Mohon tunggu...
Raihan Muhammad
Raihan Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jurang Benci dan Cinta

7 November 2021   19:21 Diperbarui: 20 November 2021   18:09 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum membaca Cerita Pendek ini, disarankan untuk membaca Puisi: Jurang Benci dan Cinta!

"Benci" itulah kata pertama yang selalu kuucapkan dari mulut ketika bangun pagi dari ranjangku. Aku sangat-sangat benci kepada seorang Pria yang punya tingkah laku konyol dengan sifat kekanak-kanakan, selalu bertingkah laku aneh. Betapa besar rasa tidak sukaku terhadapnya, setiap hari ada saja tingkahnya yang membuatku benci. Dalam hati, diriku terkadang menggerutu "bisa gak sih punya sifat dewasa!"

Entah bagaimana kisahnya diriku bisa membencinya, benci dengan sebenci-bencinya. Pria itu biasa dipanggil Ben, aku malas kalau bertemu dengannya. Wajahku selalu kelihatan tidak nyaman ketika ia datang, memang malas diriku melihatnya. Dirinya itu sulit jika dijelaskan dengan kata-kata, sungguh aneh memang seperti sifat dan sikapnya. Sungguh seperti musibah kalau aku berpapasan dengannya.

Entah mengapa dirinya selalu terlukis dalam ingatanku, nestapa rasanya jika wajahnya terbayang dalam ingatanku. Hampir setiap hari dirinya bercerita mengenai politik, sejarah, dan hal-hal yang tidak jelas lainnya, pokoknya aku sungguh muak dengan hal-hal yang ia ceritakan, aku sungguh nestapa ketika dirinnya terbayang-bayang dalam ingatanku. Geram hati ini ketika terpikirkan tentangnya, aku benci, sungguh benci.

Kalau dipikir-pikir, ia itu unik juga orangnya. Selalu ramah juga ke semua wanita, banyak sebetulnya wanita-wanita yang tertarik padanya. Memang aneh wanita-wanita itu, kok bisa tertarik dengan Pria tak jelas itu? Aku saja kalau berbicara dengannya suka emosi mendengarnya. Lucu memang, tetapi sikapnya yang aneh membuatku benci dengan sebenci-bencinya.

Cukup, aku sangat benci dirinya; sifatnya, sikapnya, bahkan mendengar namanya. Sifatnya yang aneh, sikapnya yang konyol, bahkan ketika mendengar namanya aku sangat malas. Aneh memang ketika banyak wanita tertarik padanya, Aku heran temannya juga lumayan banyak. Memang sulit dicerna menggunakan akal sehat, bagaimana bisa orang dengan sifat aneh, sikap konyol, dan kadang menjengkelkan bisa punya banyak teman?

Aku sudah muak dengan sifat dan sikapnya, itu membuat diriku sangat-sangat ingin menghindar darinya, tetapi entah mengapa ia selalu ada di pikiranku? Apa selama ini aku yang salah menafsirkan tentang dirinya, sebetulnya kalau dipikir-pikir lagi ia tidak pernah berbuat jahat ke orang-orang termasuk diriku, bahkan selalu terlihat ceria dan menebar senyuman kepada semua orang.

Entah mengapa semakin aku membencinya, dirinya selalu menghantui pikiranku dengan senyumannya. Akhir-akhir ini mengapa rasa benci yang amat menggebu-gebu berubah menjadi rasa tertarik dan tumbuh bibit cinta dalam hatiku, sungguh kejadian yang sangat-sangat aneh. Dulu aku sangat benci dengan sebenci-bencinya kepada dirinya, tetapi mengapa sekarang aku jadi selalu terbayang senyuman manisnya. Hatiku seperti berkata "cukup kamu yang menghantui pikiranku dengan senyuman manismu".

Entah mengapa sekarang aku ingin mengenal lebih dalam tentang dirinya, setelah dipikir-pikir memang indah sikapnya, membuat diriku terus terbayang wajahnya. Pantas saja banyak wanita yang tertarik kepadanya, dan punya banyak teman. Penafsiran sepihak diriku rupanya yang salah dalam menilai dirinya, aku mulai jatuh hati kepadanya; sifatnya, sikapnya, bahkan senyuman manisnya.

Seketika nestapa itu hilang tersapu oleh senyuman manisnya, rasa gundah gulana sekarang berubah menjadi bahagia. Sungguh aneh memang apa yang diriku rasakan, awalnya sangat benci tiba-tiba sekarang timbul rasa cinta. Rahasia Tuhan memang sungguh menakjubkan, aku sangat bersyukur dengan segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepadaku. Dalam sujudku selalu terselip doa agar diriku bisa bersamanya. Mukena dan sajadah menjadi saksi ketulusan doaku.

Tanpa sadar, aku sangat mencintainya. Dulu ketika bangun pagi aku selalu mengucapkan kata "benci" sekarang berubah menjadi kata "cinta" memang sungguh aneh tapi nyata. Ketika bertemu, aku sekarang selalu tersenyum dan menunjukkan rasa ketertarikanku terhadap dirinya, anehnya ketika dulu aku berharap tidak bertemu dengannya, sekarang diriku sangat berharap bertemu dirinya, tetapi anehnya lagi sekarang dirinya seperti menghindar dariku.

Sungguh aneh, aku sangat bingung dengan kejadian ini. Dulu ia selalu tersenyum kepadaku, tetapi sekarang seperti cuek kepadaku. Dulu tingkah lakunya konyol dan menyebalkan sekarang mengapa menjadi seperti orang dewasa yang bijak ketika berbicara denganku, aku sungguh bingung dengan kejadian ini. Sekarang jadi aku yang mendekati dirinya, memang kejadian aneh di luar daya nalarku. Tuhan, atas nama cinta, aku cinta padanya.

===

Jurang Benci dan Cinta itu hanya terpaut satu jengkal, mungkin hari ini kamu membenci seseorang atau sesuatu. Namun, pada akhirnya rasa benci yang menggebu-gebu justru membuat dirimu tercebur ke dalam jurang yang bernama jurang cinta.

Disclaimer

Semua nama tokoh, kisah, dan sebagainya merupakan murni imajinasi penulis. Apabila ditemukan kesamaan nama tokoh, kisah, dan sebagainya pada cerita di atas yang menyinggung para pembaca, tanpa mengurangi rasa hormat penulis memohon maaf sebesar-besarnya.

Cerpen ciptaan: R. Muhammad (2021)

Dilarang menyebarluaskan, mengambil sebagian/seluruhnya, dan memperjualbelikan karya ini tanpa seizin penulis.

Boleh digunakan untuk sarana pembelajaran dengan catatan harus ditulis penciptanya.

Dasar hukum:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun