Mohon tunggu...
Raisha Salsabilla
Raisha Salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Yogyakarta

Nama saya raisha Putri Salsabilla biasa dipanggil Raisha saya seorang Mahasiswa tingkat 1 semester 1 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila, Landasan Etika dalam Kecerdasan Buatan

30 Agustus 2023   11:09 Diperbarui: 30 Agustus 2023   12:24 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pancasila: Landasan Etika dalam Kecerdasan Buatan"

Teknologi kecerdasan buatan merupakan cabang dari ilmu komputer yang berfokus pada pengembangan sistem atau program komputer yang dapat melakukan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan manusia. Tujuan utama dari teknologi ini tak lain halnya ialah membuat mesin-mesin tersebut mampu belajar, beradaptasi, dan melakukan tindakan cerdas secara mandiri layaknya manusia.

Di era digital yang semakin maju seperti sekarang ini, teknologi kecerdasan buatan telah menjadi bagian yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dari kemajuan teknologi ini banyak membawa potensi, selain itu juga banyaknya tantangan etika yang perlu diatasi. Namun, seiring dengan perkembangan ini,  muncul pula berbagai pertanyaan etika mengenai penggunaan dan pengembangan teknologi buatan ini.

Sebagai dasar negara dan panduan bagi masyarakat Indonesia, Pancasila memiliki peran dalam membentuk etika dan moralitas, termasuk teknologi. Pancasila terdiri dari lima sila yang masing-masing memiliki makna mendalam. Sila pertama menekankan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa, sila kedua mengedepankan kemanusiaan yang adil dan beradab, sila ketiga menekankan persatuan dalam keragaman, sila keempat menunjukkan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana, dan sila kelima menekankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam konteks ini, Pancasila memiliki kaitan yang besar sebagai pedoman etika. Pada sila pertama yang menekankan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa mengingatkan kita akan pentingnya memastikan bahwa perkembangan teknologi buatan tidak melanggar nilai-nilai moral dan agama.

Kedua, sila kedua yang mengajarkan tentang kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan dorongan untuk mengembangkan serta menerapkan mengenai teknologi buatan dengan memperhatikan dampaknya pada manusia. Dalam hal ini, perlunya akan keadilan dalam penggunaan teknologi dan pencegahan terhadap diskriminasi menjadi fokus utama. Mengembangkan teknologi buatan yang mempertimbangkan aspek-aspek etika seperti privasi dan hak asasi manusia adalah hal yang pokok dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan.

Sila ketiga menunjukkan kaitannya dalam konteks globalisasi dan teknologi. Kecerdasan buatan haruslah dapat berfungsi di berbagai latar belakang budaya, suku, agama, dan bahasa. Pengembangan teknologi buatan yang menghormati dan mempertimbangkan keragaman budaya Indonesia dan dunia adalah langkah menuju pemanfaatan teknologi yang inklusif. Pada sila ketiga ini dapat digarisbawahi bahwa pentingnya persatuan dalam keragaman, begitu juga dalam teknologi kecerdasan buatan ini. Nilai-nilai budaya dan sosial yang beragam harus dihormati dan diperhitungkan. Pengembangan teknologi ini harus mencerminkan kesatuan bangsa serta menghindari pemisahan yang dapat mengganggu keharmonisan sosial.

Sila keempat yang menekankan kepemimpinan yang bijaksana dan partisipasi dalam pengambilan keputusan memiliki keterlibatan langsung dalam pengembangan dan regulasi teknologi buatan. Keputusan tentang etika penggunaan teknologi buatan haruslah melibatkan berbagai pihak, termasuk ahli teknologi, etika, dan masyarakat luas. Pemikiran kolaboratif ini diperlukan untuk mengatasi dilema dan pertanyaan etika yang kompleks seiring perkembangan teknologi.

Terakhir, sila kelima yang menekankan keadilan sosial memanggil untuk penggunaan teknologi buatan yang tidak hanya memberi manfaat pada segelintir orang atau kelompok. Kecerdasan buatan harus digunakan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan ekonomi, seperti akses pendidikan, kesehatan, dan kesempatan pekerjaan yang merata. Peran dari teknologi ini dalam mengurangi kesenjangan sosial adalah refleksi dari nilai-nilai keadilan yang dijunjung dalam Pancasila.

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pengembangan dan penggunaan teknologi buatan memiliki keterlibatan konkret dalam praktik. Pertama, diperlukan regulasi yang memastikan bahwa penggunaan teknologi buatan sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang diatur dalam Pancasila. Kedua, pendidikan dan kesadaran publik mengenai etika dari penggunaan teknologi buatan perlu ditingkatkan. Mengedukasi masyarakat mengenai potensi dan risiko dari penggunaan teknologi ini, serta bagaimana menggunakannya secara tertib yang  merupakan langkah penting untuk mencegah penyalahgunaan dan meningkatkan pemanfaatan teknologi secara positif.

Ketiga, pengembangan teknologi buatan dengan nilai-nilai Pancasila juga melibatkan pendorong untuk mengatasi tantangan sosial dengan teknologi yang nantinya dapat digunakan untuk mengatasi masalah seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan kelaparan. Membangun ekosistem teknologi yang mampu berkontribusi pada solusi-solusi sosial adalah tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun