Menurut Sutarsih (2009), secara filosofis konsep etika adalah cabang filsafat yang membahas nilai dan norma, moral yang mengatur interaksi perilaku manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok (Purba, et al., 2020). Filosofi etika merupakan refleksi dari analisis dan evaluasi dari kualitas perilaku seseorang. Etika didefinisikan sebagai filosofi moral, yaitu ilmu yang menilai atau mengevaluasi suatu hubungan yang bermakna untuk tujuan manusia, penilaian ini akan melibatkan konflik, pilihan, dan suara hati. Etika lebih menekankan pada cara manusia harus berperilaku, bukan pada keadaan manusia. Perilaku manusia ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun (Utami, Agustine, & Happy, 2016).
Seiring berjalannya waktu, etika telah berkembang menjadi bidang studi yang kompleks, lebih fleksibel, diisi dengan perbedaan pendapat dan sebagai bentuk upaya untuk memahami interaksi manusia. Terdapat berbagai filosofi yang dapat ditemukan dalam etika dalam pengaturan perawatan kesehatan, yaitu etika konvensional, etika feminis, dan etika kepedulian (ethics of care) (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Pada essay ini, saya akan membahas pentingnya penerapan filosofi etika, khususnya etika kepedulian sebagai suatu cara memahami masalah etika.
Etika kepedulian adalah teori etika normatif yang menyatakan bahwa perilaku yang bermoral didasarkan pada hubungan interpersonal dan nilai-nilai seperti kepedulian atau cinta. Etika kepedulian memiliki kaitan yang erat dengan etika feminis sehingga penting untuk mengetahui filosofi etika feminis terlebih dahulu. Etika feminis merupakan etika dengan konsep dasar yang mengutamakan kepedulian, cinta, koneksi, dan relasi (Green, 2012). Etika feminis melihat sifat hubungan untuk membimbing seseorang dalam membuat keputusan sulit, terutama hubungan di mana kekuasaan tidak setara atau sudut pandang telah diabaikan. Seseorang yang menganut filosofi etika feminis cenderung lebih berkonsentrasi pada solusi praktis daripada teori (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Etika kepedulian dan etika feminis mempromosikan filosofi yang berfokus pada pemahaman hubungan dan menekankan pada peran perasaan. Pendukung awal ethics of care, Nel Noddings (1984) yang merupakan ahli filsafat pendidikan dari Amerika, menggunakan istilah one-caring untuk mengidentifikasi seseorang yang memberikan perawatan, dan cared-for untuk merujuk pada pasien. Nel Noddings menjelaskan etika kepedulian secara lebih luas dengan mengutamakan nilai-nilai yang berkaitan dengan perempuan. “Care” yang dimaksud tidak hanya memberikan cinta dan kasih sayang kepada semua orang, tetapi juga membutuhkan menjalin hubungan dengan orang-orang tertentu. Noddings berpikir bahwa etika yang lebih kuat dan lebih mendasar dapat dibangun di atas fondasi kepedulian yang didasarkan pada penerimaan, hubungan, dan respons timbal balik. Virginia Held (2005) terus membangun teori Noddings dan menunjukkan sifat dasar hubungan ketika memahami masalah etika (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Kepentingan moralitas dalam aspek-aspek yang penting bagi kehidupan manusia yang saling ketergantungan diimplikasikan oleh etika kepedulian. Dalam pengertian normatif, etika kepedulian adalah upaya mencari cara untuk menjaga pentingnya hubungan sesama manusia dengan mengontekstualisasikan dan mendukung kesejahteraan antara subjek dan objek dalam jaringan hubungan sosial. Sering kali, situasi itu dipandang hanya sebagai kebaikan, daripada memasukkan gagasan teori seperti kepedulian yang memenuhi kebutuhan antara diri kita dan orang lain (Mi'rojah, 2012). Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa:
- Semua orang saling bergantung untuk memperoleh hal yang mereka inginkan;
- Keadaan ini sangat rentan terhadap pilihan-pilihan yang dimiliki seseorang, dan hal yang pantas mereka dapatkan seharusnya dipertimbangkan, dengan pertimbangan berdasarkan: Tingkat ketergantungan mereka pada pilihan orang lain; dan Sejauh mana mereka dipengaruhi oleh pilihan seseorang daripada pilihan orang lain;
- Sangat penting untuk membahas secara spesifik setiap situasi. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga dan mewujudkan keinginan dan kepentingan yang sebenarnya dari semua pihak yang terkait.
Gilligan, seorang ahli teori etika kepedulian, berpendapat bahwa hanya karena wanita 'lebih emosional' daripada pria dan lebih berfokus pada hubungan daripada hukum tidak berarti mereka kurang etis, tetapi mereka memiliki nilai berbeda yang sama berharganya. Contohnya ketika menyelesaikan dilema klasik 'Heinz', yaitu haruskah seorang agen moral mencuri obat yang diperlukan yang tidak mampu dia beli untuk diberikan kepada istrinya yang sakit parah, atau tetap berpegang pada aturan 'jangan mencuri', terlepas dari keadaan. Jika dilihat dari prinsip ethics of care, orang yang peduli akan menempatkan hubungan dengan pasangannya di atas hubungan apa pun dan nilai perhatian atau kasih sayang akan melebihi aturan atau hukum. Sehingga dalam kasus ini, kesimpulannya adalah bahwa hal yang benar untuk dilakukan adalah mencuri obatnya. Di sisi lain, etika utilitarianisme juga mengklaim bahwa agen moral harus mencuri obat-obatan karena dapat menyelamatkan hidup istri adalah tujuan yang lebih besar daripada konsekuensi buruk dari mencuri. Namun, utilitarianisme memberi alasan yang mengarah pada kesimpulan ini didasarkan pada analisis biaya dan keuntungan yang dingin dan rasional serta bukan mempertimbangkan hubungan dan hal yang bisa dituntut oleh cinta (D’olimpio, 2019).
Etika kepedulian telah berpengaruh di berbagai bidang seperti pendidikan, keperawatan dan kedokteran. Meskipun etika kepedulian berkaitan erat dengan kata “feminis”, bukan berarti hanya perempuan yang peduli atau yang mengambil peran sebagai agen moral namun profesi yang memberikan empati, seperti perawat, masih didominasi oleh perempuan. Noddings juga mengklaim bahwa agen moral, seperti perawat, juga perlu merawat diri sendiri terlebih dahulu supaya mereka lebih mampu untuk merawat orang lain secara terus-menerus (D’olimpio, 2019). Etika kepedulian juga dapat mengatasi masalah yang melampaui hubungan interpersonal, seperti masalah etika tentang struktur di mana kepedulian individu terjadi seperti fasilitas perawatan kesehatan (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Saat menjalankan praktik keperawatan, perawat harus mengambil suatu keputusan dan berusaha memberikan pelayanan keperawatan terbaik kepada klien. Saat ini, masih terdapat perawat yang menyelesaikan masalah dengan hanya mempertimbangkan salah satu filosofi etik sehingga keputusan yang diambil bukanlah yang terbaik untuk klien. Oleh sebab itu, ketika menyelesaikan masalah dilema etik, seorang perawat juga harus mempertimbangkan filosofi ethics of care selain etika konvensional, seperti etika deontologi dan etika utilitarianisme supaya keputusan yang diambil adalah yang terbaik dan dapat menguntungkan bagi klien dengan mempertimbangkan segala aspek.
Referensi
D’olimpio, L. (2019). Ethics Explainer: Ethics of Care. Retrieved from The Ethics Centre: https://ethics.org.au/ethics-explainer-ethics-of-care/
Green, B. (2012). Applying Feminist Ethics of Care to Nursing Practice. Nursing & Care, 1-4.
Mi'rojah, K. (2012). Ethics of Care dalam Pendidikan; Sebuah Analisa Filosofis atas Pemikiran Nel Noddings. Retrieved from Universitas Indonesia Library: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20298750-S1930-Ethics%20of.pdf
Potter, P., Perry, A., Stockert, P., & Hall, A. (2013). Fundamentals of Nursing. 8th Edition. St. Louis : Elsevier Mosby.
Purba, S., Astuti, A., Gulo, J., Nur, N. K., Hastuti, P., Boy, E., . . . Prasasti, L. (2020). Etika Profesi: Membangun Profesionalisme Diri. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H