Generasi emas adalah generasi insan terkini  yang berkarakter, berpikir kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, kolaboratif, dan kompetitif. Menyiapkan generasi emas Indonesia adalah hal yang tidak mudah. Berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh guru atau pendidik diantaranya seperti: globalisasi, teknologi, migrasi, kompetisi internasional, perubahan pasar, tantangan lingkungan dan politik internasional. Upaya pemerintah dalam menyiapkan generasi emas dengan pembangunan dibidang pendidikan, diantaranya dengan melakukan penyempurnaan kurikulum dan peningkatan profesionalisme guru. Peran guru dalam pendidikan sangat penting, maju mundurnya suatu Negara berada ditangan guru. Dalam menyiapkan generasi emas Indonesia yang tangguh, kreatif, inovatif, dan cerdas tentunya diperlukan guru yang berkualitas dengan "kompetensi masa depan".Â
Penyempurnaan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 kemudian menjadi kurikulum merdeka membawa konsekuensi perubahanan standar pendidikan nasional yaitu standar kelulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Pada standar proses pemerintah menyarankan perlu diterapkan pembelajaran berbasis penelitian (discovery/inquiry learning), dan berbasis pemecahan masalah (project based learning). Saat ini, siswa-siswa kita memanfaatkan laptop. Perangkat seperti pager, ponsel, atau alat komunikasi lainnya untuk tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan para ahli, dan juga hal-hal lainnya dalam komunitas mereka serta di seluruh penjuru dunia. Generasi saat ini dikelilingi oleh pesan-pesan visual melalui beragam sarana 'komunikasi pribadi' yang bisa dikendalikan dan berdampak pada mereka. Generasi saat ini terlibat secara aktif dalam penggunaan 'media komunikasi', banyak remaja lebih memilih menghabiskan waktu bermain game atau lebih memilih internet daripada menonton televisi. Dunia digital dengan janji dan jebakan menanti di depan
jari-jari generasi muda kita.Â
Dalam sebuah proses belajar, peranan guru sebagai sosok yang"digugu dan ditiru" adalah penting. 'Perilaku' seorang guru akan menjadi komunikasi (penyampaian pesan) paling efektif dan pengaruhnya sangat besar pada peserta didik. Perilaku inilah yang akan menjadi 'teladan' bagi kehidupan sosial peserta didik. Berikut bagaimana mengajar keterampilan abad 21, yaitu:
1) Buatlah relevan dengan kehidupan siswa. Agar efektif, pembelajaran apapun harus relevan dengan kehidupan siswa. Menghafal pengetahuan faktual membuat materi pelajaran tampaknya tidak relevan dengan kehidupan siswa. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran relevan dengan kehidupan, guru dapat memulai dengan menyampaikan topik yang menarik atau menantang. Isu-isu yang aktual yang terjadi di masyarakat, misalnya perubahan iklim bagi daerah mereka dan daerah lain dengan karakteristik geografis yang sama adalah contoh topik yang menarik dan menantang. Topik yang menantang memerlukan keterlibatan siswa dengan isu-isu kompleks.
2) Ajarkan melalui disiplin ilmu. Belajar ilmu pengetahuan tidak hanya belajar konten materi pengetahuannya. Siswa perlu tahu bahwa mereka mempelajari setiap disiplin ilmu karena ilmu tersebut penting. Demikian juga siswa juga perlu tahu bagaimana para ahli menciptakan pengetahuan baru dengan metode ilmiah, bagaimana para ilmuwan melakukan percobaan, bagaimana mereka mencapai kesimpulan. Masing-masing langkah ini erat dengan pengembangan keterampilan abad ke-21
3) Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat rendah dan tinggi dalam waktu yang sama. Siswa perlu memahami hubungan antara variabel yang diberikan dan bagaimana menerapkan pemahaman ini untuk konteks yang berbeda.
