Mohon tunggu...
Raisa Rahmi Alfat
Raisa Rahmi Alfat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Public Relations and Digital Communication Student

Selanjutnya

Tutup

Music

Mengulas Kontroversi Konser Taylor Swift di Singapura yang Menuai Kritik

20 April 2024   20:09 Diperbarui: 20 April 2024   20:10 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Berita Harian

Konser Taylor Swift "The Eras Tour" telah dimulai sejak 17 Maret 2023 di Glendale, Amerika Serikat. Konser "The Eras Tour" ini menyajikan lagu-lagu hits Taylor Swift dari seluruh era karirnya sekaligus memberikan pengalaman nostalgia bagi para Swifties. Konser yang telah dinantikan oleh para Swifties di seluruh dunia ini menimbulkan dampak terhadap industri musik hingga ekonomi. Terlebih lagi setelah kurang lebih 4 tahun sejak fenomena Covid-19 terjadi, negara di seluruh dunia masih mencari cara agar dapat memulihkan siklus ekonomi negara masing-masing. Konser musisi Internasional seperti Taylor Swift dan Coldplay dapat menjadi salah satu sumber keuntungan bagi perekonomian negara terutama di Asia.  

Euforia tinggi dari Konser Taylor Swift dan Coldplay mengundang perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. "Keuntungan ekonomi dari konser Coldplay di DKI Jakarta (diproyeksi) dapat mencapai Rp 167 Triliun Nah, tentunya ini yang harus kita persiapkan dengan baik, sehingga dampak ekonominya akan berhasil. Potensi keuntungan ini bukan hanya dari penjualan tiket maupun merchandise yang dijual, tapi, misalnya hotel seputaran di GBK untuk sekitar tanggal konser ini sudah direservasi sampai 90 persen", ujarnya.

Kesepakatan Singapura Mengundang Perdebatan Negara Tetangga

Sumber : Berita Harian
Sumber : Berita Harian

Antusias yang tinggi terhadap konser "The Eras Tour" telah mendatangkan banyak asumsi dari masyarakat tentang bagaimana jadwal konser tersebut terutama di Asia. Jepang merupakan negara Asia pertama yang diumumkan untuk menjadi pemberhentian berikutnya untuk konser "The Eras Tour" kemudian diikuti oleh Singapore yang menjadi negara Asia Tenggara satu-satunya dalam list konser tersebut. Pengumuman tersebut mendapat berbagai respon dari negara di Asia Tenggara hingga para politikus negara tetangga. 

Pada 15 Februari 2024 perdana menteri Thailand, Srettha Thavisin mengatakan bahwa "Usulan Singapura merupakan sebuah pendekatan yang menunjukkan bahwa mereka berani berpikir dan berani melakukannya, dan berhasil membuat tim Taylor Swift setuju untuk tampil eksklusif di Singapura, satu-satunya negara di kawasan ini. Hal ini memberikan manfaat bagi negara". Srettha juga mengatakan bahwa Singapura telah menawarkan imbalan lebih kepada tim Taylor Swift untuk menyetujui kontrak eksklusif tersebut. 

Selain itu, pada 28 Februari 2024 anggota parlemen Filipina juga menyampaikan ketidaksenangannya terhadap kesepakatan Singapura dengan tim Taylor Swift. "Ini bukanlah tindakan yang dilakukan oleh negara tetangga yang baik", ujar Salceda. Menurutnya kesepakatan tersebutlah yang membuat Taylor Swift tidak melakukan konser di negara Asia Tenggara lain selain Singapura.

Menanggapi hal tersebut, pada 5 Maret 2024 perdana menteri Singapura menjelaskan bahwa ia tidak melihat kesepakatan tersebut sebagai tindakan yang "tidak bersahabat" atau tidak baik terhadap negara tetangga. Ia juga mengakui bahwa agensinya telah mendiskusikan perjanjian tersebut dengan tim Taylor Swift untuk tampil dan menjadikan Singapura satu-satunya tempat pemberhentiannya di Asia Tenggara. Dan hasilnya adalah perjanjian tersebut telah disepakati oleh tim Taylor Swift.

Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift di Singapura: Peningkatan Wisata dan Perputaran Uang

Melihat kesuksesan konser sold out Taylor Swift tentu saja hal ini akan sangat baik bagi perputaran ekonomi Singapura terutama pada bidang pariwisata. Diperkirakan akan banyak turis asing dari berbagai negara di Asia Tenggara yang datang ke Singapura untuk menonton konser tersebut. Ekonom HSBC ASEAN Yun Liu menaksir konser akbar Swift itu menyumbang 10 persen dari PDB dari sektor layanan darmawisata di Singapura. Efek yang timbul dari konser tersebut pun mulai bermunculan, mulai dari meningkatnya permintaan penerbangan hingga meningkatnya harga hotel di Singapura. Jetstar Asia mengatakan, permintaan telah meningkat sebesar 20 persen untuk rute-rute yang menghubungkan berbagai tujuan dari negara di Asia Tenggara ke Singapura selama periode ketika Swift menggelar konser. 

Konser yang diadakan pada 2 -- 4 Maret 2024 dan dilanjut pada 7 -- 9 Maret 2024 tersebut telah mencuri banyak perhatian banyak orang. Bagaimana tidak, selama konsernya berjalan Taylor telah mempopulerkan banyak tren yang tentunya disenangi oleh penggemarnya. Selain persiapan akomodasi dan lain sebagainya, para swifties juga mempersiapkan kostum-kostum unik yang akan dikenakan saat menonton konser. 

Tidak tanggung-tanggung para Swifties rela menghabiskan puluhan hingga ratusan juta untuk menonton konser tersebut. Seorang penggemar dari Filipina, Clarisse Rivera membagikan ceritanya yang telah berhasil mendapatkan tiket VIP konser The Eras Tour bersama dengan temannya. "Saya mungkin sedikit berlebihan, mungkin mengeluarkan sekitar 80.000 peso (S$1.914) untuk keseluruhan perjalanan: Penerbangan, perlengkapan konser, menginap di hotel, pekerjaan", ujarnya.

Kesuksesan Negosiasi Singapura Menjadi Pembelajaran Bagi Negara Asia Lain

Belajar dari kesuksesan Singapura menggelar konser Taylor Swift, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dalam wawancara eksklusif dengan BBC News Indonesia pada 6 Maret 2024 mengatakan bahwa "Kalau saya diberi tools yang sama dan saya punya juga dana pendampingan [dan] apa yang bisa ditawarkan Singapura -- dengan besarnya pasarnya Indonesia, saya punya keyakinan kita bisa dapatkan Taylor Swift itu untuk konser Indonesia dan band-band lain dari seluruh dunia". Menyadari bahwa banyak masyarakat Indonesia yang datang ke konser tersebut, Sandiaga menganggap hal tersebut sebagai "pembelajaran" atau "koreksi" dan memandang Indonesia masih punya banyak tugas untuk sampai pada level seperti singapura. 

Konser "The Eras Tour" dari Taylor Swift telah membawa dampak signifikan pada industri musik dan ekonomi. Di tengah pemulihan ekonomi global pasca-pandemi, konser-konser internasional ini terutama di Asia, memberikan keuntungan ekonomi besar. Hal ini tercermin dalam kesuksesan konser di Singapura, yang berhasil menjadi tuan rumah eksklusif di Asia Tenggara setelah negosiasi yang berhasil menarik Taylor Swift untuk tampil. Konser ini membawa banyak efek positif bukan hanya bagi pemerintah tetapi juga bagi para warga lokal. Kesuksesan ini menimbulkan reaksi beragam dari negara tetangga dan meningkatkan minat negara lain seperti Indonesia untuk menjadi tuan rumah event serupa, menunjukkan pengaruh besar musik dalam pemulihan dan pertumbuhan ekonomi regional.

Raisa Rahmi Alfat, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun