Mohon tunggu...
dade samsul rais
dade samsul rais Mohon Tunggu... Konsultan - Mantan jurnalis, sekarang bergerak di bidang konsultan media

Saya tertarik menganalisis sosial politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kenapa Urang Bandung Gempita Sambut KAA

27 April 2015   10:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:38 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa Urang Bandung Gempita Sambut KAA

Peringatan KAA yang dihadiri seratusan delegasi negara di Asia dan Afrika, dan dihadiri oleh sekitar 30 kepala negara dan pemerintahan, baru saja usai. Puncak acara yang digelar di Gedung Merdeka Bandung, sebenarnya secara substansial tidak menyuguhkan hal yang luar biasa. Peringatan KAA kemarin umumnya hanya berisi pengulangan-pengulangan statemen dan komitmen yang sebenarnya hal itu juga sudah digelorakan pada perayaan-perayaan sebelumnya.

Satu-satunya yang sedikit berbeda secara substansial, adalah pidato Presiden Jokowi yang lugas mengkritik PBB, IMF, World Bank serta dominasi negara maju yang seolah mereka adalah pemilik kehidupan di bumi.

Namun di luar area substansial, diakui –khususnya di Bandung—perhelatan KAA demikian menjadi momen special bagi warga. Kemeriahannya jauh melebihi perhelatan serupa 10 tahun lalu, pada 2005. Kenapa? Emosi warga Bandung seolah tumpah pada eventkemarin. Jika boleh berhiperbola, mungkin suasana kebatinan warga Bandung pada perhelatan KAA tahun ini, sama seperti yang dirasakan oleh para orangtua mereka pada KAA tahun 1955.

Memang, tidak seperti tahun 1955 di mana warga Bandung dan sekitarnya dapat menyapa langsung para kepala negara yang menjadi tamunya. Tapi hal itu tak menyurutkan warga Bandung untuk tetap datang ke area bersejarah tempat pekikan antiimperialisme bangsa Asia Afrika diteriakan 60 tahun lalu.

Begitu zona steril ring satu dibuka oleh aparat keamanan pada Jumat (24/4) sore, ribuan warga tumpah ruah ke Jalan Asia Afrika. Mereka datang untuk menikmati ‘sisa-sisa’ momen bersejarah para pemimipin negara dan pemerintahan Asia Afrika pagi harinya. Meski sekadar selfie dan merekam gambar yang ada di sekitar Gedung Merdeka, seolah itulah cara warga menjadi bagian dari perayaan KAA.

Hari Sabtu mulai pagi hingga tengah malam, Jalan Asia Afrika masih menjadi milik warga, karena masih ditutup untuk kendaraan. Terutama mulai sore hingga malam, puluhan ribu warga bersesakan di Jalan Asia Afrika. Ketika saya mencoba mengambil gambar dari tempat yang lebih tinggi, jalan bersejarah itu benar-benar menjadi lautan manusia.

Saya merinding bercampur bahagia menyaksikannya. “Inilah historical walk ala rakyat.” Ketika saya amati, semua segmen masyarakat tumpah ruah berbaur. Inilah semangat kebersamaan. Tanpa ada sekat, mereka memiliki perasaan yang sama yakni ingin lebih dekat dengan perayaan KAA.

Memang pasca disesaki ribuan warga, terjadi sedikit kerusakan sarana publik yang baru saja dipasang untuk mempercantik area Asia Afrika itu. Namun, itu perlu ‘pemakluman’ dan pembelajaran berikutnya, karena kecerdasan dan kearifan berpikir masyarakat masih belum seragam. Ini PR terberat bagi pengelola Bandung, untuk menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat bahwa warga wajib merawat fasilitas publik. Perusakan fasilitas publik adalah pelanggaran dan kejahatan.

Kenapa event KAA 2015 memunculkan gempita luar biasa di kalangan warga Bandung dan sekitarnya? Saya berpendapat setidaknya ada tiga alasan. Pertama, karena momen KAA-nya itu sendiri. KAA adalah sebuah langkah sejarah yang luar biasa. Di dalam situasi dunia tidak menentu saat itu, Indonesia (Bandung) mampu menyatukan bangsa-bangsa di Asia Afrika untuk menggelorakan semangat kebersamaan dan antipenindasan. Bagaimanapun, ini momen membanggakan bagi warga Bandung. Tidak semua kota di Indonesia bahkan di dunia yang ‘bernasib’ baik seperti Bandung, menjadi tonggak semangat bangsa-bangsa di dua benua. Karena itu, wajar jika warga Bandung ingin demikian dekat dengan momen yang membanggakannya itu.

Kedua, (tanpa bermaksud sekadar menyanjung atau puja puji)kecerdasan Pemerintah Kota Bandung terutama pucuk pimpinannya mengikat emosi warga Bandung. Dari awal Walikota Bandung, Kang Emil, terus bersemangat menggelorakan bahwa KAA adalah milik dan kebanggan warga Bandung. Melalui media sosial, ia gencar menyeru, untuk menyukseskannya, termasuk mengajak partisipasi masyarakat dalam bentuk apapun. Maka tak heran, warga pun tersentuh ‘ke-Bandung-annya’ sehingga kemudian tergerak dan berbondong-bondong menjadi relawan di semua bidang. Karena merasa memiliki ikatan emosi itu, maka mereka pun menyambut KAA dengan gempita.

Ketiga, polesan ruang publik di sekitar Jalan Asia Afrika, yang dilakukan dalam rangka KAA, sangat-sangat menyenangkan warga Bandung. Telah sekian lama, warga Bandung haus akan sarana publik yang menyenangkan. Sebelumnya Bandung yang berjuluk Kota Kembang, Parijs van Java, tapi wajahnya penuh bopeng. Kota sangat minim ruang publik yang cantik dan menyenangkan. Warga Bandung selalu disuguhi oleh keruwetan-keruwetan yang memuakkan. Kemacetan, kesemrawutan, sampah, dan hal-hal yang tidak meneyenagkan lainnya. Karenanya, begitu Jalan Asia Afrika dan sekitarnya disulap menjadi area indah nan menyenangkan, dahaga warga akan hadirnya Kota Bandung yang mereka idamkan, sedikit terjawab. “Kota seperti ini yang kami mau.” Demikian kira-kira kata-kata yang ada di relung hati publik. Tak heran jika mereka pun kemudian berbondong-bondong menikmati sepenggal suasana kota yang mereka idamkan sejak lama.

Kini, KAA telah usai. Semoga, semangat kebersamaan, semangat merasa memiliki Bandung, tidak serta merta pupus. Semoga spiritnya tetap terpatri. Bahkan, momen dan suasana di Jalan Asia Afrika ini, diharapkan menjadi pelecut semangat bagi warga dan pemerintah untuk bersama-sama menjadikan seluruh sudut Kota Bandungmenjadi area yang menyenangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun