Mohon tunggu...
Raihan Otman Marolop
Raihan Otman Marolop Mohon Tunggu... Lainnya - Sastra, Opini

Seorang mahasiswa. Menulis apa saja untuk mengeluarkan penat.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Stadion: Harusnya Aku Bisa Seramai Itu

29 Maret 2023   23:47 Diperbarui: 30 Maret 2023   00:37 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak dirugikan ketika negara ini tidak menjadi tuan rumah Piala Dunia u20, tetapi banyak dari mereka yang harusnya mampu meraih hal besar karenanya.

NOTE: MASIH BANYAK SUDUT PANDANG YANG DIPILIH PADA KASUS INI DAN AKAN ADA PRO-KONTRA, SAYA HANYA MEMILIH SATU DARI SEKIAN BANYAK.


Ketika Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, harapan anak-anak muda dan generasi penerus bangsa ini menjadi meningkat lagi dikarenakan ketahuan diri akan kapasitas sektor tersebut yang tidak mampu menembus piala dunia jika bukan menjadi tuan rumah. Antero sepak bola Indonesia juga dapat dikatakan akan naik daun jika ajang ini berlangsung dan membuka pintu bagi pemain Indonesia agar dapat dilirik tim dari luar negeri. 

Harapan akan kemajuan pada olahraga kecintaan masyarakat Indonesia ini menjadi semakin nyata dengan adanya ajang ini karena jika dapat dibandingkan, ajang sepak bola regional pun dapat berdampak pada naiknya karier sepak bola atlet tanah air sehingga dipanggil ke tim luar negeri. Kualitas kesiapan perhelatan ajang dunia dipertaruhkan dengan diadakannya event ini dan hal tersebut seharusnya menjadi kebanggaan dan kesiapan bagi warganya juga menghadapi gempuran spotlight dunia bagi negara ini.

Gengsi negara ini juga menjadi naik apalagi selama 2 tahun berturut-turut menjadi tuan rumah besar ajang besar dunia, yaitu G20 (2022) dan Piala Dunia U-20 (2023). Indonesia yang sudah menjadi Chairman ASEAN tahun 2023 akan berganda perannya menjadi tuan rumah kompetisi sepak bola terbesar untuk kategori u-20. 

Bayangkan saja atmosfer ASIAN Games, AFF, dan lain sebagainya maka kita akan menebak kondisi yang cukup spektakuler dari ajang ini. Semua akan terpaku pada perkembangan negara kecintaan ini dan menjadi dasar yang kuat bagi realisasi "NKRI HARGA MATI" karena jiwa nasionalisme juga akan muncul dengan sendirinya jika ada kebanggaan yang muncul dari kualitas negara sendiri.

Namun, kondisi sudah berbeda dan berbanding terbalik sejak saat ini. Jika dibayangkan, negara yang dibantu FIFA dan terpilih menjadi tuan rumah PIALA DUNIA U-20 harus dicopot. Sudah dibantu, malah melunjak. Apakah itu bentuk rasa tidak tahu terima kasih? Diberi peran besar, tetapi masyarakat dan TOKOH YANG MENCARI NAMA DEMI PEMILU harus berkoar-koar untuk tidak menerima sebuah negara yang tidak ada perselisihan dengan negara ini dalam mengikuti kejuaraan ini.

Apa yang diharapkan? Israel tidak ikut piala dunia? Kita siapa? Sudah mampu mengalahkan sepak bolanya?

Memang, kita membela rival negara tersebut atau Palestina karena solidaritas yang benci terhadap peperangan dan penjajahan, tetapi ini adalah keikutsertaan kita dalam sebuah ranah global di mana kita mampu menyebarkan nilai domestik lewat perhelatan ini. 

Permasalahan diplomatik menjadi alasan besar pada kasus ini karena kita memegang nilai anti-Israel sedari usia negara ini belum bisa masuk SD. Penolakan Indonesia tidak salah karena kedaulatan negara adalah tertinggi, tapi hal ini adalah rancu di masa sekarang di mana ketika kita terlalu kokoh pada pendirian tersebut, penilaian organisasi internasional bahkan yang bisa saja bersifat supranasional akan buruk terhadap kita. Kalau memang kita menolak keberadaan Israel, mengapa saja kita tidak keluar dari PBB lagi? Dan mengapa sedari dulu keikutsertaan Israel di PBB sejak 1949 kita tidak pernah keluar dari PBB karena eksistensi negara tersebut?

Bangsa yang katanya cinta damai ternyata masyarakatnya  bersifat toxic akan negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun