Â
Suatu kebanggan yang luar biasa bagi atlet catur untuk menyandang gelar Grandmaster. Hal itu dikarenakan untuk meraih gelar tertinggi dalam cabang olahraga catur tersebut bagaikan mimpi.
Gelar Grandmaster dipegang seumur hidup. Setelah dianugerahkan oleh organisasi catur dunia (FIDE), seorang pecatur akan selalu menjadi Grandmaster. Tidak peduli berapa banyak pemain yang dia kalahkan, seberapa jauh elo ratingnya turun, sang Grandmaster selalu mempertahankan gelar bergengsi tersebut.
Agar bisa menyandang gelar paling bergengsi tersebut, seorang atlet catur harus melewati rangkaian persyaratan yang telah ditetapkan oleh FIDE. Itu sebabnya Indonesia baru berhasil mewujudkan mimpi delapan pecatur terbaiknya masuk dalam jajaran penyandang gelar Grandmaster dalam cabang olahraga catur sejak Indonesia merdeka tahun 1945 sampai dengan saat ini.
Delapan pecatur terbaik Indonesia yang telah melewati rangkaian persyaratan yang telah ditetapkan oleh FIDE tersebut adalah GM Herman Suradiradja, GM Utut Adianto, GM Ardiansyah, GM Edhi Handoko, GM Ruben Gunawan, GM Cerdas Barus, GM Susanto Megaranto, dan GM Novendra Priasmoro.
Dalam tulisan ini, saya akan menuliskan sepak terjang Grandmaster kebanggaan Indonesia dalam cabang olahraga catur. Diawali dengan GM Herman Suradiradja, pecatur berdarah Sunda kelahiran 14 Oktober 1947 di Sukabumi, Jawa Barat.
GM Herman Suradiradja merupakan salah satu pecatur terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Prestasi hebatnya dari akhir tahun 1960 hingga pertengahan tahun 1990, GM Herman Suradiradja adalah salah satu pecatur terkemuka di Indonesia. Kejuaraan di level nasional yang pernah diikuti antara lain Kejuaraan Nasional.
Kejuaraan di level internasional yang pernah diikuti antara lain Sandefjord International Tournament, Lublin Tournament, Primorsko Tournament, Plovdiv Tournament, 1st Burroughs Computers Grandmaster, Brisbane Tournament, First Lady's Cup Tournament, 1st Asean Open, Indonesia Open Chess Championship, hingga Olimpiade Catur.
Untuk level Nasional, Ia berkali-kali mengikuti Kejuaraan Nasional Catur dan memenangkan turnamen tersebut pada tahun 1975. Kejuaraan di level internasional yang pernah dimenangkannya antara lain juara dua di Lublin (1976), juara di Primorsko (1977) dan juara di Plovdiv (1978).
Norma Master Internasional pertamanya (IMR) diraih oleh Herman Suradiradja di Singapura, kemudian ia melengkapi gelar internasioanlnya (IM) di Lublin, Polandia pada tahun 1976. Herman Suradiradja hanya butuh waktu dua tahun untuk memperoleh gelar internasional tertinggi untuk pecatur (GM).
GM Herman Suradiradja (rating Elo tertinggi 2380) menjadi orang Indonesia pertama dan orang Asia ketiga yang meraih gelar Grandmaster pada tahun 1978 melalui serangkaian turnamen catur yang diikutinya di beberapa negara Eropa Timur. Ia juga berkali-kali mengikuti Olimpiade Catur.
Pengalaman memperkuat team Olimpiade Catur Indonesia sudah empat kali, yang pertama tahun 1966, kemudian tahun 1972, tahun 1978, dan terakhir tahun 1980. Prestasi yang diraih dari keempat Olimpiade Catur tersebut adalah 20 point dari 40 partai atau 50 % dengan perincian 10 kali menang, 20 kali remis, dan 10 kali kalah.
Prestasi lain pecatur kawakan ini antara lain bermain untuk Indonesia dalam Kejuaraan Catur Beregu Putra Asia 1986, dan memenangkan medali perunggu. Selain bermain catur, Herman Suradiradja juga pernah bekerja di Dispenda DKI. Herman Suradiradja meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 2016 dalam usia 69 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H