Sangat disayangkan, kasus di atas membuktikan bahwa kedelapan dimensi yang berfungsi untuk menjaga keluarga itu tidak ada. Hanya sekadar reproduksi saja yang jelas nyata.
Saat si anak berani mencuri, berarti dia kehilangan fungsi keluarga dari sisi edukasi. Fungsi ekonomi pun tidak ada karena si anak putus sekolah dan hidupnya terlunta-lunta tanpa pegangan. Proteksi yang seharusnya diberikan sang ibu, malah ia berani menganiaya hingga nyawa sang anak hilang.
Bahkan yang paling menyedihkan adalah ketiadaan fungsi religiositas. Agama sangat jauh dari mereka. Pengendalian emosi yang tidak ada hingga gelap mata menghilangkan nyawa.
Pembunuhan yang dilakukan ibu kepada anaknya bukanlah kali pertama. Banyak terjadi bahkan terpampang di berita. Jumlahnya semakin banyak dan membuat kita teramat prihatin dengan kondisi tersebut.
Mau tidak mau harus kita akui bahwa akar dari segala permasalahan rusaknya mental seorang ibu karena pemahaman yang menjauhkan agama dari kehidupan (sekularisme). Gempuran pemahaman ini begitu kuat menghancurkan segala lini kehidupan, termasuk bangunan keluarga.
Kurangnya pemahaman benar dan salah. Pahala juga dosa. Halal maupun haram. Membuat setiap kondisi menjadi semakin rumit adanya. Nilai-nilai ketakwaan semakin samar, bahkan tidak dijadikan pijakan kehidupan.
Ditambah lagi dengan kondisi perekonomian kapitalisme yang mencuatkan kesenjangan sosial. Antara si miskin dan si kaya semakin kentara batasnya.
Lain halnya dengan Islam. Islam memiliki sistem yang membentuk fondasi keimanan dan ketakwaan menjadi pijakan paling kokoh dalam memandang kehidupan.
Ketaatan kepada Allah Swt. membentuk atmosfer takwa, termasuk di dalam biduk keluarga. Orang tua dan anak akan saling memahami peranan, kewajiban, dan hak masing-masing.
Negara dalam sistem Islam pun tidak menutup mata akan keberlangsungan fungsi keluarga. Negara yang akan menopang segala kebutuhan dan kesejahteraan rakyatnya. Memberikan fokus utama kepada keluarga agar lahir generasi-generasi terbaik yang bisa melanjutkan estafet peradaban.
Negara akan mengurus perekonomian dengan proporsional sehingga tujuan menyejahterakan masyarakat pun terwujud. Membangun sekolah dan balai-balai kesehatan agar segala kebutuhan masyarakat pun tertangani dengan baik. Memberikan mutu terbaik, terjangkau, dan bisa diberikan dengan cuma-cuma. Bagi yang tidak punya pekerjaan pun akan ditopang.