Mohon tunggu...
Raihana Fauzyya
Raihana Fauzyya Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

gatauk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan yang Terlambat

30 Oktober 2024   19:49 Diperbarui: 30 Oktober 2024   19:51 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah pukul 23.00 WIB, Yana tak kunjung ketemu. Ayah dan ibunya sudah lelah mencari di sekeliling kota. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, berharap Yana sudah berada di rumah.

Ternyata benar, baru saja mobil terparkir sang ibu langsung berlari menghampiri Yana yang terlihat termenung di depan rumah. Ibu segera memeluk Yana dengan erat.

"Kemana saja kamu Yana? Kamu tak tau ini sudah larut malam? Bahaya jika kamu masih di luar jam segini, Nak." ibu menangis seraya memeluk Yana.

Yana melepas pelukan ibunya. "Bu, tadi aku hanya mengerjakan tugas kelompok dengan teman-temanku. Jangan terlalu berpikiran yang berlebihan." Yana menjawab ketus. Lalu ia masuk ke dalam rumah meninggalkan ayah dan ibunya.

Ayah dan ibunya bingung. Dia kemana dari tadi? Kenapa Yana seperti itu? Ada apa dengannya? Banyak sekali pertanyaan yang berputar dikepala ayah dan ibunya.

"Biarkan saja, mungkin dia lelah. Besok kita tanyakan padanya. Sekarang ayo kita masuk, sudah larut malam." ayah membujuk ibu untuk masuk.

Sebenarnya pikiran Ibu tak tenang. Ibunya merasa ada yang tak beres dengan anaknya akhir-akhir ini. Tak hanya hari ini saja Yana bertingkah aneh. Kemarin-kemarin Yana sering telat pulang, alasannya kerja kelompok. Yana juga sering mengurung diri di kamar.

Paginya, ayah memanggil Yana. Terlihat raut wajah ayahnya itu menahan amarah. "Yana, jawab jujur pada ayah. Ayah tau ada yang tidak beres denganmu. Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari ayah dan ibu. Kamu kenapa akhir-akhir ini? Dan untuk apa uang itu kamu pergunakan?" ayahnya terlihat bicara serius

Yana terkejut mendengar ucapan ayah barusan. "U-uang apa yang di maksud Ayah? Apa Ayah tau aku mengambil uang simpanan Ayah?" ucapnya dalam hati.

Tapi Yana tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya menunduk, diam, berharap ayahnya akan pergi meninggalkannya dan tidak mengungkit masalah ini lagi.

"Terserah lah Yana, Ayah tak tau apa yang sebenarnya terjadi padamu. Lebih baik kamu ceritakan saja apa masalahmu pada ibumu. Dari pada kamu terus memendamnya." ayah berbicara sambil berjalan meninggalkan Yana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun