Beberapa kali meminta hal
Berulang kali engkau terjungkal
Hakmu hilang, suaramu terkekang
Namamu rusak, raga pun terkoyak
Padahal engkau tak salah
Meminta yang seharusnya diminta
Di balik caramu memberi dengan segudang empati
Namun, semua diinjak dan mati
Meronta telah engkau lakukan
Menuntut telah engkau utarakan
Hingga tiba-tiba ...
Engkau senyap, seakan-akan lenyap
Suara sedih itu tak lagi berwarna sendu
Semua pudar, tak lagi di ruang tunggu
Engkau beranjak, tetapi ragamu tetap berpijak
Pengabdianmu tak kurang, senyum tulus tetap terpasang
Ah, hatimu ...
Mengapa selalu memaafkan kelabu?
Mengapa memilih terbuang dan membiru?
Engkau senyap dan tetap riuh dalam harap
Engkau diam dan banyak meningkap
Melihat dari ruang tergelap
Doamu selalu tak sudah
Karena sedalam itu cintamu untuk dia yang bersalah
Di hadapanmu hanya ada buku-buku
Yang selalu lahap engkau isi
Dengan kalimat paling berisi
Bahwa diksimu tak pernah menyakiti
Seluka apa pun sendu yang mengganggu kalbu
Senyap ....
*Meningkap (KBBI) meninjau (melihat) dari tingkap
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H