Mohon tunggu...
Raihana Fauzyya
Raihana Fauzyya Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

gatauk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan yang Terlambat

30 Oktober 2024   19:49 Diperbarui: 30 Oktober 2024   19:51 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yana lagi-lagi terdiam. Ia tau sebenarnya apa yang dia lakukan salah. Tapi dia juga ingin seperti teman-temannya. Dia yakin, kalau ia jujur pada orang tuanya pasti mereka tak akan mengizinkan Yana bebas. Mereka juga pasti akan marah setelah tau Yana mencuri uang simpanan dan mempergunakannya untuk hal yang tidak baik.

Semakin lama, Yana semakin terpengaruh. Ia lalai dalam mengerjakan tugas, sering bolos sekolah, dan mencoba hal-hal yang tak seharusnya ia lakukan.

Karna melihat Yana yang sangat berubah, ibunya mengajak Yana berbicara dengan lembut. "Yana sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu sangat berubah? Apa yang salah denganmu? Atau ibu yang salah?" ibunya berbicara dengan lembut.

Akhirnya Yana mengakui semua perbuatannya. Mulai dari bolos sekolah, mencuri uang ayahnya, berbohong, dan semua sikap buruk lainnya. Ia mengaku kesal karna ibu dan ayahnya terlalu menuntutnya dan mengekangnya.

Ibunya mendengar semua celotehan dari putri kecilnya itu. Ibunya tersadar, ternyata sebagai orang tua ia terlalu berlebihan dan terlalu mengekang anaknya. Ia terlalu menuntut anaknya hingga merasa terbebani. Ibunya meminta maaf atas semua tekanan yang dia berikan dulu pada Yana.

"Ibu begitu juga demi masa depanmu, Nak. Ibu takut kamu tidak jadi apa-apa dikemudian hari. Tapi ibu juga berlebihan dalam mendidikmu. Tidak seharusnya ibu berlebihan seperti itu." ucap ibunya.

Yana juga meminta maaf atas semua sikap nakalnya dulu.
Ia berjanji akan berubah menjadi lebih baik. Ia akan memperbaiki nilai-nilainya yang jelek itu dan akan berusaha masuk ke SMA yang ia impikan.

Namun, terlambat. Ketika hari pengumuman  seleksi, namanya tak terdaftar di sana. Ia merasa gagal dan kecewa pada diri sendiri. Ia tak bisa memakai seragam sekolah impiannya.

Ia baru menyesali perbuatannya dulu. Yana merasa putus asa. Tapi ibu dan ayahnya memberi dukungan dan semangat pada Yana.

"Mau disesali pun, tak bisa mengubah takdir, Nak. Nah kamu bisa mengambil pelajaran dari sikapmu kan? Sebenarnya yang ibu dan ayah lakukan itu untuk kebaikanmu, Nak. Namun ibu juga salah. Kita sama-sama belajar di sini. Ibu belajar menjadi orang tua yang baik. Kamu belajar menjadi anak yang baik." ucap ibu sambil mengelus kepala Yana.

"Cobalah jalani dulu sekolahmu yang baru. Mungkin di sini nasibmu akan baik. Jangan terlalu memikirkan SMA itu. Sekarang kamu sudah berada di tempatmu. Jalanilah dengan ikhlas, Nak." tambah ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun