Mohon tunggu...
Raihan Azmi_2
Raihan Azmi_2 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Penggemar sepakbola sekaligus penggiat sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kasak - Kusuk Pembinaan Sepakbola Dagelan

5 Oktober 2023   02:27 Diperbarui: 5 Oktober 2023   13:41 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kemenkopmk.go.id

Dalam perkembangan sepakbola yang telah berlarut larut dilakukan, kerugian besar telah sama kita rasakan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. ketidakhadirannya prestasi menjadi suatu "ideologi" yang sudah mendarah daging di dalam diri sepakbola kita. liga atau timnas, dahulunya terlihat sama, hanya ada kegagalan yang membayang. Sekian tahun berlalu dan berjalan, sepakbola "dagelan" ini terus mengalami sebuah revolusi. Tahun ini, di tahun 2023, masa depan sepakbola kita terbilang cerah untuk dipandang, berbagai prestasi yang cukup membanggakan jadi bukti bahwa sepakbola kita sudah mulai berubah dari sebelumnya. Tetapi, tidak berarti bukti itu jadi cukup menggambarkan bahwa sepakbola ini telah kembali pulih, masih banyak problem lain yang menghantui masa depan sepakbola kita, salah satunya adalah pembinaan.

Perspektif saya adalah pisau yang tidak selalu sempurna, dalam hal ini riset serta data menunjukkan bahwa progres sepakbola kita secara tidak langsung telah mengalami sebuah kemandekan dalam proses perjalanannya. Tidak hanya dalam hal prestasi, namun juga dalam hal pembinaan; suatu titik yang menjadi tolak dasar dari adanya perubahan dalam sepakbola nasional. Inkonsistensi program dan berubahnya kurikulum pembelajaran telah menjadi penghambat utama dari kemajuan sepakbola kita.

Pembinaan telah menjadi PR besar dari sebabnya kita tidak bisa masuk Piala Dunia. Semua hanya terus bermimpi tanpa tau berjalan, itulah yang mungkin kita rasakan beberapa tahun yang lalu. Seketika terbesit sebuah Pertanyaan dalam diri saya, sebenarnya sudah berapa puluh program pembinaan yang telah dicanangkan, oleh para ketua pssi di setiap periode kepemimpinannya?, (hingga kita tidak bisa masuk piala dunia). "Januari 2012 mendatang, PSSI siap menjalankan delapan program pembinaan yang telah dirumuskan."Atau yang terbaru "Erick Thohir: Grassroot Football Festival Jadi Ajang Pembinaan Dini". Semuanya bagus dilakukan. Dasar pembinaan pada mulanya adalah untuk menjaring bibit-bibit potensial yang ada di usia muda, namun tidaklah baik ketika cara program itu terus berubah tiap tahunnya.

Hari ini kita melihat sentimen orang - orang yang negatif terhadap pemain muda kita, terhadap pemain lokal kita, ataupun terhadap pelatih lokal kita, tapi sebenarnya apa yang bisa diharapkan dan siapa yang harus disalahkan?, (dari kenyataan bahwa mereka tidak sebaik pemain luar). Saya yakin mereka semua cinta sepakbola, tapi masalahnya siapa yang menciptakan iklim sepakbola ini sejak mereka muda?, dan siapa yang membuat permainan mereka seperti ini?. Kita tidak bisa menyalahkan bahwa perkembangan sepakbola kita berjalan secara buruk dan tradisional, coba saja liat dari fasilitasnya atau yang paling kentara melalui cara permainannya. Dari beribu ribu orang yang hidup melalui sepakbola, beberapa orang sadar bahwa sepakbola kita sedang tidak baik - baik saja, dan sebagian sisanya mungkin tidak peduli dengan sepakbola itu sendiri, mereka hanya fokus bagaimana nasib hidup mereka kedepannya.

Bagi saya, PSSI telah menjadi benalu dari hadirnya situasi yang tidak stabil di dalam Lika liku perjalanan sepakbola kita. Dalam setiap pergantian kepemimpinan, mereka seakan terlihat tidak menoleh kebelakang untuk melihat apa yang seharusnya diubah, serta hal apa yang harus dipertahankan. Mereka hanya melihat kesalahan total dalam kejadian sebelumnya. Dalam toreh kepemimpinannya, mereka cenderung memandang yang lalu adalah sebuah kesalahan tanpa penilaian yang terlebih dahulu dilalui. Setiap perbuatan baik harus dipertahankan sedangkan hal buruk harus cepat dihindarkan dan diubah keadaanya. Begitulah semestinya yang harus dilakukan.

Namun sepakbola di indonesia adalah tempat yang ramai dan mengundang banyak jerat umpan untuk masuk kedalamnya. Penggemar yang hampir jutaan, penonton yang menyentuh angka ribuan, serta orang-orang yang berada dalam permainan yang jumlahnya tidak kurang dari dua puluh dua orang, kesemuanya hidup dari sepakbola. Semua berputar dalam roda yang telah dibuat sebagai suatu siklus alami dari adanya sepakbola. 

Di sisi lain, Siklus lama juga terus kembali berulang, salah satunya adalah ketika memasuki proses pergantian jabatan. Semua orang sibuk dengan kepentingannya masing  - masing, Orang lama sibuk untuk mempertahankan kedudukannya, sedangkan orang baru terlihat sibuk dengan urusan segala perubahan dan pencitraan berupa aksi nyata. Mereka secara tidak langsung mengubah beberapa instrumen vital dalam sepakbola sebagai suatu inovasi terbarukan. Namun ujung - ujungnya, mereka hanya mengulang, dengan Membuka ruang baru dan meninggalkan yang lalu, itulah yang kemudian dikerjakan. 

Kembali dalam cerita, tentang dongeng masuk piala dunia, jalan pintas pun kemudian dilalui, sampai hari ini, naturalisasi pun gencar dilakukan. Erick, menurut hemat saya, menjadi tokoh yang seakan menyenangkan publik sepakbola tanah air dengan hal yang memantik kegembiraan sesaat. Solusi cepat selalu jadi jalan yang ia gunakan untuk membereskan semua kebusukan yang terjadi di sepakbola. Tapi tak ada yang bisa dilakukan secara instan di dunia ini, proses hidup dan pencapaian, kesemuanya lahir dari adanya konsistensi, tidak ada cara cepat untuk menjadi "Brazil" atau paling dekat menjadi "Jepang" di dalam sepakbola. Untuk "Brazil" sejak dulu itulah makanan sehari - hari mereka, jadi wajarlah mereka bisa jadi seperti itu. namun, Bagaimana dengan Jepang, tiga sampai empat dekade yang lampau mereka cuma angin lalu bagi sepakbola Indonesia, tapi kini kondisinya berbalik 360 derajat keadaanya.

Tidak hanya Erick, bermacam tekanan itu juga semakin nyata diteriakan oleh para peminat sepakbola garis keras, berbagai Kesimpulan liar juga selalu mendekam dalam pikiran masyarakat sepakbola kita yang "ramah". mereka selalu menuntut sepakbola untuk melaju selevel di "Asia", padahal baru saja terlihat cahaya di depan, tapi seakan-akan kita sudah sampai di sana, atau bahkan mendekatinya.

Pada akhirnya semuanya hanya menjadi angan angan yang belum dapat direalisasikan, ketika kita punya mimpi maka proses yang harus dilakukan harus dikerjakan dengan sebaik baiknya. Jujur, selama beberapa - tahun menonton sepakbola kita, saya melihat bahwa banyak potensi yang dapat dihadirkan dengan baik, mereka telah berjalan sebagai tokoh individu yang menginspirasi, sebut saja nama Andik, Pahabol, Oktavianus Maniani, atau yang baru baru ini terlihat Marselino Ferdinand.

Perbaikan di akar rumput sudah seharusnya menjadi fokus utama yang langsung dibenahi oleh federasi, tidak hanya pada pemahaman filosofi, namun juga pada penyediaan fasilitas yang lebih layak, dan terstandar. Pembuatan anggaran jangan lagi difokuskan pada hal-hal yang tidak perlu, dan beberapa harus dialihkan pada anggaran pembinaan. Ini hanya masalah waktu dan uang, ketika hari ini kita sudah membina dan memberi secara maksimal, maka dikemudian hari kita akan menuai hasilnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun