehidupan yang paling dahsyat sekalipun? Berkaca dari semua ini, tubuh manusia memang manja sekali. Buktinya selalu menolak datangnya kesedihan. Namun, suara-suara kejernihan bertutur lain, kesedihan juga ladang-ladang luas keindahan. Kesedihan tidak saja membawa clurit menakutkan, tetapi juga membimbing ke rangkaian kualitas yang tidak bisa dilakukan oleh kebahagiaan yang paling tinggi sekalipun. Ya kesabaranlah intinya untuk menghadapi segala kesedihan dan rintangan hidup.... seorang teman baru saja berkeluh kesah ketika dia bilang kesabaran itu ada batasnya....tapi seseorang yang bijak pernah mengingatkan saya, bahwa sabar itu tak berbatas... jika dia berbatas berarti kita tidaklah sabar....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun