Mohon tunggu...
dade samsul rais
dade samsul rais Mohon Tunggu... Konsultan - Mantan jurnalis, sekarang bergerak di bidang konsultan media

Saya tertarik menganalisis sosial politik

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Cawapres yang Tertukar

10 Agustus 2018   18:15 Diperbarui: 10 Agustus 2018   19:26 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prabowo juga sempat berkeinginan berpasangan dengan AHY, mengingat angka elektabilitas AHY cukup baik, selain kemapuan logistik SBY yang dapat membantu biaya kontestasi yang tidak sedikit. Tetapi, kecenderungan untuk memilih AHY, ditentang keras PKS dan PAN.  

Di tengah keruwetan luar biasa itu, muncullah nama Sandiaga Uno. Kenapa Sandiaga Uno yang dimunculkan kemudian dipilih prabowo?

Saya melihat ada beberapa alasa. Pertama, bentuk kompromi atas kengototan masing-masing partai pengusung yang menginginkan posisi cawapres. Kedua, Sandiaga Uno memiliki logistik cukup kuat untuk biaya kontestasi. Dan ketiga, Sandiaga Uno adalah 'orang' Prabowo dan loyal, sehingga jika pasangan ini terpilih, pada suksesi kepemimpinan 2024 dan Prabowo tidak maju lagi, estafet kekuasaan tidak lari ke partai atau kekuatan politik lain.

Berbeda jika memilih Zulkifli Hasan maupun Habib Salim Segaf Al Jufri, akan menimbulkan kecemburuan di antara partai pengusungitu , dan bisa mengganggu soliditas.

Demikian halnya jika memilih AHY. Risiko yang dihadapi Prabowo sangat besar. Pertama, koalisi terancama bubar, karena PKS dan PAN bisa hengkang. Jika nekat hanya berkoalisi dengan Demokrat --presidential threshold dan bantuan logistik terpenuhi, tetapi Prabowo akan kehilangan dukungan kekuatan Islam yang selama ini gerbongnya digerakkan PKS dan PAN.

Kedua, menjadikan AHY sebagai cawapres, dan kemudian terpilih, sama artinya  menyiapkannya untuk menjadi presiden pada 2024 nanti. Dengan begitu, estafet kekuasaan Prabowo, akan terambil oleh kubu Cikeas, yang belum tentu akan selalu menjadi sekutu pada ajang kontestasi politik berikutnya.

Dari semua dinamika kubu Prabowo, hal yang menarik adalah, kengototan PAN dan PKS langsung reda begitu Sandiaga Uno naik. Hanya Demokrat yang berang sehingga muncul tudingan terjadi deal mahar politik. Benarkah tudingan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief itu? Tidak mudah kita harus begitu saja percaya. Yang jelas, satu kompensasi atas keterpilihan Sandiaga Uno menjadi cawapres, adalah posisi wagub DKI yang ditinggalkannya, diharapkan menjadi jatah PKS.

 Di akhir tulisan ini, saya hanya ingin mengatakan, dalam pemilihan capres/cawapres, cagub/cawagub, cabup/cawabup, kadang pilihan realistis lebih diutamakan dibanding pilihan terbaik dalam memilih kriteria calon. Calon paling realistis secara logistik, elektoral, serta reaslitis untuk mempertahankan ologarki kekuasaan mereka lebih disukai dibanding calon dengan kriteria terbaik terutama di mata publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun