Suatu ketika dalam suatu perjalanan, aku bersama ayahku melintasi Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Pada saat itu ayahku berkata kepadaku: "jika bapak sudah tidak ada, kalian tidak usah repot-repot. Kalian tinggal telpon Garnisun, negara akan mengurus segala urusan pemakaman bapak".
Tidak lama setelah peristiwa kerusuhan, tepatnya tanggal 20 Juli 1998, ayahkupun meninggalkan aku untuk selama-lamanya setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) akibat serangan stroke. Keluarga besar memutuskan bahwa ayahku akan dimakamkan di TPU Joglo, disatukan dengan makam ibuku yang telah mendahului delapan tahun sebelumnya. Segala urusan pemakaman sudah disiapkan sampai akhirnya salah seorang famili yang anggota marinir datang dan menanyakan rencana pemakaman ayahku.
Ia tidak setuju kalau ayahku dimakamkan di TPU Joglo. Iapun mengajak aku melapor ke Garnisun Tetap I/Jakarta, persis seperti yang dipesankan ayahku semasa hidupnya. Setelah menunjukkan tanda jasa yang dimiliki ayahku, pihak Garnisun langsung menetapkan bahwa ayahku berhak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata.
Akhirnya pada saat waktu pemakaman tiba, satu pasukan tentara dan mobil jenazah militer datang bersamaan dengan mobil jenazah dari Yayasan pemakaman. Sesuai protokoler dari Garnisun, maka kami pun menyerahkan jenazah ayah kami kepada negara lewat sebuah upacara serah terima jenazah yang dipimpin oleh seorang perwira berpangkat Kapten. Yang mewakili keluarga untuk menyerahkan jenazah ayahku adalah sepupuku yang sekarang berpangkat AKBP dan menjabat sebagai Kasubdit VI Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Suatu waktu aku kedatangan anggota Kodim Jakarta Barat menanyakan tentang ayahku. Anggota Kodim tersebut tidak tahu kalau ayahku sudah meninggal. Rupanya kedatangannya adalah untuk menyerahkan Lencana Cikal Bakal TNI yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto (sebelum beliau lengser).
Lencana tersebut diberikan untuk mengenang pengabdian para Mantan Anggota Badan Keamanan Rakyat dalam mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan, dan yang melanjutkannya sebagai Anggota Tentara Nasional Indonesia yang dipandang perlu diberikan penghargaan atas segala pengabdian serta pengorbanan yang telah diberikan, baik pada kurun waktu Perjuangan Kemerdekaan maupun pada era Pembangunan Nasional.
Para Mantan Anggota BKR yang dimaksud adalah mereka yang terusmenerus menjadi Anggota BKR sejak saat pembentukan BKR hingga pembentukan TNI dan sesuai dengan jasajasanya dalam membela serta mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ternyata setelah ayahku meninggal dunia pun, beliau masih menerima penghargaan dari pemerintah. Nama ayahku pun tercatat pada tembok abadi Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Tak terbantahkan, ayahku adalah seorang pahlawan, dan "Aku Bangga jadi Anak Pahlawan".
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Rumah Pena Inspirasi Sahabat untuk memperingati Hari Pahlawan tahun 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H