"Gue yang paling top, paling dikenal, paling disebut, paling disayang, lo semua bayangan gue !"
Gorong-gorong menjawab halus," Mas, kalau aku tidak penuh dengan sampah, namamu tidak akan naik."
Sungai melawan, "Lo tidak usah banyak omong, lo saja tidak punya nama, apalagi disebut !"
Gorong-gorong mulai gondok, "Mas, kalau kerja bakti, kamu dipedulikan tidak ?'
"Pasti, aku yang vital !" sombong sungai
Sekarang hari Minggu, ada kerja bakti
"Mas, kamu dibersihkan tidak ?" tanya Gorong-gorong
"Pastilah, banyak yang peduli sama gue !" jawab Sungai membentak
Sudah sore, makhluk berkaki dua masuk ke rumah masing-masing, takut gelap
Tanya Gorong-gorong, "Mas, sudah bersih air mu ?"
"Sudah! gue makin ganteng, ha ha ha," direspon angkuh
Ejek Gorong-gorong, "Ya ampun mas, airmu masih keruh, rumputmu masih tinggi. Itu yang disebut peduli ?"
"Tidak usah banyak bicara, gue sudah bersih !" dijawab ngambek
"Mas, kamu terkenal karena ganteng, biru, sekarang terkenal butek, namamu naik." Gorong-gorong bergurau
Dibentak lagi, "Semua karenamu ! sekarang mau sombong ? mau terkenal tapi nama tidak punya ! aku terkenal karena segalanya !"
Kini bulan Januari, si Langit sering nangis belakangan ini
"Sialan ! Langit cengeng ! sudah cukup, terlalu penuh !" pinta Sungai
"Tok tok," suara Gorong-gorong mengetuk pintu dengan mulutnya
"Siapa itu!" marah Sungai
"Paket !" jawab Gorong-gorong
Sungai membuka pintu
"Ini paket bayar di tempat dari Bogor, Komunitas Gorong-orong Anti Sungai," jawab Gorong-gorong
Sekarang Sungai muntah limbah, makhluk malas berkaki dua berteriak, "Kali sialan !"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!