Cerita Anak Sebagai Pembentuk Karakter di Tengah Kemajuan Era Digital Dalam Lingkup Sekolah

Abstrak : Pendidikan karakter merupakan aspek penting dalam pembentukan kepribadian anak di tengah kemajuan teknologi digital. Cerita anak, sebagai bagian dari pendidikan informal, berperan dalam menanamkan nilai moral yang dapat membentuk karakter anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran cerita anak dalam pembentukan karakter di era digital, serta tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut. Cerita anak mengandung banyak nilai moral yang dapat membentuk sikap positif seperti kejujuran, keberanian, dan tanggung jawab, namun tantangan di era digital berupa kemudahan akses terhadap berbagai jenis konten dapat mempengaruhi efektivitasnya. Akses yang tidak terkontrol terhadap konten yang kurang mendidik, serta pengaruh media sosial yang sering kali menyajikan standar yang tidak realistis, menjadi tantangan utama dalam pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan pengawasan terhadap konten yang dikonsumsi anak-anak dan mengintegrasikan cerita anak yang mendidik dalam pembelajaran digital. Dengan pendekatan yang tepat, cerita anak dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkuat nilai-nilai karakter anak, baik di sekolah maupun di rumah, sehingga dapat membentuk individu yang memiliki integritas dan moralitas yang tinggi di era digital ini.

Kata Kunci: cerita anak, pembentukan karakter, era digital, pendidikan karakter, tantangan digital.

Pendahuluan

      Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan dasar yang mendasar. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 dan Pasal 2, pendidikan didefinisikan sebagai usaha yang sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung peserta didik dalam mengembangkan potensi diri. Hal ini mencakup penguatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, pembentukan karakter, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan untuk kepentingan pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional sendiri adalah pendidikan yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mengakar pada nilai-nilai agama, budaya nasional Indonesia, dan mampu beradaptasi dengan tuntutan perubahan zaman.

      Kunci kesuksesan dalam pendidikan karakter terletak pada peran penting yang dimiliki oleh guru. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam prinsip "ing ngarsosung tuladho, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani," seorang guru harus mampu memberikan teladan, membangun semangat, dan memberikan dukungan kepada siswa. Guru idealnya memiliki kedekatan dengan peserta didiknya, tidak hanya dari segi intelektualitas, tetapi juga dalam memahami dan memperhatikan perkembangan kepribadian setiap anak. Dengan demikian, guru memiliki peran sentral dalam membentuk karakter siswa yang utuh, baik dalam aspek akademik maupun sosial.

      Perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 sangat penting di tengah tantangan kebangsaan yang ada saat ini. Beberapa permasalahan yang berkembang, seperti disorientasi dan kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan yang dapat mewujudkan nilai-nilai tersebut, serta bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menuntut adanya upaya konkret dalam memperkuat kesadaran nilai budaya bangsa. Ancaman disintegrasi bangsa dan melemahnya kemandirian juga menjadi faktor yang mendorong perlunya implementasi pendidikan karakter yang lebih kuat di tingkat sekolah.

      Pendidikan karakter dapat diterapkan melalui berbagai strategi. Menurut Fitri (2012: 45), beberapa langkah yang dapat diambil antara lain adalah pengintegrasian nilai dan etika dalam setiap mata pelajaran, internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan orang tua), serta pembiasaan dan latihan. Selain itu, pemberian contoh atau teladan yang baik dari para pendidik dan penciptaan suasana yang mendukung terbentuknya karakter di sekolah sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan karakter. Pembudayaan nilai-nilai karakter ini harus terus diperkuat untuk membangun generasi yang memiliki integritas, rasa kebangsaan, dan kesadaran budaya yang tinggi (DINAS SOSIAL KABUPATEN TEGAL, 2023).

      Era globalisasi, dengan kemajuan teknologi digital, telah mengubah cara manusia mendapatkan informasi, yang sebelumnya terbatas secara lokal kini dapat diakses secara global. Dalam menghadapi era ini, dibutuhkan individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, kompetitif, dan mampu beradaptasi. Tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter seseorang adalah bawaan, lingkungan, dan latihan. Sementara faktor bawaan tidak bisa diubah, lingkungan dan latihan, yang sering kali diperoleh di lembaga pendidikan, memainkan peran besar dalam membentuk karakter.

      Karakter bukanlah sekadar sifat bawaan, melainkan dapat dibentuk melalui latihan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kepribadian yang baik. Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini untuk memastikan pondasi yang kokoh bagi generasi mendatang. Hal ini penting tidak hanya di tingkat pendidikan dasar, tetapi juga di perguruan tinggi. Pendidikan yang berkarakter bukan hanya menghasilkan individu yang berpengetahuan, tetapi juga mereka yang memiliki integritas dan moralitas yang tinggi.

      Ironisnya, saat ini kita sering melihat bahwa individu dengan pendidikan tinggi justru menunjukkan perilaku yang bertolak belakang dengan nilai-nilai keilmuan yang mereka pelajari. Oleh karena itu, peran guru di sekolah menjadi sangat vital. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter peserta didiknya, terutama melalui kegiatan pembelajaran. Guru dapat mentransfer nilai-nilai karakter kepada siswa, menjadikannya bagian integral dari proses pendidikan yang membentuk tidak hanya kecerdasan, tetapi juga moral dan perilaku yang baik.

      Hal ini perlu mendapat perhatian serius, mengingat siswa SD merupakan generasi penerus bangsa yang akan menentukan arah masa depan negara. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk mewujudkan hal ini adalah dengan memperbaiki perangkat pembelajaran, terutama buku teks pegangan siswa. Buku teks yang dimaksud, seperti buku kumpulan "Dongeng dan Cerita Rakyat," memegang peranan penting karena memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

      Dongeng dan cerita rakyat, sebagai karya sastra, merupakan sarana yang strategis dalam penanaman nilai karakter. Keduanya dapat digunakan dalam pembelajaran yang terintegrasi di berbagai mata pelajaran, khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Cerita-cerita tersebut mengandung nilai-nilai moral yang dapat ditanamkan pada peserta didik, dan menjadi salah satu media yang efektif untuk membentuk karakter mereka. Dalam konteks ini, nilai-nilai karakter dapat diteruskan dengan cara yang menyenangkan dan tidak terasa memaksa bagi siswa.

      Melalui cerita, peserta didik secara tidak langsung dapat menyerap dan merekonstruksi sikap serta kepribadian mereka. Selain itu, cerita juga dapat merangsang imajinasi kreatif siswa, mendorong rasa penasaran mereka terhadap jalan cerita dan metafora yang terkandung dalam cerita tersebut. Dengan demikian, cerita rakyat dan dongeng bukan hanya sebagai alat pendidikan karakter, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa, yang sangat penting di era digital ini.

Hasil dan Pembahasan

• Peran Positif Cerita Anak Terhadap Perkembangan Karakter Anak

      Cerita rakyat telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi budaya masyarakat Indonesia. Selain memiliki nilai hiburan, cerita rakyat juga menyimpan banyak nilai moral yang dapat berperan penting dalam mengembangkan karakter anak. Meskipun buku cerita anak mengandung banyak nilai positif yang dapat membentuk karakter siswa, pengaruhnya terhadap pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar siswa. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak akan kurang efektif jika lingkungan siswa tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut. Sebaliknya, jika lingkungan siswa menguatkan dan mendukung nilai-nilai tersebut, maka dampak positif yang dihasilkan akan lebih besar (Ardianto et al., 2024).

      Meskipun cerita anak sering mengandung ajaran moral yang baik, siswa terkadang tidak langsung mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Namun, pengaruh nilai-nilai positif yang terkandung dalam cerita anak bisa memberikan dampak signifikan terhadap karakter siswa. Cerita anak memungkinkan siswa untuk memahami dan merasakan penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh dalam cerita anak yang menunjukkan sikap positif dan nilai moral yang jelas menjadi teladan yang mudah dipahami anak-anak. Anak-anak cenderung meniru perilaku dan sikap yang mereka lihat dalam tokoh cerita, baik secara sadar maupun tidak sadar (Prastiwi & Sudigdo, 2022).

      Tokoh-tokoh yang menggambarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, kerja keras, dan rasa tanggung jawab dapat mendorong siswa untuk meniru sifat-sifat tersebut dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, pembentukan karakter anak tidak hanya ditentukan oleh pengajaran langsung di sekolah, tetapi juga melalui cara yang lebih tidak langsung, seperti melalui cerita anak yang sarat dengan pesan moral. Proses ini semakin memperkuat perkembangan karakter anak, karena mereka dapat mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sosial mereka sehari-hari.

• Tantangan Perkembangan Karakter Anak Melalui Cerita Anak di Era Digital

      Tantangan perkembangan karakter anak melalui cerita anak di era digital cukup kompleks, mengingat pergeseran signifikan dalam cara anak-anak mengakses informasi dan hiburan. Di era digital, akses terhadap berbagai jenis konten sangat mudah dan cepat, namun hal ini juga membawa sejumlah tantangan dalam proses pembentukan karakter anak. Salah satu tantangan terbesar adalah terlalu banyaknya pilihan konten yang tersedia. Anak-anak dapat dengan mudah mengakses berbagai jenis cerita anak, tetapi di sisi lain, mereka juga terpapar pada konten yang kurang mendidik atau bahkan negatif. Konten-konten hiburan digital, seperti video game, media sosial, dan video pendek, seringkali lebih menarik perhatian mereka daripada cerita anak yang mengandung nilai-nilai moral. Selain itu, kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru dapat memperburuk kondisi ini, karena anak-anak mungkin mengakses konten yang tidak sesuai dengan nilai yang diharapkan. Pengaruh media sosial yang sering kali mempromosikan standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis juga dapat mengganggu pembentukan karakter anak.

      Selain itu, cerita anak yang disajikan melalui platform digital sering kali tidak seefektif cerita tradisional dalam menyampaikan nilai-nilai moral. Cerita yang cepat dan visual, seperti video animasi, dapat mengurangi kedalaman pemahaman anak terhadap pesan moral yang terkandung dalam cerita. Di sisi lain, cerita anak yang sarat dengan pesan moral yang kuat bisa memberikan dampak besar bagi perkembangan karakter anak, jika anak-anak diajarkan untuk merenung dan memikirkan nilai-nilai tersebut secara mendalam. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan pengawasan yang lebih ketat terhadap jenis konten yang dikonsumsi anak-anak serta mengintegrasikan cerita anak yang mendidik dalam pembelajaran digital. Pendekatan ini dapat membantu anak-anak menginternalisasi nilai-nilai positif dan memperkuat karakter mereka, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam interaksi sosial mereka (Ardianto et al., 2024).

Penutup

      Dalam menghadapi kemajuan era digital, cerita anak tetap memegang peranan yang penting sebagai alat pembentuk karakter di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Meskipun akses terhadap berbagai jenis cerita semakin mudah, tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai moral dan karakter yang terkandung dalam cerita anak semakin besar. Oleh karena itu, peran pendidik, baik guru maupun orang tua, sangat penting dalam mengarahkan anak-anak untuk memilih dan mengakses cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan mengandung pesan moral yang dapat memperkuat karakter mereka. Cerita anak, baik yang disampaikan secara tradisional maupun melalui media digital, harus bisa menjadi sarana yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga membentuk kepribadian anak secara positif. Untuk itu, integrasi cerita anak dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun di rumah, harus dilakukan dengan penuh perhatian agar tujuan pendidikan karakter dapat tercapai dengan baik, sehingga anak-anak tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki integritas, empati, dan sikap yang baik dalam kehidupan sosial mereka.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ardianto, T., Subekhi, A. I., Keguruan, S. T., Pendidikan, I., & Pandeglang, B. (2024). Analisis Nilai Positif Cerita Rakyat Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Pada Anak. 6(1), 11–18. https://doi.org/10.57121/meta.v6i2.114

DINAS SOSIAL KABUPATEN TEGAL. (2023). Pembentukan Karakter Anak Melalui Kegiatan Keagamaan. 91–124. https://dinsos.tegalkab.go.id/detail/pembentukan-karakter-anak-melalui-kegiatan-keagamaan

Prastiwi, K., & Sudigdo, A. S. (2022). Analisis Nilai Pendidikan Karakter Pada Buku Dongeng Dan Cerita Rakyat Untuk Siswa Sekolah Dasar. TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 8(2), 1398–1401. https://doi.org/10.30738/trihayu.v8i2.11825