Sepagi ini, menyatu dengan hangatnya mentari. Setelah persendian dengkul kerasa longgar efek mengayu roda dua, perutpun menagih haknya. Â
Bubur ayam, nasi uduk, mi ayam, atau soto adalah deretan menu yang menari-nari diruang lambung kian mengembung.
Akhirnya, untuk sebuah rasa yang dulu pernah ada, deuh. Mi ayam Gombong di sisi jalan raya antar Rawahingkik- Setu, Cileungsi menjadi sebuah pilihan cukup ekstrem sarapan pagi ini.
Sambil menanti si abang menghidangkan mi, sempat-sempatnya saya berpikir. Enak banget ya tinggal di negeri aman damai, bisa mencari menu yang kita idami.Â
Kebayang nggak sih, kalau kondisi keamanan di suatu negara sedang krodit. Misal peperangan, pemberontakan, penjarahan terjadi otomatis dong, boro-boro mikir pengen jajan nasi uduk. Keluar rumahpun takut dan pasti orang jualan pada ngumpet entah dimana.Â
Etapi, kalo ditilik dari segi nikmat, salah satu nikmat yg patut disyukuri yakni bisa memilih pilihan sarapan di negeri kita ini dengan aman dan beragam.
Sebutlah nikmat keamanan pada sebuah negeri seringkali tak menjadi perhitungan bagi sebagian manusia, sehingga kufur terhadap nikmat ini sampai begitu gegabahnya lisan-lisan  mengumpat aturan, mencaci kebijakan, atau bahkan menurunkan kehormatan Presiden, Presiden loh.
Wahai kawan.. Pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Maka.. Jadilah rakyat yg memiliki kriteria seperti apa yg kita harapkan pemimpin kita memilikinya.
Kan.. Begitu asyik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H