Akhir-akhir ini Australia kerap kali menjadi perhatian publik karena berbagai kebijakan dan sikap pemerintah terkait isu-isu global yang tengah terjadi. Salah satu isu yang cukup menarik perhatian adalah terkait rencana pemindahan kedutaan besar Australia dari Tel Aviv menuju Jarusalem. Selain itu, Australia pun telah mengakui Jarusalem sebagai ibu kota Israel.Â
Hal ini tentu memicu respon berbagai negara yang menjalankan ikatan diplomatis dan hubungan bilateral dengan Australia namun di sisi lain juga mendukung kemerdekaan dan memiliki keberpihakan pada Palestina. Indonesia menjadi salah satu negara yang cukup mengecam tindakan Scott Morrison sebagai perdana menteri Australia yang telah terpilih tahun ini.
Dengan terpilihnya Scott Morrison sebagai Perdana Menteri Australia beberapa waktu silam, menunjukkan adanya peningkatan kekuatan konservatif dalam politik di Australia. Morrison sendiri merupakan salah satu pemimpin konservatif relijius dan tokoh yangt merepresentasikan nilai-nilai tradisional Australia.Â
Ketika menyinggung persoalan-persoalam politik dan kepercayaan personal, Morrison menunjukkan pendekatan-pendekatan yang sangat pragmatis---termasuk terakit pemindahan kedutaannya ke Jarusalem seperti halnya yang dilakukan oleh Amerika Serikat.Â
Dalam kebijakannya Morrison juga menekankan pada keamanan sosial. Wacana mengenai pemindahan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Jarusalem ini tidak terlepas dari situasi politik dalam negeri yang berlangsung. Kala itu, Australia sedang menjalankan proses pemilihan umum untuk memilih perdana menteri Australia.[1] Menurut pandangan saya, wacana pemindahan kedutaan tersebut tidak semata-mata hanya untuk segera menuntaskan konflik yang tengah lama terjadi antara Israel dan Palestina, melainkan terdapat kepentingan domestik dalam proses kampanye agar dapat mendongkrak suara pemilih Scott Morrison.
 Seiring perkembangannya, per bulan November, Scott Morisson, dikabarkan sudah menyetujui akanmengakui Kota Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dalam rapat kabinet Australia. Kendati demikian, Australia baru akan menginformasikan klaimnya di Dewan Pemerintah Australia.Â
Keputusan pengakuan kota Yarusalem sebagai Ibu Kota Isreal ini masih akan diratifikasi kabinet setelah Komite Keamanan Nasional menyetujui hal tersebut. Terkiat pemindahaan kedutaan besarnya dari Tel Aviv menuju Yarusalem tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.[2]
 Dengan mengakui Yerusalem senagai Ibu Kota Israel, Australia menjadi negara kelima setelah Amerika Serikat, Guatemala, Republik Ceko, dan Honduras yang juga mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Keputusan ini dianggap mengabaikan perdamaian di timur Tengah sebab Yerusalem diklaim baik oleh Israel maupun palestina sebagai ibu kota mereka.Â
Scott Morrison mengambil langkah tersebut karena ia menganggap bahwa perdamaian Israel dan Palestina tidak pernah selesai sehingga diperlukan ketegasan secara internasional. Indonesia sendiri sebagai negara yang memiliki simpati terhadap palestina merespon tindakan Australia secara negatif.[3]
 Dalam konteks ini, baik Indonesia dan Australia telah menjalankan proses kesepakatan perdagangan bebas yang telah lama dinegosiasikan. Indonesia mengatakan bahwa, apabila Australia benar-benar akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv menuju Jarusalem, maka akan memaksa Indonesia untuk menunda perjanjian tersebut.[4]
 Australia sendiri beranggapan bahwa hubungannya dengan Indoneisa merupakan hal yang sangat penting. Australia dan Indonesia sendiri telah membangun kerja sama dalam kurun waktu yang cukup lama, bahkan Indonesia merupakan rekan dagang terlama Australia.Â
Baik Indonesia dan Australia telah saling membantu satu sama lain terutama dalam menyokong perkembangan ekonomi masing-masing negara. Indonesa telah menjadi salah satu dari 15 rekan dagang tertinggi Australia.Â
Australia telah membangun berbagai perusahaan multinasionalnya di Indonesia seperti ANZ, Leightons, the Commonwealth Bank, Orica, dan Bluescope. Kepentingan ekonomi yang dimiliki oleh Australia dan Indonesia sudah menyejarah dan terinstitusionalisasi.Â
Masifnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, serta kebutuhkan akan pembanguanan infrastruktur pun mendorong aktivitas kerjasama antar kedua negara. Perjanjian perdagangan bebas yang akan dilaukan oleh Indonesia dan Australia merupakan hal yang sangat penting, terlepas dari retorika politik domestik yang sedang dihadapi pemerintah Joko Widodo.[5]
Dalam persepektif pemerintahan Indonesia, tindakan yang dilakukan oleh Scott Morrison dianggap dapat mengancam stabilitas keamanan dunia.[6] Sebab, isu terkait status Yarusalem yang selama ini diperebutkan oleh kedua negara merupakan permasalahan yang cukup sensitif baik untuk Israel dan Palestina. Dengan memindahkan kedutaannya ke Jarusalem dan mengakui bahwa Jarusalem merupakan ibu kota Israel, akan mengganggu hubungan perdanganan dan bisnis dengan negara-negara dunia terutama negara yang banyak dari penduduknya memiliki identitas Muslim.
 Dalam menanggapi hal tersebut saya memandang bahwa merupakan hal yang wajar apabila Indonesia dan beberapa negara yang bekerja sama dengan Australia namun juga mendukung Palestina, merespon tindakan Scott Morrison secara negatif. T
erlepas dari urgensi mengenai identitas dan perjanjian dagang, perpindahan kedutaan besar Australia ke Jarusalem dianggap penting bagi Indonesia karena adanya retorika politik dalam negeri yakni kampanye pemilihan umum presiden tahun mendatang.[7]Â
Sebab, apabila Australia secara sah memutuskan untuk memindahkan kedutaannya ke Jarusalem dan mengakui bahwa Jarusalem merupakan ibu kota Israel, dan di sisi lain pemerintah tetap melakukan perbadangan bebas dengan Australia, maka akan memberikan efek domino akan pandangan publik terhadap pemerintahan. Pihak oposisi di Indonesia akan membangun narasi mengenai anti liberalisasi ditambah lagi dengan isu politik identitas terkait kerjasama Indonesia dengan pendukung Israel, yakni Australia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H