4) Mendorong transfer belajar. Siswa perlu belajar menerapkan keterampilan, konsep, pengetahuan, sikap atau strategi yang mereka kembangkan dalam satu konteks dan situasi ke dalam konteks dan situasi yang lain. Kegiatan berikut adalah salah satu cara melatih siswa mentransfer belajarnya: (a) membimbing siswa untuk melakukan brainstorming tentang cara-cara menerapkan keterampilan, sikap, atau konsep yang telah dikembangkan untuk situasi yang lain, (b) Mintalah siswa untuk membuat analogi antara topik yang berbeda, seperti antara ekosistem dan pasar keuangan. Pakar pendidikan Shanghai percaya bahwa pelatihan siswa untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan untuk masalah nyata memberikan kontribusi terhadap keberhasilan mereka pada PISA 2009.
5) Ajarkan siswa untuk belajar bagaimana belajar (metakognisi). Peters (2000) menyatakan bahwa metakognisi adalah kecakapan siswa untuk menyadari dan memonitor proses belajarnya. Lee dan Baylor (2006) mendiskripsikan keterampilan metakognisi menjadi 4 dimensi yaitu planning, regulating, evaluating, dan revising. Planning menyangkut kesadaran mengidentifikasi apa yang telah diketahui, menentukan tujuan belajar, mempertimbangkan alat bantu belajar, dan mempertimbangkan bentuk tugas. Regulating meliputi mengontrol kemajuan belajar, kemajuan menyelesaikan tugas, dan kemajuan tujuan belajar yang telah didapat. Evaluating meliputi penilaian terhadap pengetahuan yang baru didapat, menyeting tujuan, dan menyeleksi bahan belajar. Revising meliputi modifikasi rencana tujuan sebelumnya, strategi-strategi, dan pendekatanpendekatan belajar lainnya.
6) Memperbaiki miskonsepsi. Banyak orang yang salah konsep tentang bagaimana dunia bekerja. Kesalahan konsep itu bertahan sampai mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan penjelasan alternatif.
7) Mendorong kerja sama dalam kelompok . Kemampuan untuk bekerja sama adalah keterampilan abad ke-21 yang penting. Kolaborasi juga diperlukan agar pembelajaran optimal. Siswa belajar dalam kelompok lebih baik dari pada belajar individual. Belajar berpasangan atau kelompok merupakan cara yang ideal bagi siswa untuk mengembangkan metakognisi dan keterampilan komunikasi, serta memperbaiki miskonsepsi. Ada banyak cara yang dilakukan guru untuk merancang pembelajaran yang mendorong bekerjasama dalam kelompok. Siswa dapat mendiskusikan konsep secara berpasangan atau kelompok dan berbagi apa yang mereka pahami. Siswa dapat mengembangkan argumen dalam debat. Siswa dapat bermain peran.
8) Memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran. Teknologi menawarkan potensi pada siswa dengan cara-cara baru untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi; berlatih menangani miskonsepsi; dan berkolaborasi dengan rekan-rekan pada topik yang relevan dengan kehidupan mereka. Forum berbasis web di mana siswa dan rekan-rekan mereka dari seluruh dunia dapat berinteraksi, berbagi, debat, dan belajar dari satu sama lain. Internet itu sendiri juga menyediakan forum untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 dan 9 pengetahuan. Sifat sumber yang tak terhitung jumlahnya, memberi kesempatan untuk belajar menilai sumber-sumber yang reliabel dan valid.
9) Mengembangkan kreativitas siswa. Guru juga dapat memfasilitasi berkembangnya kreativitas siswa dengan mendorong, mengidentifikasi, dan membantu siswa untuk mengembangkan mental positif tentang kemampuan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Mengidentifikasi kreativitas dapat membantu siswa untuk mengenali sendiri kemampuan kreatif . Guru dapat membimbing secara langsung tentang proses kreatif dan memberikan kontribusi untuk pengembangan kreativitas. Pengembangan kreativitas dapat dipelajari melalui masing-masing disiplin ilmu, bukan hanya melalui seni.
Model pembelajaran yang memenuhi resep atau cara di atas antara lain pembelajaran inkuiri, problem based learning, dan project base learning.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H