Mohon tunggu...
Raisha
Raisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya bermain gitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Macam Konflik

6 April 2023   15:31 Diperbarui: 25 Januari 2024   16:44 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Konflik menjadi bagian bagi kehidupan setiap manusia. Besar kecilnya suatu pertentangan dapat menimbulkan adanya konflik di tengah-tengah individu maupun kelompok. Konflik itu sendiri merupakan friksi yang terjadi sebagai proses dalam mencari jalan tengah. Tanpa disadari kerap kali manusia menimbulkan konflik dalam kehidupannya, tetapi berusaha menghindar dari konflik tersebut dan bahkan menyebabkan timbulnya konflik-konflik baru. Sebagian besar manusia menganggap bahwa konflik itu buruk, padahal tidak selalu konflik itu buruk. Tergantung kepada manusianya dalam mengelola atau memanajemenkan konflik tersebut secara rasional.

Konflik dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, tergantung kepada individu maupun kelompoknya. Agama, budaya, suku, ras dan golongan seringkali menjadi konflik bagi manusia yang hingga kini tidak ada ujungnya. Pada umumnya pemicu munculnya konflik dikarenakan adanya perbedaan sebuah asumsi. Asumsi merupakan pandangan yang belum tentu dikatakan adalah benar atau dapat disebut sedang menduga-duga. Asumsi orang dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu konflik buruk dan merusak, konflik netral, dan konflik tidak baik dan tidak buruk.

Isi

Pada dasarnya beberapa orang mengaitkan konflik dengan suatu hal yang negatif karena konflik itu sendiri dapat menyebabkan perpecahan hingga pertikaian. Adapun konflik buruk dan merusak. Konflik buruk ini biasanya menimbulkan perkelahian dan kerugian, sementara konflik merusak bertuju pada hal yang merusak sebuah hubungan dan keselarasan. Dalam hal ini berhubungan dengan kepemimpinan, dimana adanya asumsi konflik buruk dan merusak sering terjadi pada sistem sosial birokratis, feodalitis, dan paternalistis. 

Konflik netral merupakan pandangan beberapa orang yang mengatakan bahwa konflik itu netral dalam arti tidak baik dan tidak buruk. Padangan mereka ini berdasarkan pola dari manusia yang melihat konflik seperti apa, dapat menghasilkan sesuatu yang buruk atau juga dapat menghasilkan sesuatu yang baik juga. Tergantung pada manusia memanajemeninya. Konflik netral juga berhubungan dengan pemimpin, dimana tugas pemimpin ketika berada di atas dan bertemu dengan konflik harus melihat bahwa bagaimana dapat menciptakan mekanisme manajemen konflik menjadi netral. 

Konflik baik dan diperlukan merupakan asumsi atau pandangan manusia yang melihat bahwa konflik tidak lah selamanya buruk bahkan adanya konflik dapat menimbulkan adanya perubahan dan kemajuan. Dalam hal ini sebagai seorang pemimpin harus menciptakan konflik baik agar adanya konflik tersebut tidak menjadi destruktif.

Adapun kekuasaan memiliki hubungan dengan proses konflik, karena dalam kekuasaan membentuk kelompok dan dalam kelompok tentunya terdapat konflik didalamnya. Kekuasaan merupakan wewenang seseorang dalam mengendalikan kelompok atau organisasi. Untuk memahami peran kekuasaan dalam konflik perlu dipahami sifat-sifat dari kekuasaan seperti, kekuasaan itu abstrak, tidak terlihat. Sifat kedua kekuasaan bukan milik individu.

Sifat ketiga kekuasaan bisa diperoleh dan bisa bertambah jumlahnya atau bahkan hilang. Sifat keempat kekuasaan netral tidakbaik dan tidak buruk. Dan sifat kelima kekuasaan cenderung menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan sendiri. Penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang yang bermoral buruk dapat menimbulkan konflik yang buruk bagi kelompoknya. Kekuasaan-kekuasaan ini dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu, kekuasaan otoritas, kekuasaan paksa, kekuasaan imbalan, kekuasaan keahlian, kekuasaan karisma, kekuasaan informasi, dan kekuasaan koneksi.

Melihat proses konflik terdapat beberapa proses yaitu, penyebab konflik, dimana penyebab konflik menjadi awal dari timbulnya konflik. Perbedaan dua argumen atau dua tujuan menjadinya penyebab konflik bermula. Setelah terjadi penyebab konflik, kemudian adanya fase laten dimana konflik belum terlalu terlihat karena kedua belah pihak belum mengekspresikannya. 

Ketiga ada fase pemicu, dimana sadar terhadap konflik tersebut. Kemudian fase eskalasi, dimana konflik sudah memanas. Pada fase kritis, terjadi agresi. Fase resolusi konflik terjadi adanya solusi bagi konflik. Dan pada fase terakhir fase pascakonflik, dimana fase ini menjadi penentu hasil konflik tersebut, apakah setelah konflik ada hasil baik yang bersifat selamanya atau malah menjadi hasil baik yang bersifat sementara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun