Mohon tunggu...
Raihan Muhammad
Raihan Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Orang Bodoh Cenderung Suka Marah?

26 November 2021   14:57 Diperbarui: 27 November 2021   00:06 3096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: diolah pribadi

Spesies manusia yang paling menyebalkan adalah orang yang suka marah-marah, apa-apa mudah tersinggung. Anehnya lingkaran pertemanannya juga sejenis seperti itu, agresif dan cenderung suka menghakimi. 

Lingkaran pertemanan akan menentukan perilaku seseorang, apabila seseorang berada di dalam lingkaran pertemanan orang-orang yang baik, maka kualitas orang itu kemungkinan besar juga akan baik. 

Sebaliknya, jika seseorang berada di lingkaran pertemanan yang memiliki sifat agresif, suka menghakimi, dan selalu merasa paling benar atau baik dibandingkan orang lain, maka dapat dipastikan kualitasnya tidak akan lebih baik dari tumpukan sampah. Jadi, bisa dibilang kualitas perilaku kita juga ditentukan oleh orang-orang di sekitar kita, dengan siapa kita bergaul, bagaimana pola pikirnya, dsb.

Sebetulnya apa yang mereka pikirkan mengenai sikap mudah menghakimi orang lain dan suka marah tersebut? Apakah mereka berpikir dengan marah dan menghakimi orang lain akan disegani dan dihormati orang lain? Apakah dengan penghakiman tersebut mereka merasa bahwa sudah paling pintar dan paling benar?

Sebenarnya orang yang mudah marah dan menghakimi orang lain adalah salah satu kebiasaan orang bodoh alias dungu. Kalau mereka berpikir bahwa orang akan segan dan hormat kepadanya, itu adalah keliru dan hanya halusinasi otaknya yang bebal dan bedebah. 

Semakin orang mudah marah justru mereka sedang mempertontonkan atau menelanjangi pikiran di hadapan publik bahwa dirinya itu bodoh, karena mereka tidak mampu berpikir dengan baik sehingga mereka membalut kebodohan atau kelemahannya itu dengan cara marah-marah ditambah penghakiman. 

Apakah orang lain akan segan dan takut kepadanya? Tidak sama sekali, justru orang yang melihat atau mendengarnya akan kasihan menyaksikan tingkah bodohnya.

Studi Mengenai Hubungan Marah dengan Kebodohan

Orang cerdas memiliki kemampuan untuk melihat dan memahami  berbagai macam perspektif dari orang lain, sedangkan orang bodoh cenderung berpikiran sempit merasa hanya sudut pandangnya yang paling benar. 

Orang bodoh akan bereaksi terhadap setiap sesuatu yang tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka, maka mereka akan cenderung mudah marah dan menghakimi orang lain. 

Hal tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan terhadap 600 peserta. Dari penelitian ini mereka menemukan hubungan antara perilaku agresif atau marah dengan skor IQ yang rendah.

Melansir dari Verywell Mind, salah satu ciri orang cerdas adalah mampu mengendalikan dan mengontrol emosi mereka. Umumnya, orang dengan tingkat IQ dan EQ tinggi lebih mudah tenang dalam menghadapi sesuatu.

Mereka cenderung memikirkan terlebih dahulu mengenai baik dan buruknya sebelum mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu, jarang ada orang cerdas yang marah tanpa terkendali. Sebaliknya, meskipun dihadapkan pada persoalan yang cukup berat, mereka bisa melewati itu semua dengan tenang tanpa melibatkan kemarahan yang masif, hal ini berbanding terbalik dengan orang bodoh yang mudah marah.

Riset dan studi yang dilakukan oleh Marcin Zajenkowski dan Gilles E. Gignac mengungkapkan bahwa, menjadi marah akan membuat seseorang berpikir bahwa mereka lebih pintar dari sebenarnya. 

Mereka melebih-lebihkan kecerdasan mereka yang sebenarnya. Semakin cepat emosi seseorang, maka orang tersebut akan cepat merasa semakin pintar. Tak heran, hal ini menunjukkan mengapa berdebat dengan orang yang benar-benar sedang marah sangat sulit dilakukan.

Mereka merasa bahwa lebih pintar dibanding yang lainnya, padahal bisa jadi malah justru kebalikannya mereka tidak secerdas yang ada dalam pemikirannya alias halusinasi semata. 

Marah-marah tentu saja tidak ada manfaatnya sama sekali, justru malah merugikan diri sendiri karena mempertontonkan kebodohan di publik dan merugikan orang lain karena ada cara lain yang bisa menyelesaikan masalah, tidak harus sampai marah-marah.

Pandangan Filsuf Mengenai Marah

Dilansir dari Psychology Today, kemarahan adalah emosi yang umum dan berpotensi merusak yang mengubah banyak kehidupan manusia menjadi sumber celaka bagi kehidupan. Menurut Socrates marah itu mudah, tetapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit.

Dalam Philebus, Plato berpendapat bahwa orang baik senang dengan kesenangan sejati atau baik, sedangkan orang jahat menyukai kesenangan palsu atau buruk, dan hal yang sama juga berlaku untuk rasa sakit, ketakutan, kemarahan, dan sejenisnya. 

Hal ini menyiratkan bahwa mungkin ada semacam hal sebagai kemarahan yang benar atau baik. Kemudian, ia berpendapat bahwa kesenangan pikiran dapat bercampur dengan rasa sakit, seperti dalam kemarahan atau kecemburuan atau cinta, atau perasaan campur aduk dari penonton tragedi atau drama kehidupan yang lebih besar.

"Marahnya orang yang mulia bisa terlihat dari sikapnya, dan marahnya orang yang bodoh terlihat dari ucapan lisannya." -Imam Syafi'i

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun