Mohon tunggu...
Raihan Barishifa
Raihan Barishifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ada kebenaran, ada kepercayaan

Saya bukan siapa-siapa, tetapi berkontribusi bagi bangsa, negara, dan dunia. Bercita-cita menjadi polimatik; Penggiat berbagai bidang pengetahuan seperti teknik, bahasa, sastra, geopolitik, transportasi, logistik, seni, budaya, penegakan hukum, keamanan, ketertiban, pertahanan, dan alutsista militer.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi Pertahanan Indonesia Menghadapi Konflik Laut China Selatan

19 Mei 2024   11:58 Diperbarui: 19 Mei 2024   17:08 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LATAR BELAKANG

Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan di Laut China Selatan telah meningkat, dengan klaim teritorial yang saling berlawanan dan bertentangan dari berbagai bangsa dan negara, termasuk China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak pada jalur silang bernilai strategis antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, Indonesia memiliki kepentingan yang begitu signifikan dalam menjaga stabilitas di kawasan perairan ini. Strategi pembangunan pertahanan dan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia, di tengah strategi rantaian kepulauan (island chain strategy) yang tengah disusun atau direncanakan oleh Amerika Serikat, menjadi kunci dalam menghadapi potensi ancaman konflik di Laut China Selatan.

PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI ALUTSISTA

Indonesia telah menyadari pentingnya memperkuat alutsista dan infrastruktur pertahanan sebagai bagian dari strategi keseluruhan untuk menghadapi tantangan keamanan di Laut China Selatan. Upaya ini mencakup pengadaan kapal perang, pesawat tempur, dan sistem pertahanan rudal, serta pengembangan industri pertahanan dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok dari negara asing.

Pengembangan dan proyeksi kekuatan (power projection) di wilayah laut (maritim) tentu menjadi prioritas, mengingat geografi Indonesia yang luas dan strategis sebagai negara maritim. Program modernisasi TNI Angkatan Laut termasuk produksi perakitan dan pengadaan armada kapal perang seperti kapal korvet, kapal fregat, kapal perusak, kapal jelajah, dan kapal selam bahkan kapal induk (jika diperlukan) yang dilengkapi dengan teknologi mutakhir. Ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan patroli, pengawasan, pembentengan wilayah perairan Indonesia, khususnya di sekitar Laut China Selatan dengan menyusun gugus tempur laut (guspurla).

Di sisi udara, Indonesia perlu memproduksi dan merakit pesawat tempur multiperan dan sistem pertahanan udara untuk meningkatkan kapabilitas atau kemampuan pertahanan udara, terutama melibatkan TNI Angkatan Udara. Hal ini penting untuk menjamin kedaulatan wilayah udara Indonesia dan memberikan perlindungan terhadap potensi ancaman dari serangan udara.

STRATEGI RANTAIAN KEPULAUAN

Strategi rantaian kepulauan merupakan konsep pertahanan yang memanfaatkan geografi kepulauan di wilayah Asia-Pasifik, dan tentunya termasuk Indonesia sebagai "benteng" alami untuk membendung penetrasi musuh. Konsep ini melibatkan proyeksi pertahanan berupa peningkatan kekuatan militer di pulau-pulau strategis dan pengembangan kemampuan atau kapabilitas untuk melakukan operasi amfibi. Ini memastikan Indonesia dapat mengendalikan akses melalui perairan yang bernilai strategis.

Pengembangan infrastruktur pertahanan di pulau-pulau terpencil, terdepan, dan terluar (3T) termasuk Natuna yang berdekatan dengan Laut China Selatan, menjadi fokus utama. Ini termasuk pembangunan pangkalan militer (pangkalan TNI) beserta radar dan fasilitas pendukung lainnya untuk memperkuat pengawasan dan pertahanan wilayah.

Selain itu, Indonesia juga meningkatkan kerja sama pertahanan dengan negara-negara lain yang memiliki kepentingan di kawasan ini, termasuk latihan gabungan dan pertukaran intelijen. Hal ini bertujuan untuk membangun kekuatan yang kolektif dan tanggapan (respons) bersama terhadap potensi ancaman.

MENJALIN DIPLOMASI DAN KERJA SAMA REGIONAL DAN GLOBAL

Menyadari bahwa jalan keluar (solusi) militer saja tidak cukup untuk menjamin keamanan dan stabilitas di Laut China Selatan, Indonesia juga aktif dalam berdiplomasi dan bekerjasama di kancah geopolitik regional dan global. Sebagai negara anggota ASEAN, Indonesia berperan aktif dalam mendorong dialog dan negosiasi untuk penyelesaian sengketa secara damai dan tertib, serta membuat kesepakatan bersama untuk menghindari eskalasi konflik.

Indonesia juga memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara yang terlibat dalam sengketa, bahkan termasuk kekuatan adidaya seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia, untuk memberikan pemahaman dan mendapatkan dukungan terhadap posisi Indonesia yang mengutamakan stabilitas, keamanan, dan ketertiban regional.

KESIMPULAN

Strategi pembangunan dan pengembangan pertahanan dan alutsista Indonesia merupakan langkah yang penting untuk menghadapi potensi konflik di Laut China Selatan. Dengan penguatan kapabilitas militer dan diplomasi, Indonesia berusaha untuk menjaga kedaulatan negara dan berkontribusi pada stabilitas suatu kawasan. Upaya ini harus terus ditingkatkan dengan memperhatikan dinamika geopolitik yang terus berubah, memastikan Indonesia dapat menjaga kepentingan nasionalnya di tengah persaingan global yang semakin ketat (intens).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun