Mohon tunggu...
Raisa Atmadja
Raisa Atmadja Mohon Tunggu... -

Wanita karir, suka politik, pengagum Soekarno, pengagum SBY, pengagum Nehru... plus pengagum Raisa-lah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Bicara di Youtube, Peta Politik Berubah

16 September 2014   15:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:33 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polemik RUU Pilkada menyeret-nyeret Presiden SBY. Padahal sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, SBY tidak punya kapasitas untuk menolak atau menerima RUU tersebut, karena sudah 4 tahun digodok di Parlemen. Yang menentukan ya atau tidaknya RUU tersebut adalah parlemen. Namun desakan dari masyarakat membuat SBY buka suara lewat youtube.

Dalam wawancara youtubenya, SBY menegaskan bahwa dirinya adalah pecinta demokrasi dan akan mempertahankan demokrasi. Persis seperti keyakinannya selama ini, yang sudah tertuang dalam buku Selalu Ada Pilihan. Menurut harian Kompas, ucapan-ucapan SBY terkait demokrasi sangat bijak, dan layak diteladani. Bahkan untuk urusan menang kalah, SBY selangkah di depan politisi lainnya. Misalnya ketika mengalami kekalahan dalam kompetisi pemilu, maka SBY tidak segan-segan untuk mengakui kekalahan, dan kemudian mengucapkan selamat kepada pemenang. Hal yang masih sulit dilakukan oleh para politisi lainnya, sampai sekarang. Padahal, SBY sudah melakukannya sejak 2001 lalu, ketika ia kalah bersaing dengan Hamzah Haz untuk menduduki kursi wakil presiden.

SBY menegaskan bahwa pilkada langsung adalah salah satu cara paling demokrasi dalam pemilu. SBY menegaskan dukungan terhadap pilkada langsung. Namun, dia mengingatkan bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam proses pilkada langsung tersebut, yang mengganggu kehidupan demokrasi itu sendiri, termasuk mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat. SBY menekankan tentang banyaknya kekurangan pilkada yang sekarang berjalan. SBY ingin agar seluruh kekurangan itu diperbaiki, jika Indonesia masih tetap mau kepala daerah tetap dipilih langsung oleh rakyat. Butuh kedewasaan politik dari seluruh pihak yang terlibat terutama para politisinya.

Mungkin SBY ingin menjewer para politisi seraya mengatakan, “Contoh dong saya… menang kalah itu biasa. Kalau menang, jangan jumawa, hormati yang kalah. Kalau kalah yang larut dalam kecewa dan malah mengganggu pemenang, tapi harga pemenang dan dorong mereka untuk melaksanakan tugasnya dengan baik…” Tapi itu ucapan saya pribadi, bukan ucapan SBY. Makna dari berbagai pernyataan dan tulisan SBY seperti dalam bukunya, ya kira-kira seperti itu. Sikap legowo, mengalah, mendukung pihak yang menang melalui kritik membangun, adalah sikap-sikap bijak yang melekat pada SBY, seperti ditulis Kompas hari ini. Bukan sikap politik yang merongrong pihak lain atau bahkan niat menghancurkan. Hal yang selama ini sudah dirasakan SBY sebagai korban.

Itulah sebabnya, pernyataan SBY di Youtube tentang RUU Pilkada didengar semua orang. Bahkan sejumlah politisi yang berseberangan pun menduga, pernyataan tersebut akan mengubah peta politik di DPR. Ya, hanya pernyataan lewat youtube saja, SBY dapat mengubah peta politik. Luar biasa ya.  Hal itu menunjukkan bahwa SBY pada banyak sisi masih diakui oleh banyak pihak, memiliki pengaruh besar. Terutama jika sesuai dengan kepentingan para pihak itu, hehe…

Makanya, kalau jadi pemimpin jadilah pemimpin yang bijak. Yang mau mengakui kesalahan, mengalah dalam banyak hal, mengakui kemenangan pihak lain, mendukung pihak lain yang menang, tetap memegang prinsip, tidak sok kuasa ketika berkuasa, tidak pendendam kepada pihak lain bahkan yang menyakitinya sekalipun, tetap legowo dan sikap bijak lainnya. Semua itu… saat ini hanya ada pada diri SBY. Beliau bolehlah saya sebut sebagai demokratis sejati dan negarawan yang selama ini kita idam-idamkan. Sayang, di alam demokratis ini, orang seperti SBY cuma ada segelintir. Sisanya kebanyakan adalah politisi busuk, para oportunis serta avonturir politik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun