Mohon tunggu...
Raisa Rasifa Mahiroh
Raisa Rasifa Mahiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia

Jangan kalah karena lelah, karena tidak akan lelah siapapun yang hidupnya Lillah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Pojok Literasi yang Memfasilitasi Siswa SDN Saluyu untuk Berprestasi

20 Juni 2022   14:00 Diperbarui: 20 Juni 2022   14:04 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minat baca merupakan hal yang paling dasar yang harus dimiliki seseorang. Sebelum sampai pada kemampuan membaca, seseorang harus memiliki minat membaca. Minat ini akan menjadi dasar keberhasilan aktivitas membaca (Taylor, 2020;Georgiou, Inoue dan Parrila,2021). 

Jika seseorang tidak mempunyai minat yang besar untuk membaca, maka apapun bahan bacaan yang ia baca akan sia-sia. Hal ini karena ia membaca tidak atas ketertarikannya sendiri atau aktivitas yang ia sukai. Begitupun sebaliknya jika aktivitas membaca atas dasar keinginannya sendiri, maka besar kemungkinan ia akan mengalami aktivitas baca yang efektif.

Namun, dengan adanya pandemic covid-19 minat baca siswa Indonesia makin digempur dengan keterbatasan-keterbatasan yang muncul. Keterbatasan tersebut berdampak langsung terhadap perubahan perilaku siswa di Indonesia terhadap aktivitas membaca. 

Seperti, sekolah tidak melakukan tatap muka langsung, sehingga aktivitas baca siswa tidak bisa langsung terkontrol oleh guru. Perpustakaan pun tidak membuka layanan perpustakaan. Dengan adanya keterbatasan tersebut, pelaksanaan literasi minat baca menjadi terkendala. (Qibtiyah,2021)

Setelah pandemic covid-19 ini mereda, sekolah-sekolah mulai melaksanakan pembelajaran secara luring. Guru menyadari bahwa pembelajaran secara daring berdampak pada semangat belajar siswa. 

Pada saat memulai pembelajaran secara luring, tidak sedikit siswa yang merasa malas untuk belajar kembali di kelas. Karena siswa tersebut sudah terbiasa belajar dirumah dengan santai yang hanya menggunakan gawai untuk mengakses rangkuman-rangkuman materi pembelajaran yang sudah tersedia. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan gawai untuk pembelajaran harus mendapat kontrol penuh dari orang tua. Namun, banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga siswa belajar secara mandiri tanpa bimbingan.

Sama halnya yang terjadi pada siswa-siswa SDN Saluyu, kebanyakan siswa yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tua menyebabkan para siswa kurang dalam mengikuti pembelajaran selama di rumah. 

Setelah melakukan pembelajaran tatap muka, semangat belajar para siswa yang menurun dan minat baca yang sangat kurang membuat guru-guru SDN Saluyu berpikir keras untuk membuat pembelajaran menjadi lebih kreatif dan mengembalikan semangat siswa sebelum pandemic ada.

Dengan adanya saya bersama teman-teman mahasiswa dari berbagai universitas yang sedang mengikuti program kampus mengajar angkatan 3 dan ditempatkan di SDN Saluyu, Sindangsari, Majalaya, kami bisa membantu para guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Dalam meningkatkan minat baca siswa SDN Saluyu, kami membantu guru dengan membuat program Pojok Literasi. Program ini kami lakukan dengan sasaran seluruh siswa SDN Saluyu terutama untuk siswa yang kurang dalam membaca serta memiliki minat baca rendah.

Faktor lain yang mempengaruhi semangat belajar dan minat baca siswa yang kurang adalah dengan adanya kondisi ruang kelas yang kurang nyaman dan kurangnya pencahayaan di kelas tersebut. 

Selain itu, kegiatan yang disampaikan oleh guru di kelas masih menggunakan metode yang biasa sehingga para siswa mudah bosan dalam belajar

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Program ini kami lakukan setiap hari setelah selesai melakukan pembelajaran di kelas. Pojok literasi mengenalkan bahwa kegiatan membaca itu menyenangkan. Membaca bisa membangkitkan imajinasi dan melatih otak untuk senantiasa berfikir. 

Setelah 3 bulan berjalannya program ini, para siswa mulai mempunyai minat baca yang cukup tinggi tanpa adanya paksaan untuk membaca. Program ini juga berdampak pada siswa yang kurang lancar membaca sampai akhirnya siswa tersebut memiliki kemampuan membaca seperti siswa lainnya. 

Dalam mengembalikan semangat siswa untuk belajar, kami merangkai kegiatan belajar mengajar di kelas maupun pada saat program menjadi kegiatan yang menyenangkan diantara materi yang disampaikan kami memberikan ice breaking agar siswa tidak bosan selama pembelajaran.

Dokpri
Dokpri

Bagaimanapun keterampilan membaca ini merupakan keterampilan inti dalam kemampuan literasi siswa. Jika hal ini terus dibiarkan, akan mengakibatkan penurunan minat baca siswa sekolah dasar. 

Namun pada akhirnya, para siswa SDN Saluyu memiliki keinginan untuk maju dan bergerak dari zona nyaman mereka, mereka memiliki minat yang tinggi untuk belajar dikelas agar dapat mencapai cita-cita mereka kelak jika mereka besar nanti dan juga senang dengan kegiatan membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun