Jika dibandingkan dengan pola asuh otoriter, gaya asuh Baumrind akan dianggap lebih ramah. Orang tua yang mengadopsi gaya pengasuhan permisif cenderung terlalu pendiam dan melepaskan diri dari aktivitas dan perawatan anak- anak mereka.
Menurut Sears, Macoby, dan Levin (1957) dalam Marion, pola asuh permisif berkembang menjadi dua pola yang berbeda sepanjang perkembangannya. Pola asuh permisif dimulai dengan orang tua percaya bahwa anaknya berhak untuk tidak disakiti oleh orang dewasa yang lebih tua. Orang yang lebih tua cenderung hangat dan mau menanggapi anak-anak jika orang tua mereka tidak menuntut sangat banyak dari mereka.Â
Kedua, orang tua dalam pola asuh permisif tidak percaya pada hak-hak anaknya karena tidak mampu mengendalikan perilaku anaknya secara efektif. Akibatnya, anak-anaknya bersikap lunak karena orang tuany Gaya pengasuhan yang dikenal sebagai otoritarianisme, atau pola asuh otoriter, ditandai dengan aturan atau perilaku yang ditetapkan yang harus dipatuhi secara ketat dan tidak dapat dipertanyakan.Â
Orang tua yang tegas adalah nama yang lebih umum untuk orang tua otoriter di zaman sekarang ini. Baumrind berpendapat bahwa "pengasuhan otoriter adalah gaya membatasi, menghukum dan menuntut anak untuk mengikuti perintah orang dan tidak memberi kesempatan kepada anak untuk berbicara" dalam terjemahan Chusairi tahun 1995 oleh Santrock Berikut ini adalah ciri-ciri pola asuh:
a) Orang tua berusaha membuat, mengawasi, dan menilai tindakan dan perilaku. Kelakuan anaknya sangat bisa diterima sesuai pada aturan yang ditetapkan orang tuanya.
b) Ketaatan dan kesetiaan terhadap nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua; indigo terbaik menganut tradisi perintah, pekerjaan, dan perawatan.
c) Orang tua lebih suka menekan secara verbal dan kurang memperhatikan masalah yang diterima dan diberikan anaknya.
d) Secara individual menekan kebebasan (kemerdekaan) atau kemerdekaan (otonomi) bagi anak.
Dampak Strict Parents terhadap Tumbuh Kembang Anak Remaja
Menurut Baumrind, gaya pengasuhan otoriter berdampak negatif terhadap kemampuan sosial dan kognitif anak terkait dengan karakteristik tersebut.
Akibatnya, anak tidak dapat bersosialisasi kepada teman sebaya atau sahabat, terus-menerus menyendiri, mengalami perasaan cemas dan khawatir saat bersosialisasi dengan teman sebaya, serta memiliki hati nurani yang rendah. Mempunyai hati nurani yang rendah akan berdampak negatif dengan kepribadian anak dewasa, dan pola asuh otoriter ini berdampak jangka panjang pada kelangsungan perkembangan dalam sosialisasi.
Acuh tak acuh atau tidak tertarik dengan perilaku anaknya. Berdasarkan temuan analisis data, orang tua yang tegas atau orang tua yang otoriter lebih besar pengaruhnya terhadap kecakapan sosial anak usia dini. Perkembangan keterampilan sosial anak usia dini didorong baik secara positif maupun negatif oleh pola asuh yang otoriter. Juhardin dkk (2016) menyatakan bahwa pola asuh otoriter bermanfaat bagi kecakapan sosial anak usia dini dengan cara-cara berikut:
1. Anak dapat menyesuaikan diri pada pedoman 2. Mentaati arahan orang tua.