Mohon tunggu...
Rahyang Nusantara
Rahyang Nusantara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Author of #HeartsofVolunteers | Koordintor Harian @idDKP | #DietKantongPlastik #ZeroWaste | Blogger #1minggu1cerita

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Opini: Bahaya Polybag Terhadap Media Tanam

11 Oktober 2014   22:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:27 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salah satu penggunaan polybag bisa dilihat ditulisan ini. Coba teliti, dalam tulisan ini juga mengkritisi tentang polybag.

Dalam tulisan-tulisan yang gue kutip di atas, masih banyak yang kurang mengekspos dampak penggunaan polybag terhadap media tanam dan lingkungan (kecuali tulisan ini). Dalam tautan terakhir, penulis dan gue sepakat bahwa penggunaan polybag akan berdampak buruk bagi media tanam dan lingkungan jika terpapar sinar matahari terus-menerus atau bahkan berlebih. Kondisi panas akan memicu senyawa kimia berbahaya (salah satunya dioksin) yang berada pada polybag akan keluar. Mencemari media tanam, lalu akan diserap oleh tanaman melalui akar (menurut pemahaman gue). Kalau ini tanaman pangan, kita yang akan terkena dampaknya. Kalau tanaman hias? Mungkin racunnya akan "menclok" di tanaman itu saja.

Selain itu, menurut tautan ketiga (disini) disampaikan bahwa polybag adalah salah satu bentuk pemanfaatan limbah plastik yang ada. Namun, menurutku, ini bukan solusi bijak karena pemanfaatannya sebagai polybag pun tetap akan membahayakan. Selain kualitas plastik yang akan menurun (menurut mentor gue di YPBB, baca: Teh Anil, plastik yang didaur ulang kualitasnya akan menurun), limbah plastik pun akan tetap ada. Jadi solusinya dimana?

Mari kita membicarakan pertanian berkelanjutan. Bertani dengan bertanggung jawab terhadap alam. Sektor pertanian dianggap sebagai salah satu bagian dari kabut peradaban (membuka hutan untuk lahan pertanian) yang "menjauhkan" manusia dengan alam asli (hutan). Namun demikian, dengan menerapkan prinsip pertanian berkelanjutan, kita masih bisa menjaga alam dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia dari alam. Bertani langsung di lahan, tanpa tambahan bahan-bahan sintetik (baik itu pupuk, bangunan rumah kaca, atau bahkan mulsa plastik). Ah, menyebut mulsa plastik ini juga bukan solusi berkelanjutan untuk pertanian. Ada solusi lain selain plastik kan? (Bacaan lebih lanjut tentang pertanian berkelanjutan bisa dibaca disini.)

Dengan bertani secara bertanggung jawab terhadap alam, kita tetap mendapatkan asupan pangan dengan sehat, menjaga ekosistem tanah untuk beraktivitas, menjaga lingkungan hidup dari dampak negatif bahan-bahan sintetik, juga meningkatkan kesejahteraan petani. I may say, kesejahteraan petani ini bukan melulu tentang uang.

Kesimpulan akhir dari gue, penggunaan polybag untuk pertanian bukan satu-satunya wadah yang bisa digunakan. Masih ada wadah lain yang bisa digunakan, tentunya yang lebih ramah lingkungan. Mengingat dampak negatif plastik, sepertinya kita harus menaruh perhatian penuh terhadap penggunaan polybag dalam aktivitas pertanian. Kita gak mau kan makanan kita tercemar oleh polybag (selain pestisida tentunya)?

Saran dari gue adalah perlu penelitian dan diskusi yang lebih ilmiah terkait penggunaan polybag (aku masih belum menemukan artikel ilmiah yang ditemukan di Google) sehingga informasinya pun lebih valid dan teruji. Semoga adik-adik di Fakultas Pertanian Unpad (maupun di perguruan tinggi lainnya) ada yang menaruh perhatian pada isu ini. Trims!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun