Di dalam dinamika dunia kerja yang terus berubah, generasi Z menghadapi banyak tantangan yang unik untuk memasuki lapangan kerja. Generasi Z yang dikenal dengan latar belakang yang lebih tinggi dan keterampilan digital yang kuat, mereka seharusnya menjadi aset berharga bagi perusahaan. Namun, pada kenyataannya angka pengangguran di kalangan generasi Z ini cukup mengkhawatirkan. Apakah situasi ini adalah krisis harus dihadapi dan diatasi? atau justru sebagai peluang untuk menciptakan inovasi dan transformasi dalam cara kita bekerja?.
 Dunia kerja menjadi arena bagi individu untuk mengembangkan diri dan mengeksplorasi potensi yang dimiliki, di mana mereka dapat mengenali kelebihan dan kekurangan serta menemukan bakat dan keterampilan baru. Lingkungan kerja yang dinamis menawarkan tantangan dan pengalaman yang memperkaya wawasan, memungkinkan individu untuk beradaptasi dan tumbuh. Generasi Z, yang tumbuh bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi dan sering disebut iGeneration, memiliki keunggulan dalam keterampilan digital. Namun, mereka menghadapi tantangan signifikan dalam mendapatkan pekerjaan, menjadikan mereka salah satu penyumbang terbesar terhadap angka pengangguran di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dengan demikian, dunia kerja menjadi tempat penting untuk membentuk karakter dan membuka peluang baru dalam karier bagi generasi ini.
 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2024 mencapai 4,91 persen, yang setara dengan 7,47 juta orang yang menganggur dari total 152,11 juta angkatan kerja. Yang dimana penduduk usia 15-24 tahun (Gen Z)  merupakan TPT tertinggi, yakni sebesar 17,32 persen.Â
Perlu diketahui juga bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi indikator yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.Â
Tingginya angka pengangguran di kalangan Generasi Z di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yang sangat krusial. Dalam mencari pekerjaan, kita dituntut untuk memiliki kualifikasi kemampuan yang tinggi dari pihak pemberi pekerjaan sehingga ketidaksesuaian antara pendidikan yang dimiliki dengan kebutuhan pasar kerja menjadi masalah utama. Perusahaan banyak mengeluh karena kesulitan menemukan pekerja yang mempunyai skill yang sesuai dengan yang diperlukan. Â
Ketersediaan lapangan pekerjaan dan jumlah angkatan kerja yang ada pada saat ini juga tidak seimbang sehingga berdampak pada pengangguran yang semakin meningkat karena kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia.Â
 Salah satu penyebab lain dari tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z adalah kurangnya disiplin dalam bekerja serta kecenderungan mereka untuk menuntut gaji yang tinggi dari perusahaan, meskipun tuntutan tersebut tidak sejalan dengan kinerja yang mereka berikan. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa faktor internal, seperti sikap individu, serta faktor eksternal, seperti norma sosial, menjadi penyebab utama perilaku mereka yang cenderung memilih untuk menganggur.
 Banyaknya Generasi Z yang tidak terserap dalam dunia kerja di Indonesia berpotensi tinggi memperburuk angka pengangguran, yang pada waktunya akan menyebabkan krisis dalam perekonomian negara. Angka pengangguran di kalangan Generasi Z yang seiring berjalannya waktu terus meningkat, akan berdampak tidak hanya untuk individu melainkan juga pada perekonomian nasional.Â
 Krisis pengangguran ini juga dapat menurunkan daya beli masyarakat, meningkatkan ketimpangan sosial, juga memperlambat pertumbuhan ekonomi karena semakin berkurangnya produktivitas dan konsumsi yang seharusnya berkontribusi pada pembangunan ekonomi. Selain itu, meningginya angka pengangguran juga meningkatnya potensi ketidakstabilan antara sosial dan politik, dimana semakin banyak individu yang merasa terpinggirkan dan tidak mempunyai akses yang sama serta adil terhadap kesempatan bekerja. Pengangguran pada generasi Z juga beresiko menyebabkan ketergantungan kepada keluarga yang berpotensi akan membebani keluarga dan keuangan rumah tangga, dimana akan terjadi resiko jangka panjang seperti sulit memiliki rumah pribadi atau berinvestasi masa depan.
 Selain menjadi krisis, pengangguran di kalangan Generasi Z juga bisa menjadi peluang. Dimana tergantung dari setiap individu, masyarakat, dan pemerintah merespon situasi ini.Â