Sosial media merupakan sebuah media online yang penggunanya bisa dengan sangat mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi yang diantaranya seperti meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual lainnya. Sosial media saat ini paling sering digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
TikTok telah menjadi platform media sosial yang saat ini banyak digunakan oleh anak-anak muda. Bahkan bagi mereka dengan usia lebih tua pun ikut berpartisipasi dalam kehadiran aplikasi yang bernama TikTok ini. Meskipun Instagram lebih dulu pernah menjadi ketertarikan netizen. kepopuleran aplikasi ini ternyata mampu menyainginya aplikasi-aplikasi lain Dengan konsep video singkat, mereka berhasil membawa konten menjadi jauh lebih menarik. TikTok juga merupakan media sosial yang sedang mengalami pertumbuhan begitu cepat di dunia. Fitur yang ditawarkan memungkinkan pengguna dapat membuat video singkat dengan musik, filter dan beberapa animasi lainnya. Dan aplikasi ini sangat membantu dunia dalam menyebarkan informasi dalam waktu yang tidak terbatas ditambah dalam Situasi Masa Pandemi yang memaksa seluruh masyarakat untuk melakukan seluruh kegiatan serba daring ( Online ).
2020 merupakan tahun dimana TikTok menjadi sangat Viral dan banyak sekali muncul beberapa Trend yang salah satunya merupakan Challenge. Viral challenge adalah tantangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang dibagikan di media sosial untuk kemudian ditiru tau dicontoh oleh orang/kelompok lain. Biasanya viral challenge dilakukan seseorang dan kemudian menyatakan tantangan untuk teman lainnya. Tidak jarang pula, viral challenge dianggap mengikuti trend untuk mendapatkan respon “kekinian” dari teman-teman di media sosial. Hal ini membuktikan bahwa viral challenge mulai menjadi ajang eksistensi mengikuti hal-hal menantang yang dilakukan bersama. ( Elfitri dan Rosini, 2018, “Perilaku Informasi Remaja Terhadap Viral Challenges di Media Sosial” Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Yarsi. Hal 13 )
Keberadaan Challenge ini bisa berdampak Positif apabila tantangan yang dibuat adalah hal-hal yang bersifat positif. Diantaranya seperti berbagi, donasi, olahraga, serta kegiatan-kegiatan yang bersifat bermanfaat bagi orang sekitar dan diri sendiri ( bersifat positif ). Tapi ini akan menjadi rantai kekejaman yang mematikan bila challenge ini diikuti oleh orang-orang yang hanya mengikuti sebuah trend tanpa banyaknya literasi yang ia lakukan, Challenge akan mengakibatkan orang terseut bisa berujung kematian, sakit, mendapatkan masalah kepada aparat-aparat, merugikan diri sendiri dan lain-lain.
Challenge yang kini tengah beredar ditahun 2021 ini yaitu Benadryl Challenge, Benadryl sendiri merupakan obat yang digunakan untuk mengobati dan meredakan gejala alergi serbuk bunga atau alergi pernafasan yang meliputi iritasi mata, bersin, gatal, dan iritasi akibat gigitan serangga. Obat ini diberi label peringatan agar disarankan untuk pengguna yang mengonsumsi obat-obatan ini tidak lebih dari enam dosis ( 6x penggunaan obat ) dalam waktu 24 jam ( 1 sehari sekali dilarang untuk mengonsumsi lebih dari 6 pil/dosis ) dan mengosumsi Benadryl sendiri mempunyai selang waktu selama empat jam. selain dari penggunaan yang sudah dianjurkan, orang yang mengonsumsi Benadryl akan dikatakan sebagai penyalahgunaan obat-obatan dan melebihi dosis (overdose ).
Sesuai dengan Namanya Benadryl Challenge adalah tantangan Benadryl. Tantangan disini bukan berarti tantangan sembuh dari alergi, penyakit, dan lain-lain. Melainkan Benadryl Challenge disini merupakan tantangan mengosumsi Benadryl dalam dosis yang sebanyak-banyaknya sehingga muncul perasaan halusinasi dalam jangka waktu yang lama. Ini tentu sangat berbahaya bila obat yang diharuskan untuk dikonsumsi sebagai penawar obat alergi justru di gunakan untuk mendapatkan sensasi nikmat yang ini sangat merugikan diri sendiri.
Menurut David Jurrlink, kepala Divisi Farmakologi Klinis dan Toksikologi Universitas Toronto, Kanada, mengatakan bahwa Benadryl sendiri dalam dosis Besar dapat menghentikan jantung serta dampak paling berbahayanya dapat terjadinya kejang-kejang hingga menyebabkan hilangnya nyawa.
Semakin adanya teknologi semakin membuat kita sering mendapatkan informasi, budaya, kebiasaan yang kita terima setiap hari. Dan manusia akan cendeerung mengikuti kebiasaan orang lain terus menerus.
Kemajuan perkembangan media dan teknologi dengan mudah membawa informasi dari seluruh penjuru dunia untuk dapat diakses oleh setiap orang yang menggunakannya. Seiring pergerakan arus globalisasi, perkembangan dan penyebaran suatu budaya sebagai produk, paham dan gaya baru, bahkan identitas, dapat dengan mudah menyebar ke seluruh penjuru wilayah yang diinginkan melalui media. ( Melly Ridaryanthi, 2014,”Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi Perilaku Konsumen Studi terhadap Remaja” Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No 1. Hal. 90)
Budaya populer masih dianggap terlalu sepele dalam menemuka penerimaan konsensual melalui arus utama. Yang ini mengakibatkan muncul dari balik kritisme sengit dari berbagai sumber non-arus utama ( yang khususnya kelompok-kelompok agama dan kelompok kontra budaya ). Budaya populer juga bisa disimpulkan sebagai budaya orang kebanyakan yang kita sendiri tidak memerlukan banyak usaha untuk mengonsumsinya.
Melihat Benadryl challenge sangat merepresentasikan budaya kebanyakan yang diikuti. Alhasil tak mungkin minum obat sebagai ajang untuk mencari halusinasi yang mempunyai jangka waktu yang lama. Dan tantangan ini pun sudah pasti ada yang melakukannya walaupun korban sudah ada yang berjatuhan. Peran audiens sangat berpengaruh dalam media sosial agar masyarakat dapat memposisikan diri sebagai pengguna sosial media yang bisa bijak dalam mengambil Tindakan yang positif ( tidak merugikan diri sendiri ).
Dalam Khalayak Media sudah pasti tantangan ini menjadi tanggung jawa penting bagi pengguna dan penikmat aplikasi tiktok sendiri.
Teknologi tulisan dan percetakan merupakan dasar sifat alami dari komunikasi itu sendiri. Hadirnya pembicara-pendengar tentu melibatkan apa yang disebut sebagai penulis-pembaca. Teori tentang khalayak media secara garis besar dimulai dari sebuah proposisi tentang bagaimana mendefinisikan karakteristik dari media itu sendiri yang secara kenyataannya khalayak itu bersifat remote, teratomisasi (anggota yang secara fisik terpisah-pisah dan tidak mengenal satu dengan yang lain), dan tidak diketahui oleh pembuat pesan dalam komunikasi massa, dan timbal balik (feedback) dari khalayak itu sendiri bersifat tipis, parsial, dan terstruktur ( (Sterling, 2009:127), Ruli Nasrullah, 2018, “RISET KHALAYAK DIGITAL: PERSPEKTIF KHALAYAK MEDIA DAN REALITAS VIRTUAL DI MEDIA SOSIAL” Hal. 272 ).
Khalayak Media dibagi menjadi 2, yaitu Khalayak Pasif dan Khalayak Aktif. Khalayak Pasif sendiri adalah khalayak yang tidak berdaya dihadapan media dan cenderung menerima apapun informasi yang diberikan. Sedangkan khalayak Aktif merupakan khalayak yang menunjukkan kemampuan literasinya untuk menjadi khalayak signifikan yang dinamis, yang dimana artinya Khalayak Aktif menerima informasi sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan keinginannya dia.
Melihat dari kasus Benadryl Challenge, terdapat khalayak pasif dan aktif yang dimana pelaku khalayak pasdif cenderung mengikuti tantangan tersebut seakan-akan hanya tujuannya yang mengikuti trend tanpa memikirkan dampak kedepannya. Benadryl sendiri sangat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam hal yang tidak seharusnya dilakukan. Beda halnya dengan Khalayak Aktif, akan berusahan mencocok apa yang dia temui ( seperti informasi, kabar, berita, dan lain-lain ) dengan ilmu pengetahuan yang ia punya dan terus dicari. Khalayak aktif juga sangat berperan penting bagi masyarakat umum untuk mengedukasi terhadap orang-orang yang mempunyai resiko menjadi khalayak pasif agak lebih sadar dan tidak boleh tidak berdaya dengan masuk beberapa informasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H