Pemakaman adalah tempat peristirahatan terakhir yang seharusnya mencerminkan penghormatan terhadap mereka yang telah meninggal dunia. Namun, pada kenyataannya, kondisi pemakaman di pedesaan, khususnya untuk umat Muslim, sering kali jauh dari kesan rapi dan tertata. Tidak jarang, area pemakaman di desa terlihat kurang terawat, penuh semak belukar, dan menimbulkan kesan angker. Lantas, apa yang menyebabkan kondisi ini terjadi, dan bagaimana solusinya?
Penataan dan Pengelolaan yang Buruk
Pemakaman di pedesaan sering kali tidak memiliki tata letak yang teratur. Makam-makam baru dibangun di antara makam lama yang sudah ada, sehingga terlihat berantakan. Kurangnya perencanaan dalam penataan makam membuat pemakaman terkesan berantakan dan tidak rapi.Â
Pemakaman ini juga umumnya dikelola secara swadaya oleh masyarakat sekitar, sehingga tidak ada pihak yang bertanggung jawab secara khusus untuk merawat dan menjaga kebersihan pemakaman. Hal ini menyebabkan kurangnya fasilitas pendukung seperti tempat sampah, penerangan, atau papan petunjuk lokasi makam.
Kurangnya Keterlibatan Pemerintah atau Pihak Berwenang
Pengelolaan makam kerap hanya menjadi tanggung jawab masyarakat tanpa dukungan nyata dari pemangku jabatan seperti pemerintah desa atau tokoh agama. Padahal, keterlibatan perangkat desa dapat membantu menciptakan sistem dan regulasi yang lebih terorganisir, termasuk melalui kebijakan lokal atau alokasi anggaran untuk pemakaman.Â
Larangan Menghias Makam yang DisalahpahamiÂ
Dalam tradisi Islam, memang ada larangan untuk menghias makam secara berlebihan. Hal ini bertujuan untuk menghindari praktik riya' (pamer) dan menjadikan makam sebagai tempat megah-megahan. Namun, prinsip ini sering disalahartikan sebagai pembenaran untuk tidak mengelola pemakaman dengan baik. Padahal, menata area pemakaman dengan teratur dan menyediakan fasilitas yang memadai tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam. Justru hal ini bermanfaat bagi peziarah dan menjadi amal jariyah tersendiri.
Perbandingan dengan Pemakaman di Perkotaan atau Pemakaman non-Muslim
Jika dibandingkan, pemakaman non-Muslim seperti Kristen biasanya terlihat lebih teratur dan terawat. Jalur makamnya rapi, sering dilengkapi dengan batu nisan yang seragam, serta area yang bersih dan nyaman. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang baik bukan hanya masalah estetika, tetapi juga penghormatan kepada mereka yang telah tiada. Umat Muslim di desa dapat mengambil pelajaran dari praktik ini tanpa melanggar prinsip syariat Islam.
Lalu Solusi Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
Pengelolaan Makam dengan Baik Oleh Pemerintah Setempat
Pemerintah setempat dapat membuat regulasi pengelolaan makam dan membentuk tim khusus untuk mengelola pemakaman. Tim ini bertugas menjaga kebersihan makam secara berkala, menata tata letak makam, dan menyediakan fasilitas dasar seperti tempat sampah, papan petunjuk, serta pencahayaan.Â
Pemanfaatan Sumber DayaÂ
Pemerintah bisa mengalokasikan dana setempat untuk menyediakan infrastruktur seperti jalan setapak, pagar pembatas, atau bahkan fasilitas untuk peziarah, seperti tempat duduk dan tempat berwudhu. Tak hanya itu, perencanaan yang matang dalam pemanfaatan lahan pemakaman juga perlu dilakukan dengan baik.
Edukasi tentang Pentingnya Merawat MakamÂ
Masyarakat perlu menyadari pentingnya menjaga kebersihan dan kerapian pemakaman sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Ziarah kubur seharusnya tidak hanya menjadi ritual, tetapi juga momen untuk membersihkan dan merawat makam.
Pemakaman adalah salah satu bentuk warisan budaya dan spiritual yang harus dijaga dengan baik. Dengan pengelolaan yang lebih baik dan keterlibatan semua pihak, pemakaman tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi yang telah meninggal, tetapi juga dapat menjadi tempat yang nyaman dan damai bagi keluarga yang berziarah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI