Mohon tunggu...
Raihan Otman Marolop
Raihan Otman Marolop Mohon Tunggu... Lainnya - Sastra, Opini

Seorang mahasiswa. Menulis apa saja untuk mengeluarkan penat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Mahasiswa Memilih Pemimpinnya (BEM, BEM Fakultas, DPM)

8 Februari 2024   17:27 Diperbarui: 8 Februari 2024   17:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, tidak dapat dipungkiri berdasarkan pengalaman bahwa pada fakultas yang berpolitik, kebenaran akan ditutupi kepentingan 'bendera' sehingga partai penguasa akan meroket kembali walaupun calonnya belum tentu baik atau lebih baik daripada calon lainnya.

Di lain sisi, apakah calon dari partai mahasiswa yang tidak disukai belum tentu memiliki kepribadian yang layak dibenci, bahkan ada kemungkinan bahwa pemimpin yang baik adalah seseorang yang mampu menangkal keburukkan yang dibawa pengusungnya dengan kebaikan serta realisasi program kerja merata pada masa jabatannya.

Figur seorang pemimpin pada masa kuliah tersebut sangat penting juga tentang bagaimana ia akan menjadi duta bagi kampus tersebut bagi pihak eksternal sehingga tiap tindakan akan menjadi amunisi terbaik atau pisau bermata dua. Seringkali, pemimpin harus bisa mempertahankan posisinya pada dua kelompok penekan, yaitu pihak universitas seperti rektorat atau dekanat dan bagaimana dapat memenuhi gambar idaman pemimpin pilihan mahasiswa.

Penting diketahui bahwasanya tidak seluruh bahkan tidak banyak kepentingan politik partai atau organisasi pengusung pemimpin tersebut yang tidak sejalan dengan keperluan mahasiswa umum sehingga suara mahasiswa yang memilihnya terasa sia-sia. Oleh sebab itu, pemimpin dambaan mahasiswa juga perlu berada pada posisi 'garis tengah' antara perilaku balas budi pada organisasinya dan kepada mahasiswa pemilihnya.

Kembali pada ranah pemilih, perlunya menjalin relasi yang luas demi mendapatkan pengetahuan calon pemimpin adalah sebuah nilai tambah sehingga semakin mengetahui, semakin yakin siapa yang pantas mendapatkan posisi tersebut. Tetapi, harus diperhatikan bahwasanya tidak seluruh niat baik pemimpin pada masa kampanye akan terpenuhi dengan melihan job desk dan tuntutan dari dunia organisasi serta akademik terus menerus menghantui pribadi tersebut.

Pada kesimpulannya, pilihlah pemimpin yang memang memenuhi kepentingan dan memiliki latar belakang yang baik. Ingat, pemimpin yang baik adalah dia yang mampu seimbang pada jalan hidupnya yang sedang miring atau terjal ke satu arah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun