Mohon tunggu...
Raisa Zahira
Raisa Zahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | S1 AKUNTANSI | NIM 43223010052

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemampuan Memimpin Diri, Upaya Pencegahan Korupsi, dan Keteladanan Mahatma Gandhi

22 Desember 2024   07:26 Diperbarui: 22 Desember 2024   07:48 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Latar Belakang

Korupsi adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Dampak korupsi tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga melemahkan kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah, menghambat pembangunan, dan memperburuk ketimpangan sosial. Ada beberapa faktor penyebab korupsi yang menjadi pemicu perilaku kotor ini. Menurut Abdullah Hehamauha dalam makalah semiloka "Wajah Pemberantasan Korupsi di Indonesia Hari Ini," korupsi dapat dibedakan menjadi lima. Ini meliputi korupsi karena kebutuhan, korupsi karena ada peluang, korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri, korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah, dan korupsi karena ingin menguasai suatu negara. Maka dari itu, kemampuan memimpin diri menjadi salah satu elemen penting yang dapat berkontribusi pada upaya pencegahan korupsi.

Kemampuan memimpin diri atau self-leadership adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan, mengendalikan, dan memotivasi dirinya sendiri dalam mencapai tujuan tertentu. Konsep ini mencakup kesadaran akan nilai-nilai moral, pengendalian diri, serta pengembangan sikap bertanggung jawab. Individu yang memiliki kemampuan memimpin diri yang baik cenderung mampu menahan godaan, membuat keputusan berdasarkan prinsip, dan menjunjung tinggi integritas dalam setiap tindakannya. Kemampuan ini menjadi fondasi penting untuk menciptakan budaya antikorupsi di lingkungan kerja maupun masyarakat.

Budaya antikorupsi tidak hanya dapat dibentuk melalui regulasi dan penegakan hukum, tetapi juga melalui perubahan perilaku individu. Perubahan ini dimulai dari kesadaran diri untuk berkomitmen pada nilai-nilai kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas. Dengan memimpin diri sendiri, individu dapat menjadi teladan bagi orang lain dan menciptakan lingkungan yang bebas dari praktik-praktik korupsi. Misalnya, seorang pemimpin yang menunjukkan integritas dan menolak segala bentuk gratifikasi akan menginspirasi bawahannya untuk melakukan hal yang sama.

Siapa itu Mahatma Gandhi?

Mohandas Karamchand Gandhi atau yang lebih dikenal sebagai Mahatma Gandhi adalah salah satu tokoh terbesar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan dan advokasi hak asasi manusia. Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, India. Gelar Mahatma diberikan kepadanya pada tahun 1914 di Afrika Selatan. Selain itu, di India ia juga dipanggil Bapu atau dalam bahasa Gujarat yaitu panggilan istimewa untuk ayah atau papa. Gandhi dikenal sebagai pemimpin yang berjuang melalui prinsip ahimsa (non-kekerasan) dan satyagraha (keteguhan dalam kebenaran), dua filosofi utama yang menjadi dasar perlawanan tanpa kekerasan melawan kolonialisme Inggris di India.

Mahatma Gandhi adalah contoh nyata bagaimana kekuatan moral dan komitmen terhadap kebenaran bisa mengubah sejarah. Melalui filosofi non-kekerasan, ia menunjukkan bahwa penindasan dan ketidakadilan bisa dilawan tanpa harus menggunakan kekerasan fisik. Meskipun ia menghadapi banyak tantangan, Gandhi tetap menjadi inspirasi abadi bagi generasi masa depan dalam perjuangan mereka untuk keadilan dan kebebasan.

Keteladanan Mahatma Gandhi

Mahatma Gandhi, yang dikenal sebagai pemimpin besar India, bukan hanya seorang tokoh perjuangan kemerdekaan, tetapi juga simbol kehidupan yang berlandaskan pada nilai-nilai moral dan spiritual. Lima nilai utama yang mencerminkan gaya hidup Gandhi adalah kebenaran, cinta, puasa (laku prihatin), anti kekerasan, serta keteguhan hati dan prinsip.

  • Kebenaran (Satya)

Gandhi percaya bahwa kebenaran adalah kekuatan yang dapat mengatasi segala bentuk ketidakadilan. Dalam praktiknya, Gandhi selalu berusaha berbicara dan bertindak sesuai dengan kebenaran, bahkan dalam situasi yang sulit. Bagi Gandhi, kebenaran bukan hanya tentang tidak berbohong, tetapi juga tentang kesetiaan terhadap prinsip moral dan komitmen untuk memperjuangkan keadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun